Bab 3 : Essentia

2.2K 344 100
                                    

Amor est vitae essentia

Cinta adalah esensi (hakikat) kehidupan.

Warning! Ada beberapa hal yang sensitif bagi sebagian orang, jika tidak berkenan, mohon dilewati.

Dua bulan sudah berlalu sejak kejadian kelam yang menimpa Jihoon. Korea sekarang sudah memasuki musim dingin, sebentar lagi Natal akan tiba. Tak heran jika banyak toko atau kafe-kafe yang sudah mendekorasi tempatnya dengan hiasan Natal yang khas.

Dalam dua bulan ini, Jihoon menunjukkan perubahan sikap yang drastis. Setelah Chanyeol dan Baekhyun kembali ke Jepang, Jihoon baru berubah menjadi Jihoon yang sekarang. Ia tak lagi ceria, ia menjadi seseorang yang pemurung. Ia hanya akan bicara seperlunya.

Beberapa kebiasaan aneh pun muncul. Ia akan mudah sekali terkejut. Emosinya akan berubah-ubah. Ia bisa tiba-tiba menangis tanpa sebab. Tangannya sering gemetaran. Beberapa ketakutannya yang sejak dulu sudah ada kini semakin parah. Ia semakin takut pada ruangan yang gelap. Hyungseob yang tinggal bersamanya pun menjadi sedikit kesulitan menghadapi Jihoon.

Pernah suatu hari ada pemadaman listrik secara tiba-tiba di tengah malam, membuat Jihoon yang sedang tidur terkejut lalu berteriak dengan sangat keras. Ia menangis meraung-raung, untungnya Hyungseob terbangun ketika mendengar suara teriakan Jihoon. Hyungseob memeluk sahabatnya itu, menenangkannya, namun Jihoon sulit sekali untuk ditenangkan.

Suatu kebiasaan yang membahayakan lagi, Jihoon kini sering melukai dirinya sendiri.

Jika ia berada sendirian di apartemennya, Jihoon seakan tanpa sadar mengambil pisau lalu menyayat pergelangan tangannya. Tak hanya pergelangan tangannya, bagian pahanya pun ikut menjadi korban pisau tajam itu.

Untungnya, Hyungseob dan Daehwi tak pernah lelah menjaganya. Daehwi kini jadi sering menginap di apartemen mereka, membantu Hyungseob untuk menjaga Jihoon. Mereka sangat berusaha menjaga Jihoon. Mereka berusaha untuk selalu ada di samping Jihoon, tidak pernah membiarkan kawannya itu sendirian ketika mereka mengetahui Jihoon sering melakukan self-harm.

Daniel yang disibukkan dengan urusan perusahaannya ikut membantu menjaga Jihoon. Lelaki itu pernah menyarankan Jihoon untuk pergi ke psikiater, karena Jihoon terus-terusan mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Bahkan Daniel pernah meminta supaya Jihoon tinggal bersama dengannya, namun Jihoon bilang ia tidak mau. Lelaki itu khawatir, ia sangat khawatir dengan keadaan Jihoon yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Terlebih, Daniel sangat khawatir jika ia kembali mengingat sebuah kejadian sebulan yang lalu, saat ia melihat Jihoon bersimbah darah di Apartemennya. Lelaki manis itu melukai dirinya sendiri. Untungnya, Daniel menemukannya dan langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat.

Tidak ada lagi Jihoon yang biasa meledeknya.

Tidak ada lagi Jihoon yang biasanya marah jika Daniel menggodanya.

Tidak ada lagi Jihoon yang selalu bersemangat jika Daniel mengajaknya pergi makan Ayam.

Sekarang, Jihoon, Hyungseob, Daehwi, dan Samuel –kekasih Daehwi sedang duduk di kafetaria Kampus untuk makan siang bersama. Jarang-jarang mereka mempunyai waktu untuk makan siang bersama di Kampus seperti ini. Hyungseob dan Daehwi mengobrol tentang berbagai macam hal, sesekali keduanya tertawa ketika Samuel melontarkan beberapa lelucon.

Jihoon hanya menyunggingkan senyuman tipis saat mendengar lelucon Samuel. Biasanya, ia akan turut menimpali lelucon Samuel hingga teman-temannya tertawa terpingkal. Ia ingin melakukannya, namun tidak bisa.

"Ayo, Jihoon! Makan yang banyak!"

"Iya, iya! Ini, dagingnya dimakan lagi!"

Daehwi menyuapkan beberapa potong daging sapi ke mulut Jihoon, membuat Jihoon terkekeh dengan tingkah Daehwi. "Hei, Daehwi. Sepertinya Samuel juga ingin kau suapi seperti itu,"

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang