Suasana khas lingkungan Sekolah Menengah Atas. Bangunan megah nan luas yang menjulang tinggi bagai gedung kantoran. Hamparan rumput hijau liar yang sudah dipangkas rapi. Jangan lupakan juga pelajar berseragam yang berjalan beriringan.
Satu kebiasaan anak muda jaman sekarang; bergosip.
Gosip bagai candu nikmat yang membuat ketagihan. Itulah yang membuat khalayak ramai melakukannya setiap hari meskipun tanpa dibayar. hahahah. Memang siapa yang mau membayar tukang gosip?
Apa yang mereka bicarakan tidak hanya sekedar hal ringan yang membahagiakan. Tapi juga simpang siur aneh yang mengerikan. Bahkan juga--fitnah--mungkin.
"Hei! Kudengar orang tuanya adalah pembunuh."
"Benarkah? Tapi lihatlah! Dia sangat tampan."
"Cih! Aku tidak peduli dengan ketampanannya. Sekali anak pembunuh, dia tetap anak pembunuh. Rendah!"
Itu yang Jinyoung dengar saat segerombol siswi berbisik keras.
Bisikan-bisikan kurang ajar yang seakan memang mereka keraskan--hingga membuat Jinyoung berjalan semakin menundukkan kepalanya; enggan menatap siswi-siswi bermulut tajam yang mencemoohnya.
Bahkan kedua orang tua Jinyoung sudah meninggal, kan? Tapi kejam sekali mereka mengatainya.
Jinyoung sudah sering mendengar berita buruk atau sekedar gosip murahan tentang ia maupun keluarganya. Berita yang merembet ke penjuru sekolah dengan begitu cepat. Gosip tercela memang lebih cepat menyebar daripada hal bahagia. Tapi lagi-lagi, kala dia lewat di depan beberapa murid, kecaman selalu saja tertutur untuknya. Seolah mereka tak pernah bosan dan bahkan mengutuk seorang Bae Jinyoung.
"Arghhh! Kurang ajar kalian!!"
Seharusnya Jinyoung merancau demikian dan dengan brutal menampari atau mulut gadis-gadis kurang budi baik itu sekarang.
Tapi.. HAHAHAH! Ini Bae Jinyoung! Jinyoung si remaja korban bully sejak awal masuk Sekolah Menengah Atas hingga tahun keduanya. Ia lemah dan tidak punya nyali. Jangankan untuk melakukan pembalasan, menatap teman-teman kurang ajarnya saja dia enggan.
Karena itu, ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Sial. Mengapa kelas XI A2 jadi terasa jauh sekali?
"Hei, Bae Jinyoung!"
Ah, suara syukurlah...
Suara berat itu membuat Jinyoung merasa lebih baik. Sebuah anugerah tersendiri baginya-- karena Tuhan mentakdirkan anak bernama Lai Guanlin-- untuk menjadi sahabat seorang Bae Jinyoung.
Remaja jakung bernama Guanlin itu berlari mensejajarkan posisinya dengan Jinyoung sambil sesekali melirik pada siswi bergerombol-- yang bergosip tadi-- dengan tatapan, errr, jijik.
"Sudahlah, jangan pedulikan mereka!" nada suaranya halus namun tegas. Membuat Jinyoung mendongak untuk melirik mimik wajah si teman.
Hei, Jinyoung itu tinggi! Tapi salahkan Guanlin yang memang jauh lebih tinggi!
"Yaa. Tentu saja. Memangnya untuk apa mendengarkan ocehan mereka. Ayo ke kelas saja..!"
Selain beruntung karena dianugerahi Guanlin sebagai temannya, Jinyoung merasa lebih beruntung lagi karena Guanlin adalah teman sekelasnya.
Hmm. Jinyoung jadi teringat pertemuan aneh pertamanya dengan sahabatnya ini. Saat itu apa ya..
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GOING CRAZY •bjy pjh•✔
Gizem / GerilimTokoh utama bisa saja pembohong besar yang kehilangan akalnya. Pada awalnya Jihoon dan Jinyoung hanyalah dua anak polos yatim piatu yang saling melengkapi. Tidak sampai pikiran mereka terkontaminasi oleh rasa kecewanya sendiri. (Mengandung unsur-uns...