Sepertinya Sehun benar-benar mendengarkan ucapanku. Malam ini dia tidak pulang terlalu larut. Tentu saja aku senang karena akhirnya aku tak perlu begadang untuk bisa bertemu dengan Sehun. Bahkan terkadang aku tidak bisa menahan kantukku yang membuatku harus tertidur sebelum aku bisa bertemu dengan Sehun.
"Apa urusanmu di kantor sudah selesai? Karena tidak biasanya kau pulang sangat cepat," ucapku sambil membantunya membuka jas yang terlihat tersangkut diantara pegelangan tangannya.
Sehun menekuk jasnya secara asal dan menaruhnya diatas sofa. "Apa kau tidak senang melihatku pulang dengan cepat?"
"Tentu saja aku senang! Aku merasa sangat kesepian di rumah."
"Untunglah aku pulang cepat." Sehun mengelus rambutku lembut.
Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku saat ini. Tapi melihat Sehun kembali ke rumah dengan cepat membuatku langsung memeluknya dengan erat. Kulihat Sehun bingung dengan tingkah lakuku yang berubah sangat tiba-tiba ini.
"Kau kenapa? Apa ada masalah? Ceritakan padaku," katanya penuh khawatir. Wajar saja jika Sehun khawatir karena tidak biasanya aku akan memeluk Sehun secara tiba-tiba seperti ini.
Pikiranku kali ini benar-benar penuh terisi dengan kalimat percayakan Sehun, kali ini saja. Tapi aku tetap tidak bisa, aku masih belum bisa menemukan satu alasan yang cukup kuat yang dapat membuatku mempercayainya.
Aku khawatir kalau rasa ketidakpercayaanku ini berujung pada hal yang tidak kuinginkan. Sungguh, aku ingin sekali mempercayai semua ucapan Sehun. Tapi aku benar-benar tidak tahu apakah aku benar-benar bisa mempercayainya meski Sehun tidak memberitahukanku apa-apa soal kecelakaan itu? Apakah tindakanku dengan tidak mempercayai Sehun saat ini adalah tindakan yang benar?
"Kau kenapa?" Sehun bertanya lagi setelah tidak mendapatkan jawaban dariku. Dia kali ini terlihat sangat cemas, dia memandangiku dengan tatapan yang bingung.
Kulepaskan pelukan kami dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku hanya senang kau pulang cepat hari ini."
Alasan yang tidak masuk akal itu membuat Sehun mengernyitkan dahinya. Dia tidak yakin dengan ucapanku. "Baiklah kalau begitu," ucapnya kemudian tanpa bertanya lebih lanjut lagi. Aku benar-benar menghargai sikap Sehun ini, dia tahu kalau aku sedang tidak ingin membicarakan soal ini dan dia tidak bertanya lebih lanjut soal itu.
Ponselku tiba-tiba saja berbunyi, aku segera mengangkat panggilan telpon yang masuk itu. Ternyata Yoo Rim yang menelpon. Tumben sekali sekretaris kepercayaan Sehun itu menelponku semalam ini. Apakah ada hal penting yang harus dibicarakan sampai dia menelponku sekarang ini?
"Siapa?" tanya Sehun begitu melihat raut wajahku yang tidak biasa.
"Ah, bukan siapa-siapa. Aku harus mengangkat telpon ini dulu."
Aku menjauhkan diri dari Sehun dan mengangkat telpon dari Yoo Rim.
"Ada apa?" tanyaku langsung pada intinya.
"Nyonya, saya sudah menemui pria itu."
Satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaanku saat ini adalah keterkejutan. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Apakah Yoo Rim benar-benar sudah menemukan pria itu? Pria yang bisa menjadi saksi dari kasus Sehun?
Tunggu dulu. Aku tiba-tiba menjadi bimbang. Apakah dengan menemukan keberadaan pria ini, aku bisa membantu Sehun? Atau malah aku membuat kesialan pada Sehun?
"Nyonya...," panggil Yoo Rim lagi, membuatku terbangun dari lamunan.
"Apakah dia benar-benar pria yang kita cari? Bukankah polisi saja tidak bisa menemukan keberadaan pria itu? Bagaimana bisa kau menemukannya?" Segelintir pertanyaan itu membuatku sangat penasaran bagaimana bisa Yoo Rim menemukan pria yang polisi kira sudah meninggal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Stranger (Oh Sehun)
FanfictionPegawai hotel yang tidak sengaja harus menikah dengan seorang CEO akibat kecelakaan kecil. Namun siapa sangka ternyata CEO a.k.a Oh Sehun tersebut memiliki sisi gelap yang tidak semua orang tau. Park Hae Jin juga harus tinggal di rumah Sehun dan har...