"Tatapanmu melucuti keberaniaku, mengambil stok oksigen yang ada di bumi. Hadirmu meningkatkan denyut jantungku. Hai kamu, kamu merusak ritmeku. Hai kamu, kamu mencuri waktuku. Hai kamu, kenapa ada di hati dan pikiranku. Selalu"
-JSP-Pagi itu Syasya berdandan rapi menggunakan dress dengan bahan lace dan tile berwana putih. Rambutnya dia up do dengan messy bunn namun tetap rapi, tampak sangat manis dan menggemaskan. Pagi itu dia akan datang ke acara wisuda Zara di salah satu perguruan tinggi negri di Jakarta. Sedangkan sang bunda akan menyusul pada siang harinya dikarenakan kesibukannya di butik.
"Mba Sya, itu mas Rafa sudah datang menjemput Mba." Sapa Mbok Suti sambil masuk ke kamar Syasya yang kebetulan sedikit terbuka itu.
"Siap Bos. Gimana Sya udah cantik belum Mbok?"
Mbok Suti mengacungkan dua jempolnya. "Mas Rafa pasti pangling"
"Hahaha bahaya dong Mbok, tar bisa ditinggal karena lupa Syasya yang mana" canda Syasya.
"Ya udah Mbok Sutiku, baik-baik dirumah ya. Sya pergi jangan kangen, berat kata Dilan"
Mbok Suti hanya bisa tersenyum melihat kelakuan majikan kesayangannya itu, yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri. Si Syayang yang manja sejak kecil namun kini sedikit demi sedikit makin mandiri terlebih setelah kepergian sang Ayah. Mbok Suti bersyukur Syasya bisa tumbuh seperti sekarang, siapa sangka gadis yang waktu SMP itu sangat terpukul dengan kepergian ayahnya itu bisa kembali tersenyum kembali. Mbok Suti sangat bersyukur.
Rafa menunggu di teras rumah Syasya, dia tampak rapi mengenakan kemeja putih dan jeans hitam dipadu sepatu putih yang casual.
"Yuk Raf, sory lama. Mama mana?" Syasya menyapa dan mencari dimana mama Ella.
"Yuk. Mama sama abah"
Syasya sedikit kaget, jadi dia hanya akan sendiri saja dengan Rafa di mobil. Oh Tuhan, jantung Syasya berdegub kuat. Setelah kejadian di Bogor Syasya makin-makin nerveus di sekitar Rafa, serasa oksigen seketika banyak menyusut di atmosfer. Perjalanan dari Cempaka Putih ke arah Depok itu cukup lancar. Selama perjalanan suasana sunyi seperti biasa, namun sesekali Syasya mencuri padang ke arah Rafa, bagaimana tidak menurut Syasya hari ini Rafa berkali-kali bertambah keren.
'Jantungku lama-lama cepet rusak kalo kayak gini. Rafa kenapa sih harus ganteng gitu, kan Sya jadi pengen liatin tapi malu' rintihnya dalam hati.
"Dah makan" tiba-tiba Rafa bersuara.
"Sudah tadi Raf, minum susu"
"Laper"
"Oh Rafa lapar? Mau berhenti dulu makan? Yah tadi ga bilang sih kan tadi bisa bekal dari rumah Sya"
"Itu" Rafa menunjuk kotak lock & lock yang ada di jok belakang mobilnya.
Syasya segera mengambilnya, dan setelah dibuka ternyata berisi roti dengan peanut butter. Syasya segera mengambil tissue dan bermaksut memberikannya pada Rafa. Syasya menyodorkan roti itu namun Rafa tidak juga mengambilnya malah seolah cenderung menghindar.
"Ini Raf rotinya" Syasya membuka suara sambil menyodorkan lagi roti itu.
"Tolong" cuma itu balas Rafa.
Syasya bingung, apa maksud Rafa. 'Apa iya dia minta aku suapin??' batinnya, kemudian dia memberanikan diri dia ulurkan roti itu kemulut Rafa, dan benar saja dia langsung menggigit roti itu lahap. Oh Tuhan jangan ditanya lagi bagaimana kondisi Syasya. Pipi yang hari ini dia beri sedikit blush on semakin memerah, jantungnya sudah bukan marathon lagi tapi sprint.
"ehm"
Rafa berdehem yang berhasil membuat Syasya tersadar kembali, dan sadar bahwa Rafa mengingatkannya untuk menyuapi rotinya lagi. Akhirnya tepat ketika sampai di Universitas Zara dua buah roti bekal Rafa sudah abis dilahap olehnya, dengan suapan dari Syasya tentunya. Begitu selesai parkir Syasya buru-buru keluar dari mobil dia butuh udara segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita & Jingga
RomanceMenceritakan kisah hidup dan romansa seorang gadis bernama Jelita Syasya Paramadina. "Langkahku takkan terhenti, walaupun mentari tak lagi menyinari. Karena hujan ini tak akan selamanya. Dan malam pun akan sirna. Semburat dan cahaya Fajar akan kemb...