[6] Dia

19.7K 2K 54
                                    

Suara desahan seorang perempuan mulai terdengar di kupingku. Oh Tuhan! Apakah suara desahan itu harus benar-benar kudengar? Tidak bisakah mereka melakukannya secara perlahan dan sunyi tanpa menimbulkan suara apapun? 

Tanganku mengelap secara kasar meja ruang tamu, aku kesal dengan keadaan yang seperti ini. Maksudku, tidak bisakah Sehun membuat satu ruangan yang sangat tertutup dan redup suara untuk melakukan hal itu

Ponselku tiba-tiba berdering dan sukses membuatku terkejut, hingga membuat vas bunga yang ada di tengah meja itu terjatuh. Suara pecahan dari vas keramik itu membuat Sehun keluar dari kamarnya. Ia tertegun kaget melihat apa yang sudah kuperbuat dari ambang pintu kamarnya. Dia bahkan belum memakai pakaiannya, tubuhnya hanya tertutup oleh selimut yang ia pegang.

"Apa yang kau lakukan?!" 

Aku tersentak kaget mendengar suara Sehun yang terdengar sangat marah karena aku memecahkan salah satu vas bunga di ruang tamunya. Ia mendekatiku dan menatapku lekat. Sementara wanita one night stand Sehun hanya menontoni kejadian ini dari ambang pintu kamar dengan memakai sebuah lingerie yang hampir memperlihatkan tubuh indahnya. 

Sehun memegang salah sau tanganku dengan kasar. Ia mencengkramnya dengan sangat kuat hingga aku meringis kesakitan, tapi dia tidak memperdulikan itu. Tanganku benar-benar sangat sakit dan seperti mati rasa saat ini. 

"A-aku tidak sengaja," ucapku cepat dengan sedikit terbata karena menahan rasa sakit di tanganku.

"Apa kau tahu berapa harga vas bunga itu?!" teriak Sehun marah. Suaranya menggema di ruangan yang kosong ini, suaranya terlalu mendominasi dan membuatku secara tak sadar meneteskan air mata. Ini pertama kalinya aku melihat Sehun berteriak marah seperti ini dan aku... takut padanya.

Sehun hampir saja mendorongku ke arah pecahan kaca vas bunga kalau saja aku tidak ikut menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Dia benar-benar hampir mencelakakanku.

Sehun menatapku dalam diam dan sangat tajam. Bahkan setelah dia melihatku menangis, Sehun hanya terdiam dengan muka memerah akibat amarah yang sengaja ia tahan. Tangannya tergenggam dengan sangat erat, seperti siap untuk menonjokku kapan saja begitupun dengan rahangnya yang mulai mengeras. Bukankah ini terlalu berlebihan? Maksudku, ini hanyalah sebuah vas bunga dan Sehun masih bisa membelinya. Tapi kenapa dia harus semarah ini padaku? 

"Kembalilah ke kamarmu dan jangan melakukan apapun mulai saat ini. Kau hanya perlu melakukan apa yang ku perintahkan," ucap Sehun setelah amarahnya cukup mereda. Tanpa menjawab, aku segera berlari menuju kamarku dengan air mata yang terus menetes membasahi wajahku.

Dari tempatku berlari, aku dapat merasakan bahwa perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu itu tertawa puas melihatku yang seperti ini. Aku menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat setelah diriku memasuki kamar yang masih dalam keadaan gelap ini. Tangisanku pecah di dalam kegelapan ini. 

Aku disini hanya untuk meminta pertanggung-jawaban dari seorang Oh Sehun, bukan untuk menjadi seorang pembantu seperti ini yang bisa kapan saja ia suruh dan marahi seenaknya. Tangisku kupaksa untuk mereda setelah ada panggilan masuk dari ponselku. Jongin menelpon.

Kuhapus secara kasar air mata yang membasahi wajahku dan berusaha menetralkan suaraku sebisa mungkin lalu mengangkat panggilan Jongin. "Hallo," ucapku pelan.

"Kau tidak apa-apa?" Jongin sepertinya tahu kalau aku sedang tidak apa-apa saat ini. Dia selalu mengerti dengan keadaanku meskipun aku tidak memberitahunya.

Aku mengangguk meski aku tahu Jongin tak dapat melihatnya. "Aku baik-baik saja. Aku merindukanmu dan aku ingin bersamamu," kataku pelan dengan suara isakan tangis yang tak bisa kutahan. Terlintas semua memori yang pernah kulakukan dengan Jongin di otakku ketika aku mendengar suara pujaan hatiku itu. Aku benar-benar merindukan Jongin, aku ingin bersamanya saat ini.

Married With Stranger (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang