[16] Cemburu?

19.2K 1.8K 115
                                    

Hari ini rencananya aku dan Sehun akan kembali menemui ibuku untuk lebih rinci membicarakan soal pernikahan kami. Ny. Oh tidak ikut bersama kami karena dia sibuk mengurusi gaun pengantin yang akan kukenakan nanti.

Aku tidak tahu tanggal berapa Ny. Oh menetapkan pernikahan kami. Tapi yang jelas pernikahanku dan Sehun akan dilangsungkan minggu depan. Yang artinya mulai minggu depan aku akan terus berada di rumah ini, menjadi seorang istri Oh Sehun.

"Kau sudah mengabari ibumu kalau kita akan datang kan?" tanya Sehun begitu mobil yang ia kendarai sudah keluar dari pekarangan rumahnya.

Aku mengangguk. "Sudah."

"Apa tunanganmu masih menghubungimu?"

Aku menengok kearahnya, merasa bingung karena dia bertanya hal seperti itu. Untuk apa dia bertanya tentang itu?

"Tidak, kenapa?"

Sehun tersenyum sinis. "Sudah kuduga. Dia tidak mencintaimu. Buktinya saja setelah dia tahu kau hamil, dia tidak mencoba untuk membicarakan soal ini padamu baik-baik. Setidaknya jika dia benar-benar ingin menikahkanmu, dia akan mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Seperti..." Sehun menggantung ucapannya. "Lupakan," lanjutnya.

"Seperti apa?" tanyaku memperhatikannya dengan penasaran.

Sehun terdiam sebentar. "Mencoba untuk menikahkanmu mungkin?" ucapnya hati-hati.

Mataku terbelalak mendengarnya. Apa dia gila? Bagaimana bisa Jongin menikahkanku disaat aku mengandung seorang anak yang bukan anaknya? "Apa kau mencoba untuk kabur dari masalah ini?" selidikku.

Sehun mengangkat kedua bahunya. "Ya. Lagipula aku masih belum tahu kan itu bayi siapa. Siapa tahu saja itu bayi tunanganmu," katanya santai membalas ucapanku.

Aku menggeleng tidak percaya ketika dia mengatakan hal itu. Aku memilih untuk tidak membalas ucapannya karena semakin lama ucapannya semakin tidak terarah.

Secara tidak langsung, sepertinya Sehun ingin sekali mengeluarkan dirinya dari masalah ini. Maksudku, ini benar-benar adalah anaknya dan dia ingin Jongin yang bertanggungjawab? Bukankah dia gila? Sepertinya otaknya sudah tidak ada lagi di kepalanya.

"Kau marah?" tanyanya.

Kembali aku tidak menjawab pertanyaannya. Bukankah sudah jelas kalau aku marah? Apakah dia perlu bertanya lagi soal itu?

Kami tidak bebicara satu sama lain sampai kami tiba di rumah ibu. Akupun berjalan lebih dulu darinya ketika masuk ke rumah ibu.

"Jadi acaranya tidak akan besar-besaran. Kami hanya akan mengundang orang-orang terdekat saja," ucap Sehun ketika ditanya ibu mengenai tamu undangan yang akan kami undang.

"Publik tidak akan tahu?" tanya ibu.

"Tahu, karena kita akan mengundang beberapa wartawan."

Mataku langsung memperhatikan Sehun dengan cepat. "Kau juga mengundang wartawan? Bagaimana nanti kalau mereka tahu aku hamil duluan sebelum menikah?"

"Mereka tidak akan tahu, tenang saja," balasnya dengan santai. 

Aku sebenarnya tidak mengerti dengan jalan pikiran Sehun. Kenapa dia bisa-bisanya mengundang wartawan untuk menghadiri pernikahan yang akan kami gelar nanti? Kupikir hanya akan ada keluarga dan teman-teman dekat kami saja yang datang. 

***

Lusa pernikahanku dan Sehun akan dilaksanakan. Semua dekorasi dan keperluan untuk pernikahan kami sudah disiapkan dengan sangat sempurna oleh Ny. Oh, bahkan ibuku tidak melakukan apa-apa karena Ny. Oh sudah menyiapkannya dengan sempurna. Pernikahan kami akan diadakan di rumah Ny. Oh, itu adalah rumah utama keluarga Oh. Kuakui mereka memang memiliki halaman depan rumah yang sangat luas, jadi mereka memakai halaman depan itu sebagai tempat pernikahan kami. 

Married With Stranger (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang