Hujan rintik membasahi jalanan Jakarta pagi itu. Rintik hujan menambah semarak dan kesyahduan pada event hari ini.
Hari ini Syasya akan menggelar pengajian pernikahan yang akan diadakan di rumah Syasya. Tentu saja mayoritas yang hadir adalah keluarga Rafa, undangan Syasya hanya sebatas rekan-rekan dekat bundanya dan orang butik saja. Oiya tentu saja ada mbok Suti dan keluarganya. Kali ini mbok Suti pun datang dan tidak untuk pergi lagi, tentu saja ini bagai kado spesial untuk Syasya.
Oleh karena itu Ella yang merencanakan untuk menggabungkan acara pengajian ini. Tapi tetap ya calon penganten lelaki tidak boleh ikut hadir. Iya Ella sangat ingin memingit anaknya itu, dia ingin mengikuti budaya jawa seperti yang sering diceritakan oleh mendiang Erika.
Jam sembilan pagi dan rumah Syasya sudah disulap dengan dekorasi penuh bunga mawar dan bunga-bunga lain yang berwana putih. Sedangkan kamar Syasya sendiripun tidak luput dari dekorasi bebungaan itu, tapi tentu saja dengan sentuhan yang lebih spesial lagi. Karena kamarnya itu yang akan menjadi kamar pengantin mereka.
Mendengar namanya saja Syasya merinding. Bukan kenapa-kenapa cuma bayangan Syasya soal kamar pengantin memang agak blur, setelah sebelumnya tentu saja Jesica, Dania, Mila, termasuk Melati sudah banyak membahasnya, termasuk memberi referensi. Tapi namanya juga Syasya, membayangkannya saja dia takut-takut.
Tentu saja pipi Syasya mendadak memerah ketika menyambungkan semua hal tentang kamar pengantin, dengan sikap Rafa yang mendadak menjadi super genit dengannya. Syasyapun tidak sampai hati membayangkan apa yang akan terjadi di kamar itu nantinya.
Syasya sudah selesai dengan riasannya, kini Zara sudah mengajaknya ke depan karena acara sudah akan dimulai.
Dania, Mila, dan Jesica hadir disana. Mereka bertiga langsung ikut duduk disebelah Syasya.
Pengajian pun dimulai, dimulai dengan membaca alquran bersama-sama. Pengajian siang itu tak hanya mengundang ibu-ibu pengajian kompleks, namun juga mengundang anak-anak panti asuan yang biasa mendapat donasi dari keluarga Abdullah dan Butik Syasya.
Selanjutnya pengajian itu diisi dengan tauziah dari salah satu ustazah yang diundang, tak lupa ditambah dengan doa-doa pernikahan. Suasana harupun melingkupi acara siang itu.
Perasaan Syasya, tidak usah ditanya lagi. Jika semula pikirannya berisi tentang Rafa dan kisah kamar pengantinnya. Untuk saat ini, awan-awan abu abu sudah memenuhi langit hatinya. Melihat anak-anak panti dan munculnya bayang-bayang Bunda dan Ayahnya membuatnya ciyut. Membuat perasaan Syasya kelabu dan penuh haru.
Tepat disaat sang ustazah menyebut soal anak yatim dan piatu, dan kemudian mendoakan kedua orang tua Syasya, disaat itulah tiba-tiba Syasya merasakan kesadarannya direnggut. Syasya tidak sadarkan diri.
Ella dan Zara yang juga dalam perasaan haru langsung kaget melihat keadaan Syasya. Pastinya dimoment seperti ini memang memori soal orang terkasih yang sudah tiada disisi kita akan muncul dengan mudahnya. Ella tahu persis, karena baginya pun sedari tadi dia melihat Erika dan Gifari duduk di antara para hadirin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita & Jingga
RomanceMenceritakan kisah hidup dan romansa seorang gadis bernama Jelita Syasya Paramadina. "Langkahku takkan terhenti, walaupun mentari tak lagi menyinari. Karena hujan ini tak akan selamanya. Dan malam pun akan sirna. Semburat dan cahaya Fajar akan kemb...