07. Semuapun Tahu Bahwa Jinyoung menomer satukan Jihoon

390 68 38
                                    


"Mengapa ada jadwal les mendadak?"

Jinyoung bergumam sendiri setelah membaca pesan singkat di ponselnya. Meletakkan kembali benda kotak tipis itu dengan malas. Disertai wajahnya yang ikut-ikutan merengut malas.

Sungguh pemandangan yang menyita fokus Guanlin, saat ia melirik ke arah Jinyoung. Meskipun sekarang Guanlin sedang bermain game di ponsel miliknya. "Ha? Ada apa?"

"Ini. Ada pesan masuk yang berisi bahwa hari ini aku ada les tambahan. Hhh.. Tidak seperti biasanya saja."


Jujur. Jinyoung jengkel, muak, dan kata sejenisnya.

Jadwal les tiga kali seminggu itu benar-benar membuatnya tersiksa. Membuatnya menjadi bahan bully lagi selain di sekolah. Terlebih lagi teman satu bimbingan itu tidak hanya dari sekolahnya saja, tapi juga dari berbagai sekolah lain yang ada di Seoul. Dan mereka dengan senang hati ikut-ikutan membullynya.

Menjadi korban bully bukan hanya tentang fisiknya juga yang terkoyak. Tapi juga mental dan ugh--hatinya. Semuanya-me-nya-kit-kan.

Mari kita berdoa agar Jinyoung terlepas dari takdir buruknya yang satu itu.


Jinyoung menatap pada Guanlin yang masih fokus pada gamenya. Ingin mengutarakan sesuatu namun sepertinya tertahan. Ia kembali merengut.

Dan ekhm. Guanlin merasakan ada hawa-hawa kegelisahan di sekitarnya.

Jangan berpikir bahwa Guanlin adalah dukun atau cenayang.

Guanlin hanya satu dari sekian sejuta orang yang peka, mengerti dan peduli pada keadaan sekitar. Termasuk pada teman berkepala kecil di sampingnya; Teman yang mengeluarkan berbagai macam gerutuan dari mulut mungilnya.

Karena itu--dengan senang hati, Guanlin membiarkan karakternya dalam game tertembak tiga kali. Lalu seteleh muncul kalimat--Game Over--pada layar, ia menatap Jinyoung. Menunggu kira-kira apa yang akan temannya itu katakan.

Beri tepuk tangan pada Guanlin yang sangat baik hati.



"Aku pergi les tidak?" Jinyoung bersuara lagi.

"Tentu saja kau harus pergi. Ujian akhir semester sudah dekat, Jinyoung-ah."

"Kau benar. Tapi hari ini aku--"

"Kau ada janji dengan Park Jihoon?"

Aey. Lagi-lagi. Guanlin benar. Berikan lagi tepuk tangan yang lebih meriah. Juga jangan bosan melakukannya.


Jinyoung mengangguk, menjawab iya untuk pertanyaan Guanlin.

"Hari ini rencananya aku akan pergi menemani Jihoon hyung membeli ponsel baru setelah pulang sekolah. Tapi jika ada les begini, aku tidak akan bisa pergi."

Yang di atas, yang diucapkan Jinyoung adalah alasan utamanya tidak ingin berangkat belajar tambahan. Sedangkan untuk alasan keduanya adalah... tentu saja ia ingin pulang ke rumah jika tidak ada janji penting(bertemu Jihoon contohnya). Ia ingin segera pulang agar terbebas dari kukungan tidak terpuji yang dilakukan teman-temannya. Ehm. Mana bisa disebut teman juga kalau mereka menyakiti makhluk kurus ringkih ini.


"Kau bisa mengantar Jihoon setelah pulang les, sobat."

Ide cemerlang yang keluar dari mulut Guanlin.. atau Jinyoung yang terlalu bodoh karena tidak memikirkannya?

Entahlah.

Tapi sekarang kedua pipi tak berisi milik Jinyoung terangkat naik, meski hasilnya bukanlah sebuah cerukan manis yang disebut dimple. Melainkan justru tulang pipi yang terlihat begitu berbentuk karena tarikan bibirnya ke atas.

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang