Tae-Bom 6

267 31 2
                                    

      Dengan mengendarai mobilnya Tae Joon mengantar Bo-mi dan kedua putranya pulang. Ia juga berpamitan akan pulang ke Seoul, Joon yang terlihat paling tak senang.

"Appa janji akan selalu mengunjungi kalian bukannya Seoul dan Guri itu tidak lebih dari satu jam,"kata Tae Joon.

"Jangan memberinya janji, dia akan menagihmu setiap hari, "kata Bomi.

"Aku sangat ingin tahu rasanya bagaimana saat putraku merengek dan minta sesuatu, masuklah, Appa akan datang besok!! "kata Tae joon.

      Ketiganya beriringan masuk, dengan Tae joon yang masih mengawasi ketiganya untuk naik tangga, rumah Bomi berada di sebuah undakan. Pintu berjejer sepanjang jalan menanjak.

"Appa!!! "

   Tae Joon segera menghentikan langkahnya yang hendak masuk mobil saat mendengar Joon berlari dan memeluknya. Ia bahkan hampir menangis. Ia tak tahu akan sebahagia ini saat putranya memanggilnya "Appa"

"Boleh kan aku memanggilmu Appa? "

"Tentu saja, aku adalah ayahmu, tentu saja kau harus memanggilku Appa! "

"Jangan menyusahkan ibu, Ayah akan secepatnya datang,"Tae joon memeluk Joon erat.

"Tae butuh pelukan juga!! "

"Chhhh, aku bukan Joon dasar cengeng!! "putra sulungnya itu terlebih dulu masuk, ia berlari menuju pintu rumah mereka.

"Ayo Joon-ah, "Bo-mi menghampiri mereka.

"Aku pergi!! Jangan merindukanku ya!! "Tae joon berbisik pada Bo-mi membuat wanita itu memerah.

"Dalam mimpimu!! "

    Tae joon menikmati saat melihat keduanya naik dan masuk kerumah mereka. Ia berjanji akan memberikan kebahagiaan pada ketiganya. Hal-hal yang tak bisa ia lakukan dulu, Tae joon akan menebusnya.

           *       *****        *

        Pikiran Tae joon terus mengingat saat-saat pertama ia datang ke Seoul, Tae Hyun mengatakan pernah melihat Bo-mi datang bukan hanya sekali, gadis itu selalu membawa surat dan terakhir Tae hyun melihatnya saat Bo-mi pingsan. Tapi kenapa tidak ada yang memberitahunya apalagi dulu ia ingat ponselnya telah diambil oleh presider Kang. Hari ini ia ada di kantor pemilik dari agensinya itu.

"Kau datang?"seorang pria yang terlihat gagah dalam usianya yang tak lagi muda. Kang Min hyuk, memasuki ruangannya dimana Tae joon menunggu.

"Kenapa membatalkan acaramu? Kau ada masalah? Bukannya kau yang menginginkan wanita itu jadi pasanganmu? "

"Gadis yang mengandung anakku 10 tahun yang lalu apa yang Hyung lakukan padanya!! "

"Siapa? "

"Hyung satu-satunya yang tahu tentang ini, Hyung pernah melihatnya lagi setelah itu kan? "

"Kau ini berkata apa!! "Kang Min hyuk berkata sambil berkacak pinggang.

"Kau membodohiku!!! Iyakan!!!! Dimana Hyung simpan pesan-pesan yang ia sampaikan padaku!!! "Tae joon berteriak ia berdiri dan menatap Min hyuk dengan berani.

"Choi tae joon!! "Min Hyuk murka, ia membalas teriakan Tae joon.

"Kau sadar telah menghancurkan hidup seseorang, aku tak pernah melihat pitraku selama sembilan tahun dan saat mereka tumbuh dengan baik hanya bersama ibu mereka Hyung tahu perasaanku? Aku malu setengah mati! "

"Jadi kau percaya wanita itu mengandung putramu! "

"Aku sudah memastikannya."

     Kang Min hyuk memijat pelipisnya, ia mendadak pusing.

"Lupakan mereka, jangan membuat keributan yang bisa membuat para reporter memburumu!! "

"Aku akan membawa keluargaku! "

"Jangan bercanda! Kau ingin menghancurkan karirmu! "

"Bukankah itu sepadan, bahkan itu tak bisa menghapus luka yang telah aku berikan. Aku akan membawa Bo-mi dan putraku! "Tae joon berbalik hendak keluar.

"Kau kira akan semudah itu?, kau akan kehilangan banyak hal. Kau pikir semua orang akan menerimamu! "kata Kang Min hyuk.

"Tae joon, Choi tae joon, "pria itu berteriak saat Tae joon tetap keluar ruangannya tanpa mendengar kata-katanya. Tae joon termasuk salah satu artis yang banyak menghasilkan bagi perusahaan, Min hyuk harus mencari cara agar Tae Joon  tetap di perusahaan.

      Sambil memakan makan siangnya didalam mobilnya, Tae joon berbalas pesan dengan Bo-mi, ia menggunakan alasan anak-anak untuk menghubungi Bo-mi.

"Hyung!! "Tae hyun tiba-tiba masuk ke kursi kemudi. Sejam yang lalu ia memberi tugas pada Tae hyun untuk mencari tulisan-tulisan Bo-mi di gudang arsip perusahaan. Hatinya berdebar saat Tae hyun datang dengan sebuah kotak dari kayu.

"Kau menemukannya? "tanya Tae joon.

"Iya!! Tapi aku mengambil ponselnya kita harus membelikannya baterai baru dulu! "Tae Hyun memberikannya pada Tae Joon.

    Dengan tergesa Tae joon mengambil kotak dari luar sedangkan managernya itu pergi untuk membenarkan ponselnya yang telah lama mati.

    Tae joon terkejut saat menemukan beberapa lembar kertas yang ada di dalamnya. Ada juga beberapa barangnya yang dulu pernah ia miliki. Gelang pasangan yang ia miliki dengan Bo-mi dulu juga ada disitu. Ia pikir barang-barangnya itu telah hilang.

"Yeobo, kau makan dengan baik? Aku membawakanmu syal . Jangan kedinginan, tetaplah didalam."

        Tangan Tae Joon bergetar saat memegang syal merah rajutan, ia membayangkan bagaimana usaha Bo-mi saat membuatkannya syal ini.

"Yeobo!! Semangat."

   Terlihat ini ditulis Bo-mi saat ia masih berada di Guri. Jadi presider Kang menyembunyikannya sejak itu. Ia teringat saat Bo-mi menanyakan syal dan kimbab buatannya. Tae joon hanya mengira itu angin lalu. Ia terlalu fokus dengan sekolah aktingnya saat itu.

"kau sampai dengan selamat? Kau tak membalas pesanku, karena itu aku ke seoul dan mengirimi ini, aku kesini dengan truk sayur paman Jeon, aku menunggumu!! "

     Tae joon tercengang saat surat Bo-mi disertakan dengan sebuah tes kehamilan dengan dua garis yang hampir memudar, mungkin karena terlalu lama. Tae joom merasa matanya panas. Ia membayangkan bagaimana bingungnya Bo-mi saat itu.

"Appa mengusirku dari rumah, aku benar-benar takut, eouma sedang menenangkannya sekarang, dan aku masih berlari menemuimu ke seoul, ini kertas koyak yang aku dapat dari bungkus kudapan di tempat sampah. Kembalilah Yeobo, aku benar-benar takut!!"

     Tangis Tae joon benar-benar pecah sekarang. Kertas pembungkus mandu yang lusuh dan tulisan yang acak-acakan menunjukan kondisi Bo-mi saat itu. Di tengah musim dingin dan ia kehilangan keluarganya. Tae joon benar-benar membenci dirinya sendiri sekarang.

    Ia mengambil ponselnya dan mulai mendial nomer telepon Bo-mi. Katakanlah ia tak tahu malu, tapi ia akan mencoba memberikan sedikit kebahagian pada mereka.





Jang Nara

Sweet PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang