Aroma lezat daging yang dipanggang menyeruak masuk dengan seenak jidat ke dalam penciuman Jihoon. Bocah itu jadi semakin lapar sekarang. Membuatnya melirik ke sumber bau lezat yang tak lain adalah meja restoran di sebelahnya. Seorang ibu muda berpakaian sederhana, yang tengah menyuapi putri kecilnya dengan sepotong demi sepotong gogigui beraroma memabukkan itu. Membuahkan senyum kegirangan dari sang anak, bahkan pipinya menggembung sebelah karena asyik mengunyah.
Jihoon tersenyum sekilas. Jujur saja, ia iri.
Eiy, bukan. Jihoon bukan iri pada kedekatan dua makhluk berikatan darah itu.. Ia hanya iri bahwa daging yang mereka panggang sudah matang dan siap santap mengenyangkan perut. Berbeda dengan Jihoon dan satu teman di hadapannya, yang baru saja mulai memanggang kurang dari tiga menit yang lalu.
"Masih lama ya?" cicit Jihoon yang dalam hatinya meraung-raung karena lapar.
"Sepertinya."
Mereka berdua--Jihoon dan Jinyoung-- duduk di salah satu meja restoran barbeque di Seoul. Tak lain dan tak bukan, untuk menikmati daging sapi kualitas apik yang dipanggang sendiri. Kedua laki-laki yang tidak bisa disebut bocah atau anak-anak lagi--melainkan remaja. Remaja pada masa puber nya. Tujuh belas dan delapan belas tahun.
Ugh, Jihoon tidak sabaran. Jihoon kelaparan.
Ia menggunakan sumpitnya untuk mengambil sepotong daging dari penggorengan. Kemudian langsung melahapnya setelah memberi beberapa tiupan kecil.
"Huaaahh..Haaahh.. Panas..." Hampir saja ia keluarkan kunyahan daging itu dari mulutnya. Beruntungnya itu tidak terjadi. Mulutnya kemudian terbuka dan mengeluarkan asap hangat. Salah satu tangannya yang mengipasi mulut.
"Hahaha." Jinyoung tertawa, lebar. "Sudah kubilangkan, jangan langsung memakannya dari penggorengan, hyung. Letakkan dan tunggu daging yang lain matang, baru kau bisa makan sepuasmu." ucap Jinyoung masih dengan sisa tawanya sambil membalik potongan-potongan daging.
"Sudah kubilang juga kan, bahwa aku lapar. Seharusnya kau mengajakku pergi ke tempat makan instan. Tapi kau justru bilang ingin barbeque." Jihoon memainkan sumpitnya, menunggu daging yang lain matang--seperti kata Jinyoung.
Ah tentu saja... berlatih hapkido pasti menguras tenaga dan membuat lapar.
Tanpa sadar Jinyoung terkekeh pelan."Hyung, bagaimana latihanmu?"
"Seperti biasa.. Melelahkan tapi seru."
Kira-kira ini adalah tahun keempat Jihoon bergelut dengan dunia hapkido. Seminggu dua kali, ia mengikut latihan di sebuah kelompok, dan hari Senin adalah salah satunya. Meskipun awalnya kemampuan bela diri Jihoon diragukan. Namun setelah berlatih keras dan pantang menyerah, ia bisa sampai ke pertandingan hapkido tingkat nasional. Bahkan meraih kemenangannya sebagai peringkat tiga.
Aku mengizinkan kalian memberi standing applause pada Jihoon.
Tidak lama, daging sapi itu mulai berwarna kecoklatan. Jinyoung mengambil satu dan meniupnya beberapa kali sebelum mencicipinya.
"Ah, sudah matang. Sudah pas." Ia meletakkan sumpitnya, melihat dan menunggu Jihoon mengambil potongan-potongan daging sapi yang lezat itu terlebih dulu. Jinyoung dengan hati baik yang mengalah pada temannya yang sedang kelaparan.
Si rakus Jihoon yang suka makan.
Oow. Jangan khawatir semisal Jihoon marah karena dibilang 'suka makan'. Karena dengan senang hati ia akan menerimanya. Karena ia sendiri mengakui hal itu.
"Oh, pantas saja kau kuat berlatih hapkido, hyung.. Makanmu saja segini banyaknya. Hahahah." Jinyoung tidak kuasa menahan tawanya. Melihat Jihoon yang melahap potongan daging terbungkus selada besar-besar ke mulutnya.
"Kau benar, Bung. Kau juga harus gemar makan sepertiku.. Lihatlah, sekarang tubuhmu hanya terdiri tulang dan kulit. Sana! Makan sana!"
Lagi-lagi Jinyoung terkekeh mendengar ucapan Jihoon yang menurutnya terdengar lucu. Padahal.. memang ada ya, sisi humornya? Tidak ada. Toh tubuh Jinyoung memang sungguh kurus.
Jihoon, teman lama Jinyoung benar-benar meningkatkan mood Jinyoung hari ini.
Ah, jangan berpikir yang tidak-tidak. Maksudku.. keduanya sudah berteman sejak kecil--sejak di panti asuhan--tentu saja mereka sedekat itu.
Bolehkah aku membagikan potongan kisah mereka berdua beberapa tahun lalu? Ah, tapi sepertinya... lain kali saja. Biarkan mereka menikmati moment nya kali ini. Aku akan menceritakannya di lain waktu.
***
Jihoon melirik ke arah Jinyoung--yang asyik dengan makanannya--sekilas. Dalam hati ia bahagia. Kembali bertatap muka dengan Bae Jinyoung adalah salah satu kebahagiaannya. Kebahagiaan yang tertunda selama empat tahun dan baru terlaksana dua tahun terakhir ini.
Setelah mendapat peringatan keras dari Suzy waktu itu, tentu saja Jihoon tidak berani menampakkan wajahnya pada mereka barang sedetikpun. Setidaknya sampai empat tahun berikutnya, ia tanpa sengaja bertemu sosok Jinyoung di mini market. Semenjak itu keduanya memutuskan untuk melanggar larangan dari Suzy. Merobohkan batas pertemanan mereka selama ini.
Mereka menyebutnya kebetulan yang disebut takdir.
Jadi demi menjalin hubungan akrab kembali? keduanya mulai bertemu diam-diam. Entah untuk sekedar makan siang, main game, ataupun mengobrol ringan. Ini memasuki tahun kedua mereka bertemu secara rahasia dari Suzy yang galak itu.
Saat keduanya sedang asyik menyantap makanan, ponsel hitam milik Jinyoung tiba-tiba saja berbunyi.
"Halo?"
"Jinyoung, kau dimana? Kakak tidak bisa masuk karena kunci rumah kau yang bawa." Suara lembut yang terdengar imut masuk ke rungu Jinyoung. Sedari dulu ia sangat suka karakter suara dari sang kakak.
"A-ah Kak Binnie, aku sedang keluar untuk makan, kak. Aku akan pulang secepatnya."
"Baiklah. Tapi jangan berkendara terlalu cepat, ya."
Setelah sambungan telepon terputus, Jinyoung segera melahap daging sapi dan timun bersamaan untuk menutup acara makannya. Mengambil tas ransel dan berpamitan pada Jihoon.
HEHEHE. Jadi apakah kalian bosyan?😅.
Sebenernya, aku udah kepikiran cerita ini bahkan sampai endingnya, itu sekitar bulan Januari atau Februari. Tapi.. baru terpublish sekarang. Dan itupun setelah adanya revisi beeerulang-ulang kali😂😂😂.Btw. Saia mengucapkan terima kasih karena sudah membaca chapt pertama ini. HEHEHE. See u💖💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
GOING CRAZY •bjy pjh•✔
Misteri / ThrillerTokoh utama bisa saja pembohong besar yang kehilangan akalnya. Pada awalnya Jihoon dan Jinyoung hanyalah dua anak polos yatim piatu yang saling melengkapi. Tidak sampai pikiran mereka terkontaminasi oleh rasa kecewanya sendiri. (Mengandung unsur-uns...