Ini adalah hari pertamaku dan Sehun berstatus sebagai seorang suami dan istri. Tidak ada yang berubah, sungguh. Semuanya terasa seperti kalau aku dan Sehun tidak menikah. Buktinya adalah pagi ini, seperti biasa, kami akan bangun pagi lalu makan di tempat yang sama dengan kesibukan masing-masing. Sehun yang memakan roti panggangnya dengan membaca koran dan aku yang benar-benar fokus pada makananku.
Sebagian orang mungkin akan merasa kalau ini adalah pernikahan aneh. Setidaknya, setelah menikah Sehun bisa kan bersikap seperti pria yang sudah menikah. Maksudku, meski dia tidak mencintaiku ataupun menyukaiku, setidaknya dia bisa mengucapkan selamat pagi atau apapun itu. Atau setidaknya mengobrol saat kami bisa menghabiskan waktu berdua di tempat makan seperti ini.
"Kau sudah selesai?" tanyaku begitu mendapati Sehun yang tiba-tiba menutup korannya lalu beranjak dari kursinya.
"Ya," balasnya.
"Jam berapa kau pulang?"
Sehun menatapku dengan mengangkat salah satu alisnya. Dia lalu menaruh koran yang masih ada di tangannya di atas meja lalu menaruh kedua tangannya di dalam saku celana. "Kenapa kau bertanya kapan aku pulang? Apakah kau ingin bermain menjadi seorang istri yang baik dengan menunggu suaminya pulang?
Sepertinya kau sudah paham dengan hal ini. Kita sudah setuju untuk tidak mencapuri urusan masing-masing karena kita hanya perlu berpura-pura menjadi pasangan suami-istri di depan kedua orang tua kita saja," tuturnya yang lalu pergi begitu saja dari hadapanku.
Aku benar-benar tidak percaya kalau dia akan mengatakan hal seperti itu. Kurasa kemarin sifatnya baik-baik saja, tapi kenapa sekarang dia berubah menjadi pria dingin lagi? Apakah dia mengidap penyakit DID, penyakit dimana seseorang memiliki banyak kepribadian?
***
Untuk hari ini, aku benar-benar tidak tahu harus mengerjakan apa. Aku merasa kosong. Ini sangat melelahkan. Aku memang tidak mengerjakan apapun, tapi aku merasa aku sangat lelah karena tidak melakukan apapun.
Sedetik ketika aku ingin menghidupkan televisi, aku mendengar kalau ponselku berdering. Dengan cepat aku berlari ke arah kamarku untuk melihat siapa yang memanggilku itu. Alisku benar-benar hampir bertautan ketika melihat siapa yang saat ini sedang menelponku. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Jongin akan menelpon.
"Hallo," ucapku pelan--sangat pelan.
Ketika satu kata itu keluar dari mulutku, aku merasa seperti tenggorokkanku sedang tercekat oleh suatu benda yang membuatku tak bisa berkata lebih.
"Kau sedang apa?"
Aku tidak mengerti sungguh dengan Jongin. Bukankah dia sudah tahu kalau aku sudah menikah dan mengkhianatinya? Tapi kenapa saat ini aku merasa seperti dia sedang berperan sebagai seorang kekasih yang pernah ia lakukan dulu padaku.
"Tidak melakukan apapun," jawabku singkat tanpa bertanya balik apa yang sedang dia lakukan. Dulu, mungkin aku akan bertanya balik apa yang sedang dia lakukan. Tapi sepertinya saat ini aku tidak bisa lagi menanyakan hal itu. Jika aku bertanya padanya, bukankah aku akan terlihat seperti orang yang benar-benar sangat jahat? Sudah memberi luka pada Jongin, lalu apakah aku harus memberinya cuka juga supaya itu tambah parah? Tentu saja tidak akan.
"Um... Hae Jin-a...." Suara Jongin terdengar melemah. Dia seperti ragu untuk mengucapkan kalimat yang akan dia ucapkan padaku. Bahkan aku mendengar suara desahan singkat.
"Ada apa?"
Mungkin ini aneh, tapi saat ini aku gugup. Gugup secara tiba-tiba. Berkali-kali aku memainkan ujung bajuku karena sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Jongin padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Stranger (Oh Sehun)
FanficPegawai hotel yang tidak sengaja harus menikah dengan seorang CEO akibat kecelakaan kecil. Namun siapa sangka ternyata CEO a.k.a Oh Sehun tersebut memiliki sisi gelap yang tidak semua orang tau. Park Hae Jin juga harus tinggal di rumah Sehun dan har...