I'm Not A Man? Really?! Oh, fuck!

364 53 25
                                    

"Harry, makan sarapanmu. Kau sudah telat."

Anne memperingatiku untuk kesekian kalinya. Dan untuk kesekian kalinya juga Kendall melihatku secara diam-diam. Bagus, aku  terintimidasi!

Ini tidak seperti biasanya. Yang tanpa canggung dan tanpa peduli aku duduk bersama Kendall, dan juga bersama Anne, dan juga Brad. Tapi jelas, keadaannya  berbeda. Membuatku seakan-akan hanya diriku yang menanggungnya.

Aku tidak menjawabnya. Langsung kumakan  roti isiku--tanpa rasa lapar. Tidak berselera seperti bibirku sakit terkena sariawan. Tahu rasanya?

"Bagaimana hari mu?" Brad bertanya padaku. Menatapku dan tersenyum yang membuatku paranoid, yang seakan-akan aku sedang kepergok melakukan sesuatu dalam artian buruk. Shit! Hanya saja dia melakukannya penuh arti dan itu membuatku gugup untuk menjawab pertanyaan simpelnya.

Aku meletakkan rotiku kembali di atas piring. "Ummm..." Tiba-tiba saja tubuhku menegang, menjauhkan punggungku dari sandaran kursi. "B-baik... seperti biasanya. Yeah..." Holy shit! Lidahku mendadak kaku!

"Harry..."

Aku menoleh cepat  saat mendengar suaranya. Itu berhasil membuatku jantungan.

"Bisa cepat sedikit? Aku ada kelas pagi hari ini..."

Diam sejenak mendengar alasannya. Aku tahu, dia hanya ingin berusaha untuk segera pergi dari sini.

"Y--yeah. Ayo..." Aku langsung beranjak lalu meraih tas punggungku yang kuletakkan di sofa.  Sedangkan Brad dan Anne terus melihat  diriku dan Kendall sampai menjauh. Rasanya aku ingin cepat-cepat pergi dan menjauh dari mereka. Takut jika mereka bisa mengetahui keanehanku dan mulai curiga karena sikapku.

Masuk ke dalam mobil, kemudian disusul Kendall yang duduk di sampingku. Kau tahu, itu semakin membuat tingkat keparanoid-anku meningkat. "Ken! Apa yang kau lakukan?! Keluar dan duduk di belakang!" Tanpa sadar aku menyentaknya dengan kaku.

Kendall menggeleng tidak mengerti. Dia terlihat bingung. "W-what?"

Aku membenturkan kepalaku ke roda kemudi. Diam sejenak, dan mencoba meredam perasaanku yang mulai kacau. 

"Apa yang terjadi padamu?" Dia bertanya lagi walaupun tidak keras. Sungguh, apa yang baru saja kulakukan padanya membuatku menyesal.

Kembali menegak, mataku langsung menatap matanya. "Maafkan aku... Bisakah kau duduk di belakang-sekarang?" Susah payah diriku mengatakannya dengan hati-hati. Aku tidak ingin Kendall merasa bingung dan sakit hati karena ucapanku. Sungguh, aku kesulitan sekarang.

Kendall bergeming. Matanya menatapku sayu. Dengan itu aku tahu apa yang ada di pikirannya.

"Maafkan aku..." ujarku pelan dengan menyesal.

Kendall langsung keluar lalu berpindah ke belakang tanpa menjawabku.

Baiklah..
Aku tidak ingin berlama-lama di sini dan membuatnya lebih panjang lagi. Segera kuinjak gas, dan mobilku secara perlahan berjalan menjauh dari rumah.

Hanya keheningan yang ada. Aku diam, Kendall juga diam. Aku cukup tahu apa yang membuatnya seperti itu. Jadi kuputuskan diriku saja yang memulainya terlebih dahulu. "Aku hanya tidak ingin mereka mencurigai kita..." ucapku pelan, mataku melihat ke spion atas yang terpantul dirinya.

Dia menatapku tajam melalui spion sehingga mata kami saling bertemu. "Kau berlebihan..."

"Aku berantisipasi..."

Kendall tertawa sumbang. Itu terdengar seperti mencemooh. "Dan mendiamkanku sejak semalam? Kau membuatku menunggu, Styles!"

"Tidak mungkin aku menyapamu  karena sebelumnya aku tidak pernah melakukannya di depan mereka. Ayolah, cobalah mengerti." Suaraku kembali mengeras. Sejenak itu membuatku sadar aku sudah membentaknya lagi. Hell! Semua ini membuat diriku menjadi tidak stabil. Damn!

Cousin [Hendal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang