113. Rindu Yang Sembilu

5 0 0
                                    

Aku masih terbaring, Nang
Masih menganyam rindu yang pernah menjatuhkan
Rindu yang sering kita perbincangkan cukup dengan Tuhan

Bukan takdir yang sering disalahkan
Tapi bahagia selalu memilih jalan yang ia suka

Tidak dimatamu
Tidak juga dimataku
Bukan juga di jantung surga
Dunia kita sudah banyak meneguk pecahan kaca
Dunia kita cukup diberanda
Kita hanya bisa membaca sajak-sajak kita yang kian hari kian basah

Ada yang terbelah-belah Nang, di dadaku yang ingin pecah
Saat dunia memunggungi rinduku yang tumpah ruah

Aku masih terkurung kaca, Nang
Sambil meneguk air mata mengenangmu tanpa daya

Di dinding putih aku banyak terdiam ke cerita rindu yang tak ingin punah

Aku merasa bumi tempatku berpijak tergoncang
Langitku serasa runtuh dan gelap
Aku terbaring tanpa harapan
Menelan lautan rindu sendirian

Sekarang duniaku sunyi, nang
Dinding-dinding putih menatapku perih
Suster-suster berkata dengan lirih
Dik, sudah waktunya meneguk air mata tiga kali sehari

Begitu Nang,
Hari-hariku berlalu nyeri
Dimana hati ingin berperang melupakan tapi tidak ingin jadi pemenang dimatamu yang meneduhkan
Terus ingin selalu terjatuh disudut hatimu yang merubuhkan

Aku ingin kau bahagia, Nang..itu saja!

Kalau sempat matamu terbaca
Puisi ini sudah lama ingin berhenti di keranda yang sudah lama kusiapkan
Untuk mengusung rindu-rindu yang kita koyakkan disetiap lipatan rindu yang memerihkan

Biarlah Nang
Raga ini terbaring tanpa jantungmu
Biarlah rindu ini kusimpan sebagai nisan yang tenggelam yang tak perlu diiringi tangis kepedihan

Bukankah rindu kita sudah menjadi belulang
Bukankah antara jasat dan tanah sesekali tak perlu mengumbarkan rindu yang berkobar lalu padam dengan sengal sakitnya berjauhan

Ah, Nang
Rindu kita kini tinggal masa lalu
Saat aku dan kamu bukan lagi kita

Dan bukankah hati kita sudah terlatih
Menangisi rindu yang kerap tak punya basa-basi menuturkan indahnya bersama

Ah, Nang
Rindu ini terus memilukan
Serasa tertusuk sembilu dengan perih yang tak tertahankan

Terkadang,
Angin yang berhembus serasa kemarau berkepanjangan
Yang tak memerlukan pendengaran
Perihal pilunya rindu yang dipisahkan

Sab,
RSMH , 12 juli 2019
Kemo yg ke 6
#Nang=kenangan

Sebatang hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang