Kendall Is Different

596 88 122
                                    

Dia duduk di kursinya dengan tidak tenang. Dia terlihat takut dan gugup saat berhadapan dengan Anne dan juga Brad. Terlihat tersudutkan karena di sini dia yang bersalah. Bagus, ini adalah awal yang sangat baik untukku.

Anne sudah berdiri di depan Kendall. "Sekarang jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi?" Matanya terus menatap gadis itu. Sedangkan Brad duduk di sampingnya dan diam saja.

Kendall menunduk sebelum menjawabnya. Dia terlihat ragu. "A--aku...--"

"Sudah kukatakan pada kalian, dia memukulku dengan stik ini," potongku, dan tangan kiriku mengangkat stik yang tadi Kendall gunakan untuk memukulku untuk kutunjukkan pada mereka. Sedangkan tangan kananku memegang es batu untuk kukompreskan pada keningku yang memar. Oh... Shit! Stik bisbol dan kening bukanlah perpaduan yang bagus.

Anne menggelengkan kepalanya ke arahku dengan bersedekap, seakan-akan tatapannya memerintahku supaya diam. Lalu dia kembali melihat Kendall. "Ken, katakan padaku...."

Aku mengernyit seketika. "Kau tidak percaya denganku?" Sungguh, aku tidak terima.

"Ken...." Anne lebih menuntut.

Gadis itu menarik napas sebelum  kembali mengangkat kepalanya untuk melihat Anne. "Aku yang salah...--"

"Dengar, apa yang dia katakan...." potongku untuk kedua kalinya. Seketika Anne melempariku tatapannya dengan mata melotot. Itu cukup membuatku menutup mulut rapat-rapat.

"... Aku tidak tahu jika itu Harry. Karena aku takut jika suara itu dari sekarang perampok yang masuk ke kamarnya...--"

"Tunggu, suara?"

Kali ini Anne yang memotong ucapan Kendall. Satu lagi, sial! Dan itu untukku.

"Suara apa, Ken?" Anne menyipitkan matanya. Dia semakin penasaran. Sedangkan diriku, selain kesakitan karena stik sialan, aku juga ketakutan karena Anne akan menghukumku setelah ini.

"Aku mendengar suara jendela dibuka paksa. Aku masuk dengan membawa stik bisbol, dan...--"

"Cukup... Aku mengerti sekarang." Potong Anne. Hey, ternyata dia hobi memotong pembicaraan ternyata. Kemudian Anne berbalik ke arahku. Seketika kurasakan gemuruh petir yang siap untuk menyambarku.

Baiklah, Harry. Siapkan dirimu. Dan setelah ini, hancurkan Kendall. Gadis itu benar-benar ingin menjadi musuhmu.

Sisi burukku terus menyemangatiku.

"Jadi kau mengendap-endap, hah?" Mata Anne mengerikan. Bahkan ingin copot.

"Dia salah dengar. Atau mungkin dia tuli." Sungguh, hanya itu kemampuanku saat ini.

"Kupikir kau sudah pulang dari tadi. Ternyata kau baru pulang dan kau takut ketahuan? Apa-apaan ini? Seharian dan hampir berganti hari kau baru pulang. Dari mana saja kau? Kau pergi mabuk?"

Tubuhku langsung tegap mendengar apa yang dikatakan Anne di kalimat akhirnya. Karena itu jelas tidak benar. "Tidak!!!" Jawabku cepat. Aku jujur. "Aku bersama Phill."

"Anne, jangan keras-keras. Atau tetangga akan mendengarmu." Akhirnya ayahku bersuara. Walaupun tidak membelaku setidaknya itu membuat ibuku berhenti meneriakiku. Walaupun matanya masih melotot ke arahku.

Anne mengatur napasnya. Dia nampak sangat emosi. Padahal aku hanya pulang telat. Yeah, walaupun sampai dini hari.

Dia kembali melihat ke arah Kendall. " Hai, Ken. Lain kali jika kau mendengar suara-suara aneh lagi dari kamar Harry jangan bawa stik bisbol. Kau bisa meminjam senapan milik pamanmu."

Seketika aku mendelik. Apa dia benar-benar menginginkan itu? What-the-fuck?!

Aku berdiri dari sofa. Lalu melempar sembarangan es batu yang kugunakan untuk mengompres. "Aku hanya ke rumah Phill. Satu yang harus kalian tahu, ini semua gara-gara dia." Telunjukku menunjuk ke arah Kendall. "Karena aku menghindarinya. Dan kau ibu, belalah dia." Merasa jika Anne tidak pernah adil kepadaku jika ada Kendall di sini.
Aku merasa geram dan muak. Jadi kuputuskan untuk berjalan ke atas karena aku lelah. Diriku ingin segara tidur!

Cousin [Hendal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang