18.1 Again

1K 197 236
                                    

Tatapannya kosong. Mulutnya sedikit terbuka. Membuat orang-orang yang melewatinya akan berpikir jika ia adalah orang yang aneh. Sesekali hembusan nafas bisa terdengar dengan cukup jelas darinya.

Dirinya duduk di kursi koridor rumah sakit yang sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Orang yang sejak kemarin dijaganya pun sudah terlelap dalam tidurnya. Ia pasti sedang bermimpi indah sekarang, setidaknya itulah yang menjadi harapannya yang kini terlarut dalam pikirannya sendiri.

Pikirannya seakan seperti benang kusut, terlalu banyak pikiran yang belum bisa ia luruskan. Ia belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, hingga ia belum tahu apa yang harus dilakukannya. Lelaki itu kembali menghembuskan nafasnya, ia menatap ke arah jalanan yang bisa terlihat dari jendela di ujung lorong. Kota Seoul tampak masih ramai. Yah, Kota Seoul seakan tidak pernah tidur.

Jika ini sudah siang, mungkin ia akan segera menghubungi seseorang yang sejak tadi ingin sekali ia hubungi untuk dia beri suatu pekerjaan. Sayangnya, ini tengah malam. Walaupun ia adalah seseorang yang semena-mena, ia masih tahu aturan jika ini bukanlah jam kerja. Ia akan menghubungi orang itu besok, mungkin pada jam tujuh pagi. Masih terlalu pagi memang, tapi ia harus memerintahkan anak buahnya untuk segera mengungkap rasa penasarannya.

Lelaki itu menggerakkan kaleng kopi yang ada di tangannya sekarang. Hatinya berkecamuk, tentu. Ia baru saja melihat kekasih dari orang yang ia sayangi berpelukan dengan orang lain dengan begitu mesra. Bagaimana hatinya tidak ikut hancur? Ia merelakan orang yang ia sayang untuk bersama dengan lelaki itu, tapi lelaki itu justru membuatnya marah. Hatinya makin teriris ketika ia mengingat jika kekasih dari lelaki tadi sendiri tak tahu jika ia baru saja dikhianati.

Kaleng itu teremas dengan sempurna. Lelaki itu sangat marah. Tapi ia tak punya bukti kuat. Jika ia mengatakannya pada kerabat temannya, pastilah mereka tidak akan percaya karena di mata mereka lelaki itu bukan tukang selingkuh. Setidaknya itu pasti respon yang akan diterimanya karena ia tak punya bukti. Jika ia punya bukti saja ia masih punya kemungkinan untuk mendapat respon seperti itu, bagaimana jika ia tak punya bukti. Pasti itu akan dianggap sebagai bualannya saja dan orang akan menuduhnya membual karena ia menyukai si manis.

Ia menghembuskan nafasnya berat. Perlahan ia membuka kenop pintu ruang rawat inap, membuka pintu itu perlahan. Lelaki itu melangkah, menghampiri seseorang yang sedang tidur dengan nyaman di ranjang rumah sakit sambil memeluk guling yang dibawakan oleh dirinya kemarin. Ia menatap wajah yang sedang tertidur dengan damai itu. Mengusap pelan poni yang menutupi sebagian wajahnya.

Ia tersenyum. Setidaknya dengan menatap wajah damai si manis, hatinya menjadi lebih hangat dan lega. Ia tak ingin memikirkan kejadian tadi lagi, walau peristiwa tadi terus berputar di otaknya. Dan yang ia pikirkan adalah bagaimana perasaan si manis jika ia mengetahui kekasihnya memeluk orang yang ia percaya dengan begitu erat dan ㅡsenyuman yang terulas di wajah perempuan itu?

"Jihoon, Park Jihoon. Mulai sekarang, izinkan aku melindungimu lebih jauh lagi. Izinkan aku untuk berusaha mengamankan hatimu dari sakit hati yang bisa menderamu di kemudian hari. Izinkan aku untuk tetap menjagamu dalam pengawasanku. Izinkan aku, untuk tetap mencintaimu dengan caraku", bisiknya pelan.

-989 Monete-

Mata indah itu perlahan terbuka ketika ia merasa cahaya mulai mengganggu kegiatan tidurnya. Sedikit menggeliat sebelum ia membuka matanya sepenuhnya. Dan pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah warna putih plafon ruang rawat inap yang sudah ditempatinya sejak beberapa hari yang lalu. Ia mengerang pelan, menggosok matanya dengan tangannya. Aroma parfum menusuk ke indera penciumannya, membuat dahinya mengerut.

"Sudah bangun?"

Ia menoleh dan menemukan lelaki yang sedang mengancingi lengan jasnya. Daniel sedang berdiri di sana, sudah rapi. Rambut hitamnya bahkan sudah disisir dengan rapi. Lelaki itu mengerutkan keningnya, tumben. Karena biasanya pada jam segini, Daniel masih asyik tidur di kamar yang ada di dekat ranjang Jihoon.

989 Monete ; panwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang