72. Angin semusim

15 1 0
                                    

Angin pagi berdesir lirih
Hendak kemana kaki senja yang berlari
Sudah lelahkah
Mengejar mentari

Serbuan angin menyerukan engkau dibalik dinding langit senja
Gerah dan gigil menunggunya
Menanti rindunya

Angin senja yang semusim
Tak mungkin menjenguk lirih perih mentari pagi
Senja tak kan pernah kembali
Sebab malam telah menguasai gelapnya

Ah, angin
Seruanmu terdengar parau
Tak mungkin senja mendengar
Langkahmu yang kecil
Kerap tertinggal jauh

Dan,
Kau bukanlah bayangan penyejuk
Kau hanyalah angin yang berdesir yang menggugurkan gigil rindu-rindu sepagi ini

_sab

Sebatang hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang