Jinyoung melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruang les dengan malas. Malas malas malas. Beribu-ribu kata malas memenuhi pikirannya.
Pandangannya merayap ke penjuru ruangan berkursi yang ternyata...
"Kosong?"
Belum sempat ia berbalik untuk keluar dari ruangan pembuat malas, ia sudah merasakan sensasi aneh di tubuhnya...
Byur
Dingin dan nyeri sekali.
Ia merasakan beberapa balok es berukuran sedang mengenai kepalanya. Bersamaan air dingin yang lengket menyatu dengan tubuh dan pakaiannya.
"HHAAHAHHA."
Tawa itu. Tawa bahagia namun terdengar mengerikan saat masuk di rungu Jinyoung.
Diam-diam, Jinyoung meringis. Meratapi nasib sungguh tidak enaknya. Meskipun diperlakukan tidak senonoh, ia tetap berdiri mematung di tempatnya. Kakinya seolah lengket dengan ubin. Tidak berminat dan tidak berniat untuk berbalik badan dan melihat wajah-wajah bahagia orang yang menjahilinya.
Buat apa? Toh Jinyoung sendiri sudah tahu bahwa itu adalah kelakuan teman satu kelas les nya. Teman kurang ajar yang kurang dididik orang tua, sepertinya.
"AHAHHAHAHA!!"
"Dasar lemah!" Ucap salah satu dari enam orang remaja di hadapan Jinyoung. Kemudian menarik ribuan helai yang ada di kepala Jinyoung. Membuat si korban mendongak.
Ah, Jinyoung melihatnya...
Enam orang itu semuanya adalah laki-laki. Seragam yang mereka kenakan berbeda satu sama lain, dan berbeda juga dengan Jinyoung. Salah satunya ada yang berseragam kuning seperti yang biasa Jihoon kenakan.'Apakah aku memang seterkenal itu? Sampai-sampai dari sekolah ujung Seoul pun juga ikut membullyku?'
Jinyoung tersenyum getir saat penderitaannya tidak sampai di situ saja. Para remaja kurang ajar itu dengan semangat memukul kepala Jinyoung dengan tas sekolah. Tas sekolah ransel yang berisi beberapa buku yang bisa dibilang tidak tipis. Hal itu, sukses membuat tubuh kurus Jinyoung terduduk asal di lantai.
"Arghh."
Jinyoung kesakitan saat perutnya ditendang delapan kali. Ia bahkan menghitungnya dalam hati. Kembali melirik pemandangan si-kaki-teman yang terbalut sepatu pantofel keras saat mendapat tendangan ke-sembilan.
Sebenarnya.. dimana nyali Jinyoung ketika diperlakukan demikian?
Salah satu penyiksa ber-name tag Lucas Wong menarik kerah putih milik Jinyoung dengan kuat. Menatap si empu dengan pandangan remeh.
"Karena ayahmu adalah seorang pembunuh, apakah kau juga pembunuh? HAHAHA. Siapa targetmu?"
Pertanyaan atau sindiran itu masuk di rungu Jinyoung. Membuahkan senyuman aneh dari si-yang tersakiti.
'Kalian tidak tahu apa yang terjadi dan siapa yang terbunuh. Dan untuk targetku? Hah! Yang benar saja! Apa kalian benar ingin tahu?'
Semua kalimat itu hanya muncul dalam pikiran kecil Jinyoung. Yang ia realisasikan dengan berlari kecil keluar dari zona menyakitkan itu setelah dengan sekuat tenaga menghempas tangan Lucas.
Sebut saja Jinyoung adalah pecundang, karena 85% itulah kebenarannya. Tidak ada yang menyalahkan.
***
Jinyoung berjalan asal. Menendangi kerikil-kerikil yang sebenarnya tidak menghalangi kegiatannya. Tapi ia kesal. Titik. Tidak terbantahkan. Siapa suruh tidak mencoba melawan.
Ia memandang ponselnya. Membaca ulang pesan palsu kurang ajar berisikan bahwa ada les tambahan hari ini. Yang nyatanya tidak lebih dari keusilan teman-teman yang ingin membullynya. Sungguh tragis. Tapi tolong jangan ditertawakan.
Memangnya siapa yang ingin menertawakan?
Melihatnya saja membuat orang ingin berpaling; tidak tega.
Hei! Tolong jangan lupakan bahwa Jinyoung itu tampan, tampan sekali. Tapi sayang beribu sayang.. sekarang ketampananya itu hanya tersisa 45 dari 100poin.
Di dahi sempitnya terdapatan goresan kecil yang mengeluarkan darah. Ulah dari Jeno Lee--si teman kurang ajar--yang seenaknya memukuli Jinyoung dengan tas sekolahnya. Tas sekolah yang dihiasi dengan beberapa gantungan logam berbentuk boomerang yang ujungnya cukup lancip.
Kantong mata Jinyoung memang hitam, tapi sekarang justru semakin mengerikan karena warna biru dan ungu-lah yang mendominasi.
Bibir mungilnya itu mengeluarkan darah di sudut bagian. Oh jangan tanyakan itu ulah siapa, itu ulah Lee Haechan dengan senang hati.
Ia.. Wajahnya benar-benar berantakan jika harus dideskripsikan satu persatu. Jinyoung kami babak belur, bung!
Ah iya. Bukan hanya wajahnya. Tapi seragam atas yang lumayan basah itu juga membuat keadaannya semakin tidak karuan. Dan yang paling parah dari itu semua adalah... wajah kecilnya yang berekspresi tanpa ekspresi. Tidak menampilkan kesan marah meskipun ia sungguh marah. Benar-benar menghilangkan definisi tampan dari dirinya. Dan justru beralih ke.. mengerikan, mungkin.
Masih dalam keadaan berdiri di pinggir jalan. Ia mencari kontak yang ia beri nama 'Lai Guanlin' di ponselnya. Lalu menekan layar yang bertuliskan 'Call' setelah beberapa saat.
"Guanlin, apa kau di rumah sekarang? Jika iya, apa aku boleh ke rumahmu? Aku sedikit tidak baik-baik saja."
Tenaang tenaang :) Ini masih cerita winkdeep kok . Hehehe 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
GOING CRAZY •bjy pjh•✔
Mystery / ThrillerTokoh utama bisa saja pembohong besar yang kehilangan akalnya. Pada awalnya Jihoon dan Jinyoung hanyalah dua anak polos yatim piatu yang saling melengkapi. Tidak sampai pikiran mereka terkontaminasi oleh rasa kecewanya sendiri. (Mengandung unsur-uns...