21. Full of Flashback (c)

262 43 4
                                    

Hari ini Jihoon hyung tidak ada di panti. Tidak. Aku tidak bilang hyung hilang atau semacamnya. Hanya saja hari ini--pukul sembilan pagi saat aku baru tiba--ia tidak di berada di panti.

Ibu--ehm--maksudku Bibi Yoona yang mengurus panti berkata bahwa hari ini hyung diajak pergi oleh orang dewasa, baru saja. Bibi Yoona juga berkata bahwa mungkin perginya cukup lama. Jadi aku dan Kak Binnie(yang kebetulan ikut) memutuskan untuk pulang saja.

Toh tidak ada yang tahu berapa jam lagi hyung akan pulang.


"Terima kasih, Bibi Yoona.. Kami pulang dulu."


●●●



Keesokan harinya saat di sekolah, aku tidak berbincang dengan Hyung sama sekali. Jangankan untuk berbincang, bertemu saja belum. Padahal biasanya, sengaja atau tidak sengaja kami pasti berjumpa. Entah saat istirahat, di kantin, atau jam kosong.

Tapi hari ini saat jam istirahat pertama aku sibuk menyalin tugas yang lupa belum kukerjakan. Lalu di istirahat kedua saat aku mencarinya di kelas, hyung tidak ada.

Mengapa ya?
Apa mungkin hyung tidak masuk?


Akupun bertanya pada Markeu hyung. Ia adalah teman Jihoon hyung yang kebetulan berada di depan ruang kelasnya sambil memegang segelas minuman.


"Mungkin di kantin..."

Baru saja aku akan melangkah menuju kantin, tiba-tiba...


Teet teeettt

Ah sudah waktunya masuk. Sial sekali. Aku ingin merutuki diriku sendiri.

●●●



Jadi keesokan harinya lagi, aku tidak boleh tidak bertemu dengan hyung. Akhirnya aku benar-benar datang ke sekolah pagi sekali.

Setelah meletakkan tas di bangku, aku memilih duduk di depan kelas sambil sesekali memandangi sepatuku. Atau mengamati orang yang berlalu lalang dan menunggu Jihoon hyung datang.



"Jinyoungie.. sedang apa?"

Ah akhirnya...

Aku berdiri dari dudukku dengan semangat, "Hyung!" Lalu menepuk pundaknya dengan tangan kanan. "Hari Minggu lalu, Hyung kemana? Aku ke panti tapi hyung tidak ada."

"Oh itu..." Jihoon hyung tiba-tiba tersenyum sampai giginya nampak. "Aku keluar bersama seorang paman yang baik hati."

"Waaahh... Siapa hyung?"

"Ada deh, jika saatnya nanti kau akan kuberi tahu, kok."

Aku hanya mengangguk saja. Selama itu membuat hyung senang--tidak masalah bagiku.



"Doakan semoga paman itu mengasuhku ya..." Jihoon hyung menatap awan. Matanya cerahnya berbinar secerah bintang di malam hari.

Pasti hyung. Semoga engkau selalu bahagia, semoga engkau selalu di jalan warna-warni yang dipenuhi bunga.


Aku tahu Tuhan lah yang menentukan nasib dan kebahagiaan seseorang. Tapi asalkan kau tahu... kebahagiaanmu juga seperti kebahagiaanku sendiri, yang sangat ingin kuperjuangkan, hyung.


🌼🌼🌼


Hari-hariku berjalan seperti biasanya dan begitu saja. Berangkat ke sekolah diantar Papa yang juga mengantar Kak Binnie, belajar di sekolah yang jujur saja membosankan, pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarga, lalu istirahat untuk mempersiapkan hari esok.

Tidak. Di atas itu bukan sebuah keluhan bahwa aku bosan dengan jalan hidupku yang monoton. Aku menjalani dan menikmatinya dengan baik-baik saja.


Tapi jika boleh aku bicara tentang kehidupan orang lain yang berubah 180° lebih menyenangkan, aku akan jawab itu adalah Jihoon hyung. Berubahnya kehidupan Jihoon hyung bahkan mengejutkan seluruh keluargaku, termasuk aku sendiri.



Aku ingat sekali hari itu, saat Jihoon hyung dan keluarga barunya ke rumahku...
Aku tidak bisa untuk tidak menjatuhkan rahangku ke bawah.









"Ayo Jihoon, perkenalkan dirimu."

"A-ah, baik."

Jihoon hyung maju satu langkah. Kemudian membungkukkan badannya dengan sopan.


"Selamat malam... Perkenalkan saya Jihoon. Anggota baru dari keluarga Paman K--ehkm-dari keluarga Jongin."


Aku terkejut bukan main dan tak bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Aku tidak tahu bagaimana perasaanku, dan aku juga tidak tahu perasaan orang-orang yang ada di sekitarku.

Kulihat Papa dan Mama yang duduk di sofa dengan kaku, raut mukanya antara percaya dan tidak percaya. Juga seperti sedang bertanya, 'apa yang ia rencanakan?'


Lalu saat aku menoleh ke kanan dan kiri, kudapati Kak Binnie dan Kak Suzy yang menaikkan sebelah alisnya.

Akupun yang berada di tengah kedua kakakku merasa tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ah tidak. Maksudku.. sebenarnya sekarang aku sudah mengerti bahwa Jihoon hyung diadopsi menjadi anak dari Paman Kai. Aku paham akan hal itu. Tapi yang tidak kupahami adalah, mengapa keluargaku bereaksi seperti ini?


Karena bingung harus bagaimana, aku terus menatapi sekeliling, dan tatapanku tertuju pada Paman Kai.

Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau bagaimana. Tapi yang kulihat dan kurasakan adalah Paman Kai sedang tersenyum licik penuh kemenangan di sela-sela senyum manis maskulinnya.

Apa mungkin Paman Kai memang jahat, ya?


Pandanganku berikutnya tertuju pada Bibi Krystal yang ada di sebelah Hyung. Bibi yang tersenyum manis, tapi rasanya senyum itu... mungkinkah palsu?

Kemudian yang terakhir, aku menatap Jihoon hyung dari kejauhan. Tanpa sengaja, ia juga menatapku lalu tersenyum bahagia. Membuatku kedua sudut bibirku tertarik ke atas untuk membalas senyumannya.

Aku menatap mata besarnya yang bermanik gelap. Manik mata yang memancarkan kebahagiaan yang selama ini belum pernah kulihat. Mata yang penuh ketenangan. Mungkin.. mungkin... Hyung sudah lama sekali menginginkan hal ini.

Mungkin selama ini hyung sudah memimpi-mimpikan rasanya menjadi bagian dari suatu keluarga.


Perlahan, aku tersenyum mengingat memori saat pertama kali papa juga mengadopsiku. "Kenangan itu..."




"Mengapa?"

Aku menoleh ke samping kiri, kudapati Kak Suzy yang sedang bergumam lirih; lirih sekali.


"Mengapa harus Jihoon?"




"Mengapa harus Jihoon?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Walaupun cerita ini sangat membosankan dan aneh, tapi ayo bertahan sampai akhir!

Ayo memanfaatkan waktu yg ada :) .

Kesempatan menjadi wannable tidaa datang dua kali gaees :'''')

GOING CRAZY •bjy pjh•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang