25. Full of Flashback (g)

213 29 3
                                    


Aku yang awalnya digendong tergopoh, sekarang langsung terhenti. Bukan, bukan aku yang berhenti tiba-tiba, namun mama yang melakukannya. Peluru lepas kendali itu mengenai punggung seseorang yang menggendongku.


"Mama..."

Seketika mama memelukku erat, mata indahnya dipejamkan rapat. Sakit. Aku tahu itu. Sebuah timah masuk dan menembus punggungnya. Menimbulkan luka dalam hingga darah mulai merembes mengotori pakaiannya.


"IRENE!!!" Papa berteriak dan hendak lari menuju kami, namun

Bruk!

Papa dihantam oleh kepalan tangan besar paman hingga sepertinya hampir tak sadarkan diri.




"Ma..." Aku menangis masih dalam gendongannya. Kueratkan pelukanku, berharap bisa mengurangi sakitnya, namun tentu saja sebenarnya tidak mungkin.

"J-Jin-jinyoungie... maafkan mama ya." Mama melepas pelukannya, aku-pun begitu.

Mama mengusap suraiku pelan sambil tersenyum, senyum yang cantik namun juga menyakitkan. Hatiku serasa dicabik melihat pemandangan mama yang menahan sakitnya. Aku tidak tahan. Mama masih tersenyum lalu mencium pipi kananku sebentar.


"Ma..." Aku kembali merengek. Menghapus linangan air yang lolos dari mata indahnya.

Kembali membuatku sedih, mama menggenggam tangan yang kugunakan untuk menghapus air matanya. Menggenggam dan mencium tanganku.

"Mama saangat-sangat menyayangi Jinyoung... jaga kesehatanmu ya... huk!!" Darah segar keluar dari mulutnya, sedikit mengenai baju biruku.

"...sukses selalu ya, nak... Mama percaya kau akan jadi orang baik.." Tangan kananku masih digenggam, ditempelkan pada pipinya yang mendingin.

Aku takut sekali. Aku takut kalau mama akan... tidak! Aku tidak boleh berfikir demikian!

"...kalau Jinyoung sudah besar, ja-jaga Kak Suzy dan Kak Binnie ya.."

Aku tidak tahan, ini benar-benar membuatku tak karuan. Bahkan saat mama sudah menggenggam kedua tanganku, aku masih saja menangis.


Ma, jangan pergi.

Aku menggeleng lemah.


"U--huk!" Darah keluar lagi, kali ini dengan segera mama mengusap bibir nya dengan baju lengan panjang yang dikenakan. "Se-sekarang, Jinyoung pergi dari sini ya..."

Aku menggeleng, "Mama harus ikut!"

"Tidak sayang.. Kau harus pergi dari sini dulu, nanti mama akan menyusulmu."

"Tidak!" Nada suaraku meninggi, air mata masih membasahi pipiku. "Aku tidak akan pergi dari sini kalau tidak sama mama!"

Mama menggeleng lemah melihatku yang keras kepala bahkan di saat ia kesakitan, membuatku merasa durhaka. Maaf.. Aku hanya ingin mama selalu menemaniku, dan aku selalu menemani mama. Aku tidak ingin berpisah dengan mama.




"Jinyoung pergi dari sini ya..." Mama menggenggam kedua tanganku lagi. "...Jihoon hyung akan membantumu." Pandangan mama beralih pada hyung yang ada di belakangku; sedang memperhatikan kami berdua.

"...Jihoon, bantu Jinyoung ya."
Dan mama mulai melepas tanganku.

"Tidak mau!" Kembali kuraih tangannya yang dingin.

Entah sejak kapan, tapi wajah mama sudah lebih pucat dari sebelumnya. Bibirnya-pun begitu. Hanya ada sisa muntahan darah yang mengering di pipi kanannya.

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang