[14] Marah

19.9K 1.9K 93
                                    

Saat ini aku sedang menunggu kedatangan Sehun, bukan tanpa sebab sebenarnya aku menunggu Sehun. Aku benar-benar ingin tahu apa yang dikatakan oleh Ibunya mengenai pernikahan kami. Itu benar-benar sesuatu yang tidak masuk di akal. Bisa-bisanya Ibu Sehun langsung memutuskan untuk kami menikah. Menikah bukanlah hal yang mudah, bukankah jika ingin menikah setidaknya harus didasari oleh rasa cinta dulu?

Tak pernah terbayang sebenarnya kalau sampai aku dan Sehun menikah. Karena Sehun tidak mencintaiku tapi ya, kuakui, aku menyukainya. Tapi meski aku menyukainya, bukan berarti aku juga ingin menikah dengannya. Aku masih punya perasaan untuk menghargai Jongin sebagai tunanganku saat ini. 

"Kau menungguku?" Suara Sehun terdengar di kupingku. Lantas aku langsung menolehkan kepalaku ke arahnya dan berdiri menghampirinya.

"Jadi bagaimana? Apa kata Ibumu? Dia tidak mungkin menikahkan kita kan?" tanyaku yang mulai panik. 

"Kenapa kau yang panik sih? Bukankah seharusnya aku yang merasa panik karena Mom yang tiba-tiba menyuruhku untuk menikahimu? Kau seharusnya senang karena pria yang kau sukai akan menikahkanmu." 

Bisakah dia tidak membahas mengenai perasaanku padanya saat ini? Aku memang menyukainya tapi aku tidak pernah sekalipun berpikiran untuk menikah dengannya.

Sehun lalu pergi begitu saja memasuki kamarnya. Dia selalu seperti itu, mengabaikan ucapanku dan hanya bicara seperlunya sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Aku tidak bisa membayangkan kalau nantinya aku menikah dengannya. Mungkin kami akan menjadi pasangan bisu yang tidak akan pernah berbicara sedikitpun. Karena sekarang saja Sehun irit berbicara padaku, apalagi kalau kami menikah nanti.

Aku benar-benar tidak mau kalau sampai akhirnya aku dan Sehun menikah. Sungguh, itu benar-benar hal yang tidak masuk diakal. Karena bagaimanapun, aku adalah tunangan dari seorang Jongin meskipun sekarang kami sedang mogok berbicara.

***

Hari ini Ny. Oh datang pagi-pagi sekali, mungkin dia datang sebelum aku bangun karena ketika aku hendak menuju meja makan, Ny. Oh tampak terkejut melihatku yang keluar dari sebuah kamar. Sepertinya Ny. Oh masih belum tahu kalau aku tinggal di rumah Sehun.

"Kau tinggal disini? Sejak kapan?" tanya Ny. Oh begitu aku dan Sehun sudah duduk di meja makan untuk menyantap makanan pagi kami.

"Sudah sebulan," jawab Sehun.

Ny. Oh tampak sedikit terkejut ketika mendengar jawaban dari mulut Sehun itu. Aku yang juga sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutku, langsung menghentikan aktivitasku dan memperhatikan reaksi yang ditunjukkan Ny. Oh.

"Oh Tuhan! Kenapa kau tidak bilang pada Mom?!" Suara Ny. Oh terdengar sedikit meninggi. Dia menatap lekat anaknya yang sedang lahap memakan sarapan paginya.

Sebenarnya aku tidak mengerti pada Sehun, kenapa pada situasi seperti ini, dia masih bisa makan dengan santainya seperti itu. Aku saja sudah merasa tidak napsu makan karena melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Ny. Oh. Wanita paruh baya itu memang tidak marah, cuma tetap saja, aku merasa sedikit khawatir dan takut padanya.

"Eomma tidak pernah bertanya padaku."

Itulah jawaban Sehun sebelum akhirnya dia meninggalkan meja makan untuk berangkat ke tempat kerjanya. Dasar anak tidak sopan! Kini hanya ada aku dan Ny. Oh yang menyantap makanan di atas meja makan. Suasana sangat hening karena aku tidak tahu harus mengatakan apa.

"Bayi yang ada didalam perutmu benar-benar anak Sehun?" tanya Ny. Oh memecah keheningan yang cukup lama tercipta ini.

Aku mengangguk pelan. "Tapi dia tidak mempercayainya. Jadi kami memutuskan untuk mengecek hasil DNA-nya setelah kandunganku menginjak usia tiga bulan. Oleh karena ini, selama ini aku tinggal di rumah Sehun. Dia takut jika aku tidak tinggal disini, aku akan membocorkan masalah ini pada media." Aku mencoba menjelaskan semuanya dengan sangat jujur pada Ny. Oh.

Married With Stranger (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang