Chapter 26 💕

25 2 0
                                    

"Saat ini aku hanya sedang menikmati bagaimana rindu bercampur pilu, bagaimana bahagia bercampur luka"

-Adhara Senja Rinjani-

"Ra beri dia kesempatan buat jelasin semuanya. Kakak tau kamu susah buat terima dia lagi tapi, satu kesempatan nggak akan bikin kita rugi. Kakak percaya kamu bisa nyelesain masalah kamu sendiri. Dokter kakak kan udah dewasa sekarang." Ucap nya sambil menenangkan adiknya dalam pelukannya.

"Tapi kak kesempatan kedua punya dua resiko bahkan lebih besar dari kesempatan pertama. Aku bukan orang yang nggak mau kasih kesempatan kedua tapi aku juga bukan keledai akan yang jatuh pada lubang yang sama." Balasnya.

"Jika itu berhasil mungkin akan sangat menyenangkan tapi, jika gagal lukanya akan lebih dalam. " lanjutnya lagi.

"Dokter Dhara semakin dewasa bahkan bisa menjawab pertanyaan kakak." ucap Dava berusaha menghibur adiknya.

"Ra kakak nggak maksa kamu buat terima Satria lagi. Tapi kakak cuma mau kamu nggak nyesel karena keputusan kamu ini. Kakak cuma mohon kasih Satria kesempatan sekali kakak jamin dia nggak akan menambah luka itu. " ucap Dava.

"Nanti Dhara pikir kak. " jawabnya sedikit membuat perasaan Dava lega.

"Ya udah ayo pulang kamu tidur di rumah aja Nay nanyain aunty nya terus. " Ucap Dava mengelus rambut panjang adiknya dengan lembut. Dhara hanya menganggu lemah dan masih ke dalam mobil Dava.

"Mobil kamu biar di bawa sama anak buah Kakak. " ucap Dava membukakan pintu untuk adiknya itu.

Sudah hampir 2 hari ini Dhara selalu dihantui oleh pertanyaan Dava. Bahkan dia selalu susah tidur karena harus memikirkan jawabannya. Tapi hari ini Dhara sudah siap, dia sudah berfikir matang-matang tentang jawaban yang akan dia beri pada kakaknya.

"Semoga kali ini adalah hal yang tepat" batinnya dalam hati.

Dhara berjalan menyusuri lorong kantor perusahaan keluarganya yang ada di Amsterdam. Dia ingin segara mengungkapkan jawabannya pada Dava agar hatinya bisa sedikit lega. Dhara menyapa beberapa karyawan yang menyapanya dengan ramah.

"Siang nona Dhara ada yang bisa saya bantu" ucap seorang reception itu.

"Saya ingin ketemu pak Dava ada? " jawabnya.

"Pak Dava baru saja selesai meeating beliau ada dia ruangannya nona.  Mari saya antar." ucapnya dengan ramah.

Dhara berjalan mengikuti intruksi reception itu. Hingga berhenti di sebuah ruangan khusus CO.

"Silahkan masuk nona Pa Dava ada di dalam. "

"Terima kasih."

"Sama-sama"

Dhara masuk melihat kakaknya yang sedang sibuk menerima telepon. Dia duduk dia sebuah sofa panjang yang ada di ruangan itu. Pandangannya terarah ke segala ruangan. Sampai halnya dia menemukan sebuah figura foto yang berada di meja dekat sofa itu. Dhara mendekat meraih figura berwarna putih itu. Bibirnya mengulas senyum melihat apa yang ada dalam foto itu.

Itu adalah foto dia dan Dava saat masih kecil dulu. Saat dimana dirinya sibuk main dan belajar tidak ada luka dan kecewa karena cinta. Sampai halnya saat ini dunianya sudah berbalik. Terbesit dalam hatinya ingin kembali pada masa saat dia ada di dalam foto itu.

"Aku ingin kembali pada masa di mana aku belum mengenal cinta dan terluka.

"Dimana aku hanya akan menangis karena terjatuh" batinnya.

Bahkan tanpa dia sadar air matanya jatuh menetes pada figura foto yang ia pegang. Dava melihat jelas kesedihan di mata adik nya itu. Dava kemudian berjalan mendekati Dhara untuk menenangkan adiknya. Dava memegang bahu Dhara membuat gadis itu tersadar dari lamunannya dan cepat-cepat menyeka air matanya.

Sebatas Bayangan (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang