12. Kasidah Rindu

35 3 0
                                    

Nang,
di sini bumi diguyur hujan yang menghunjam
Separuh purnama yang tertelan ditimbun awan hitam

Angin malam ricuh beterbangan menyelinap
Kehilangan gandengan
Serupa purnama ditinggal bintang ingatan melodi rindu yang menggoncang

Disini Nang,
Kukatup semua ruang dan tirai
Tak secelahpun angin datang menggelandang
Sebab angin malam serupa ritme nyanyian yang menusuk tulang membuyarkan kenangan

Dengarlah Nang,
Lantunannya yang menyenyakkan kerinduan
Dengarkan,
Aku ada didalam tiap genderang yang menginginkan ingatanmu pulang

Berkisah luka yang merimbun menutupi bulan
Hingga malam bosan
Sampai syair itu hilang dari pendengaran

Ikutlah Nang,
Ikutlah terbang dengan iring-iringan kasidah malam
dalam rindu yang mulai meremang
Menggelepar secambuk kering, merotan bilur-bilur kepiluan

Nang
Biarkan kalamku terserak-serak tanpa harapan
Tak kuasa menyongsong surya pagi dengan napas setengah badan

Biarkan kasidah rindu terus bertalu sampai telinga kita tersumbat beku, sampai tak sanggup lagi mendengarkan
Sampai bisu menutup mataku

Biarkan ia terus bersembunyi dibalik gelap malam
Bagiku lantunan yang tinggal sepenggal sangatlah riskan tuk dienyahkan
Biarlah jadi selimut malam-malam yang menakutkan

Usah menyesal, usah bertengkar perihal rindu yang belum usai
Usah perkarakan lagi biduk yang tak kan pernah sampai
Curilah diam-diam bila rindu sudah tak tertahankan

Sebab rindu sekarang diambang kesenjaan
Cahayanya tak lagi seterang rembulan
Sebab rindu tak kuat menunggu, tak sekuat dulu

Sebab rindu semakin renta tak punya hak menanyakan
Hendak kemana akan dihempaskan

Atau tunggu saja Tuhan mengabulkan atas doa yang belum tertuntaskan
Atau bawalah dengung rindu ini agar tidak lagi mengurai keraguan

Dengarlah Nang, sekali ini
Dentuman rindu mengoyak jantung fajar meregang nanar
Biru-biru melebam.....lukaku diantaranya

Padahal aku ingin mabuk hilang kesadaran
Tersuguk sempoyongan bersulang kola kenangan sampai pagi menjelang

Sampai rindu-rindu masbuk
Sampai rupamu benar-benar raib dan yang cuma ku dengar derit-derit angin yang menyamarkan

Dan bila esok embun pagi datang
Kan kita dapati rindu sekarat berkaparan
Terbujur tanpa lenguh penyesalan

Entahlah, jika ini yang kau tanyakan untuk siapa lagi selainmu
Kasidah rindu ini didendangkan

Aku hanya tapakur pada perang hujan yang selalu meributkan, pada gerimis yang rintiknya tak pernah menyatukan

#Nang=kenangan
Sab- Plg, 18 mei 2018

Sebatang hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang