Kendall menoleh ke arahku setelah dia mendengar namanya kupanggil. Aku menyusulnya ke atas. Sekarang kami saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.
Dia tersenyum. "Kau merindukanku?"
Oh, yang benar saja! Itu membuatku melotot, lalu tergelak. "Aku?" Aku tertawa sumbang. "Jika aku rindu, yang paling kurindukan adalah tangisanmu, Jenner." Diriku merasa aneh dengan kalimatku sendiri. Terkesan menjadi pria bajingan yang suka melihat seorang gadis menangis. Really? I don't fucking care! Kerena dia Kendall. Gadis pengganggu yang suka mengambil segalanya dariku. Termasuk ketenanganku.
Kendall hanya tersenyum miring, kemudian dia bersedekap. "Lalu?"
"Ini peringatan untukmu."
Dia mengangguk. "Uh-huh?"
Aku memberi tatapan tajam padanya, agar ini terlihat serius. "Jangan anggap semuanya berpihak padamu dan bisa membuatmu senang. Karena aku tidak akan membiarkan mu seperti itu." Lagi, aku merasa seperti bajingan. Shit! Aku salah memilih kata kurasa.
Kendall malah tergelak. "Kau hanya cemburu sosial, Harry. Kau berlebihan. C'mon..."
Dia memberi jeda.
"Kau sepupuku satu-satunya. Apa aku perlu ingatkan itu?" Dia memberikan senyuman padaku. Tapi ini lebih terkesan meremehkan.
"Satu-satunya yang tidak ingin kuingat adalah kau sepupuku." Dan aku tersenyum untuk ucapanku. Sedangkan melihatnya yang senyumnya tiba-tiba menghilang membuatku cukup senang. Sungguh...
Wajahnya datar. Dia menatapku dengan tatapan tajam. "Kau sudah selesai, Styles?"
Aku mengangguk tolol. "Sudah. Itu peringatan untukmu."
Dia masih melihatku dengan tatapan yang sama. Kemudian dia berbalik dan berjalan menjauh menuju kamarnya.
Belum diriku masuk ke dalam kamarku, aku memutar badanku lagi ke arah kamarnya setelah mendengar suara pintu yang cukup keras. Oh, damn! Dia membanting pintunya. Dia benar-benar marah. Itu cukup membuatku berbangga diri sudah membuatnya marah. Sungguh...
Walaupun menurut skor 3:1 untuk Kendall.*****
Berada di dalam kamar selama tiga jam. Kugunakan waktu itu untuk mengerjakan tugas kuliah. Selesainya kugunakan waktu itu untuk menggambar yang diriku tidak tahu ini gambar apa. Ini bisa disebut gambaran abstrak dan tidak jelas. Yeah, yang penting aku bisa menggambar payudara super besar di kertasku. Hey, ini hanya asal. Walau diriku tahu tidak ada jiwa seni dalam diriku.
Aku terkesiap dan reflek menutup buku gambarku ketika mendengar suara pintu kamarku terbuka. Karena jelas, aku tidak ingin ketahuan kalau diriku tidak bisa menggambar.
"Hey, ada apa?"
Menoleh ke arah pintu, aku melihat Kendall yang berdiri di sana. "Shit! Jangan bilang jika kau lupa bagaimana caranya mengetuk pintu, Ken!" Aku menggalak langsung. Selain diriku tidak suka dengan gadis itu, aku juga kaget. Karena kupikir itu Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cousin [Hendal]
FanficDia suka menggangguku dengan cara mengambil semua barang-barangku dan juga termasuk ibuku. Yeah... Walaupun itu sudah sangat lama sekali, tapi otakku dengan baik masih mengingat semua itu. Dan... Apa besok akan seperti itu?