I'm Normal

571 75 116
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Kelas sudah berakhir sepuluh menit yang lalu. Seharusnya sesuai dengan apa yang kukatakan pada Kendall, aku akan meninggalkannya dan membiarkannya naik bus. Tapi nyatanya diriku masih menunggu dengan bersandar di atas kap mobilku.

Mengangkat tanganku untuk melihat jam yang melingkar di tangan. Itupun kulakukan sudah berulang kali.

"Di mana dia?" Gumamku. "Semoga dia tidak tersesat," memikirkannya, itu membuat sudut bibirku berkedut. Pasti akan sangat menyenangkan jika universitas ini adalah hutan.

"H-hai, Harry...."

Melihat ke sumber suara. Aku melihat seorang gadis dengan gaya pakaian tahun tujuh puluhan menyapaku.

Aku mengernyit sebelum membalas sapaannya. "Hai..." Sungguh, aku malas sekali. Back off!" Kuusir dia  seketika. Dan gadis itu langsung takut lalu berjalan cepat menjauhiku.

"Bagus..." Gumamku.

Tak lama kemudian, aku melihat Phill keluar gadung kampus. Tapi mataku langsung membulat saat melihat dia tidak sendirian. Dia bersama Kendall. Oh... Bagus, sahabatku dan musuhku berteman. Siapa yang menjadi pengkhianat di sini?

Tiba-tiba rahangku mengeras dan kurasakan suhu tubuhku sudah memanas. Merasakan Phill sudah mengkhianatiku.

Mereka melihat ke arahku. Susah payah kutenangkan diriku yang sempat panas gara-gara emosi. Karena sangat konyol jika aku marah hanya gara-gara ini.

"Hi, dude..." sapa Phill dengan memukul lenganku pelan. Sedangkan Kendall berdiri di samping Phill dengan menenteng tas di bahu. Dan jangan lupakan senyumannya. Dia terus tersenyum seakan-akan senyumannya itu adalah kebanggaannya.

Oh... Bullshit!

"Menemukan teman baru, hah?" Tanyaku basa-basi dengan memberi senyuman tipis.

Phill tergelak. "Sungguh, aku tidak menyangka jika ini adalah Kendall." Kemudian dia beralih pada gadis yang dari tadi hanya tersenyum. "Kau menakjubkan." Mata Phill sampai berbinar melihat ke arah gadis itu.

"Aku akan bosan. Karena dari tadi hanya itu yang kau katakan, Phill."

See, gadis itu masih tersenyum. Dia benar-benar ingin tebar-tebar pesona.

"Sudah selesai? Ngomong-ngomong aku sudah menunggumu satu jam yang lalu. Bisakah kita pulang sekarang?"

"Benarkah? Maafkan aku," pintanya. Bisa saja diriku mengatakan 'tidak' untuk permintaan maafnya.

"Kita berada di kelas yang sama, Harry. Kita keluar bersama dan berpisah karena aku perlu buang air. Dan itu masih lima belas menit yang lalu," ralat Phill.

Jika Phill bukan sahabatku dari kecil, mungkin bisa kusumpal mulutnya dengan kaus kakiku yang sebulan ini belum kucuci. Bagaimana dia sepolos itu, yang padahal diriku hanya melebih-lebihkan agar aku punya alasan untuk memarahi Kendall?

Cousin [Hendal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang