"Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku"
-Potret-Bulan telah berganti, hari-hari Syasya kini sudah disibukkan dengan kegiatan sekolah, kursus masak, dan beberapa hal terkait dengan pernikahan Zara yang akan dilakukan pertengahan bulan September itu bersamaan dengan ulang tahun Zara. Syasya masih tinggal di Cempaka Putih, untuk weekend dia baru akan menginap di Menteng.
Sikap Syasya pun kini perlahan mulai normal, sudah mulai kembali ceria, makan sudah biasa, dan kerempongannya pun sudah kembali. Walaupun selalu ada hari-hari yang dia tiba-tiba teringat pada orang tuanya dan mengembalikan moodnya menjadi kelabu.
Pagi itu Syasya akan ke butik bundanya bersama Ella dan Zara untuk fitting terakhir baju mereka. Butik almarhumah Erika memang masih berjalan. Ella menghire designer-designer muda untuk join disitu. Dan khusus baju Zara dan bridesmaidnya memang sudah diselesaikan oleh Erika, hanya tinggal finishing touches.
Jam 9 pagi ketiganya sudah sampai di depan butik itu. Ini kali pertama Syasya menginjakkan kakinya di butik Bundanya itu semenjak kepergian sang bunda. Seolah tau itu Ella sedari tadi mengandeng tangan dan merangkul Syasya.
Begitu memasuki area depan butik itu entah kenapa dada Syasya terasa sesak. Muncul kembali bayangan senyum Erika yang sedang menyambut tamunya di area itu. Dengan senyum cantiknya dan keramahan yang Erika punyai. Mata Syasya mulai panas.
"Kalo rindu, nangis ga papa nak, sini mama peluk" bisik Ella yang langsung memeluk Syasya erat.
Mereka berdua berdiri dan berpelukan cukup lama disitu, cukup membuat perhatian pengunjung dan karyawan yang ada disana memfokuskan perhatiannya pada mereka. Syasya sudah tidak dapat menahannya lagi, begitu pelukan Ella terasa, air matanya langsung banjir. Dengan sediki isakan kecil.
"Sya rindu bunda Ma" ucapnya dalam sela isakan tangis.
"Abis nikahan kak Za ya sayang, kita ke bundamu" ucap Ella menenangkan sambil melepas pelukannya. Ella mengelap air mata Syasya, kemudian mengelus kepalanya pelan. "Yuk susul kak Zara dulu"
Akhirnya keduanya menyusul Zara ke ruang fitting, Zara tadi masuk ke butik terlebih dahulu. Begitu memasuki ruang fitting itu kembali Syasya disuguhkan dengan pemandangan yang menyesakkan dadanya. Fotonya bersama sang bunda masih ada di ujung dinding ruangan itu.
Kembali lagi matanya memerah, tak ingin mengacaukan moment Zara, Syasya meminta ijin untuk ke toilet. Dan kemudian dia menumpahkan semua kesedihannya disana. Menangis sendiri dalam bilik toilet.
'Bunda. Syasya kangen bunda' isaknya dalam hati.
***
Hampir 15 menit Syasya menghabiskan waktunya di toilet. Setelah merasa cukup tenang Syasya segera beranjak menyusul ke ruang fitting tadi."Nah si Syayang ini cobain dress kamu dlu" teriak Zara antusias.
Syasya hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian menuju area ganti untuk mencoba dress warna merah itu.
"Waaah cantiknya anak mama" teriak Ella girang. "Rafa bisa ga tenang selama resepsi nanti ni" lanjut Ella sambil tertawa lepas.
"Hahaha bener, ntar si Syayang bisa diborgol ma biar ga lepas dari dia" tambah Zara yang langsung membuat Syasya menunduk malu.
"Sudah pas sih ukurannya sih sama si Syayang" ucap Ella kemudian.
"Iya sudah pas dengan mba Sya" jawab salah satu karyawan butik yang bernama Alita. "Itu ibu Erika yang rancang sekaligus jahit. Sama seperti gaun Mba Zara"
"Bunda yang jahit mba?" Ucap Syaya pelan.
"Iya mba Sya, oiya kemarin saya ada menemukan beberapa kotak kado yang tampaknya bu Erika udah siapkan buat ulang tahun ke 17 nya mba Sya" lanjut mba Alita menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita & Jingga
RomantizmMenceritakan kisah hidup dan romansa seorang gadis bernama Jelita Syasya Paramadina. "Langkahku takkan terhenti, walaupun mentari tak lagi menyinari. Karena hujan ini tak akan selamanya. Dan malam pun akan sirna. Semburat dan cahaya Fajar akan kemb...