142. Perihal Kepergian

2 1 0
                                    

Pada mimpi yang tak terdaki
Maaf, sampai kini jiwa yang sekosong udara
Belum bisa memaknai kata jauh

Berada didekat semua musim yang terlewati
Tak seserpihpun termiliki itu seberat keranda telah mengusung hatinya segenap pergi

Terus mana bisa aku tertawa
Sedang hatiku terus merengek sebuah hati yang tak ingin kembali

Kau tahu, ia sendiri tak mampu mengukur kodrat Ilahi
Dibalik dahaganya yang kaku
Di kerumunan sejuta senyum
Tersungging getir yang melintir

Tapi ia ingin terlihat tegar
Ditengah perjalanannya yang selalu patah ditengah tangkai
Walau sebenarnya penat mendesak ingin tumpah ruah sebagai pilu yang teramat dalam

Namun tak usah sok khawatir
Kesedihannya lebih rela ingin koyak sekoyaknya
Karena pergi
Lebih memaksa tak pulang

Namun aku yakin gundah tak kan lama bertahan bersemayam dibilik jantungku yang sengaja kau buat ruang

Kekuatanku yang melemah
Percayalah itu cuma sesaat hadir
Sekejap mentariku akan kembali memancar

Kemudian dengan tangkas melupakan kepayahan melepas yang tak berkenan di kini yang kelam
Dan yang tak pantas bersisian hati dimasa silam dan masa mendatang

#Sebatanghati, 27 september 2020

Sebatang hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang