16. Penculikan?

354 52 25
                                    

Aku repubh ya gaes, chapt selanjutnya beberapa menit lagi ku update. Heheheh



Jihoon mengerjapkan matanya perlahan. Tidak, tidak ada bau menyengat yang menyeruak masuk ke hidungnya--aroma di sekitarnya biasa saja. Hanya saja ia masih merasa pusing sekali, sampai-sampai kedua tangannya ingin memegangi kepalanya dan mengoleskan minyak angin penghilang pening.

"

Eh? Diikat?"

Mata Jihoon terbelalak saat melihat kondisinya sekarang.

Ia terduduk pada sebuah kursi kayu lawas di ruangan bercat putih bersih. Dengan keadaan tangan, tubuh, serta kakinya yang diikat kencang pada tali dari serat. Jangan tanya seberapa besar rasa terkejut Jihoon ya.. Saking terkejutnya, ia bahkan hampir terjungkal sendiri. Sendiri? Kata siapa!

Melupakan keadaannya yang terikat tidak jelas, Jihoon mengedarkan pandangannya. Benar. Ia tidak sendiri.

Dengan mata kepalanya yang sehat dan normal, Jihoon mendapati sosok Jinyoung yang berjarak dua meter di depannya. Seorang Jinyoung yang sama persis keadaannya dengan Jihoon--terduduk di kursi, tali yang mengikat tangan, kaki, dan badannya--bahkan juga Jinyoung yang masih tak sadarkan diri.



"J-jinyoung?"

Jihoon bergumam pelan.  Jujur saja, ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

Bagi Jihoon, ini seperti mimpi buruk setelah mimpi indah. Sungguh ia tak pernah akan membayangkan peristiwa seperti ini. Apa ini penculikan? Yang ia pikirkan hanyalah ia yang dapat sarapan dan mengenang masa-masa kecil bahagianya dengan Jinyoung.
Tapi mengapa malah begini?

"Young! Bangun, Young!"

Jihoon berteriak lebih kencang. Menghentakkan kakinya beberapa kali agar teman di hadapannya terbangun.

"JINYOUNG! BAE JINYOUNG!"

Baru setelah Jihoon berteriak dengan  sekuat tenaga, mata Jinyoung perlahan terbuka.

Jinyoung mengerjapkan matanya bersama raut muka yang terlihat linglung, mungkin bingung dengan apa yang sedang terjadi sekarang.


"Jinyoung! Kau baik-baik saja?"

"Ah, sedikit.. hanya-argh-kepala ku pusing sekali." Jinyoung meringis. "H-hyung, ini apa? Apa yang terjadi?" Jinyoung mengamati keadaannya yang sekarang.

"Aku tidak tahu." Jihoon menggeleng. "Aku merasa sangat pusing saat sarapan tadi dan saat bangun aku sudah berada di sini, bersamamu, yang tidak sadarkan diri."

"H-hyung? Mengapa kita diikat?"

Oh, Jinyoung itu terlalu panik apa bagaimana?



Mungkin karena sama-sama bingung, Jihoon memilih untuk tidak menjawab apapun. Ia masih belum bisa mencerna semua ini. Ia ingin bebas dari sini.

Kami dimana?

Apa-apa an semua ini?

Siapa yang berani mengikat kami?

Apa kami diculik?

Apa yang penculik itu inginkan dari kami?

Bagaimana penculik itu bisa membawa kami ke sini?




"Apa yang akan kita lakukan, hyung?"

Jihoon mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Menatapi ubin keramik di bawah--siapa tahu ada sesuatu yang bisa membantunya lepas, dan instingnya memang benar. Ia menemukan potongan cutter yang patah di bawah kursinya.



"Jinyoung! Aku menemukannya!"

"Apa, hyung?"

"Itu.." Jihoon menunjuk potongan cutter dengan dagunya. "...aku akan memotong tali dengan itu, sehingga kita bisa keluar dari sini." Jihoon bernafas lega.

Tidak memerlukan waktu lama--dengan sekuat tenaga--Jihoon mulai menggerak-gerakkan tubuhnya. Berharap kursi yang ia duduki bisa lebih bergerak ke depan dan tujuannya bisa ia capai.


"Arghh! Susah sekali!"

Saat Jihoon sedang berusaha keras lagi meraih potongan besi itu, tiba-tiba saja...

brak!


"Aww.."

Jihoon dan kursi yang diduduki nya jatuh ke samping. Sekali lagi, Jihoon meringis kesakitan. Posisinya sekarang sungguh tidak mengenakkan. Rasanya seperti kaki kirinya terkilir di dalam ikatan tali.


"Argh! Jinyoung, kau bisa menolongku?"

Ah, mungkin bukan hanya terkilir, tapi retak atau patah mungkin..


tap tap tap



"Mencoba mengambil ini, hyung?"

Jihoon mendongak, melihat sumber suara yang tak lain dan tak bukan adalah Jinyoung, Bae Jinyoung. Yang sedang berdiri di hadapannya sambil membawa potongan cutter itu.

Tunggu. Mengapa Jinyoung sudah tidak diikat?

'Oh, mungkin Jinyoung berhasil lepas terlebih dahulu dari pada aku.' -suara hati Jihoon. dan perlahan ia mulai lega.



Tapi...



"Maaf, hyung. Tapi kau tidak bisa dengan mudah bebas dari sini."

Jinyoung membuang potongan cutter itu ke belakang, jauh. Jihoon dalam keadaannya yang sekarang tidak mungkin mampu mengambil benda itu.



"Selamat datang kembali, Jihoon hyung..."

Dan Jinyoung mulai tersenyum aneh.


Dan Jinyoung mulai tersenyum aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Heheheheh..
Jangan bosen2 sama cerita ini ya gaes :''')

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang