Bomi memperhatikan putranya yang turun dari mobil sedan mewah di depan rumah mereka. Ibu Tae joon keluar setelah Tae dan Joon keluar. Wanita itu tampak bahagia, tapi itu semakin membuat Bomi tak nyaman.
Tadi siang Tae menghubunginya untuk meminta ijin pergi bersama ibu Tae joon yang datang ke sekolah. Tae juga terlihat nyaman saat bersama neneknya. Bomi tak tega bila membatasi kedua putranya itu saat mereka telah mengetahui kenyataan. Larangan Bomi hanya akan menyakiti kedua putranya.
Ia membungkuk untuk memberi salam pada ibu Tae joon yang juga terlihat bahagia saat bertemu dengannya.
"Nenek tak ingin masuk? "
"Bagaimana kalau kuta pergi untuk makan. Mereka tak ingin makan tanpa kau, Bomi,"kata ibu Tae joon.
"Tapi,,, "
"Ayo Eouma, aku berjanji untuk mengajak nenek ke restaurant ayam langganan kita, "kata Joon.
"Oh ya, nenek hamoir lupa kalau kalian sudah berjanji."
"Itu juga dekat, ayo Eouma, nenek pasti juga lapar, "kata Tae.
"Baiklah, ayo kita bisa jalan kaki dari sini, bibi tidak keberatan? "
"Tentu saja, ayo!!."
Bomi ingat Tae joon dangat ramah saat keduanya masih jadi teman baru dulu, sampai keduanya menginjak remaja. Tae joon sangat banyak bicara. Pria itu bisa mencairkan susana dengan banyak obrolan seru. Bomi tahu sekarang dari mana itu sifat itu berasal. Ibu Tae joon terlihat baik dan pengertian, ia juga banyak mengobrol tidak hanya dengan kedua cucunya tapi dengan Bomi juga, sehingga itu membuat Bomi mulai merasa lebih baik. Bomi sadar rasa tidak nyamannya saat bersama ibu Tae joon karena rasa bersalahnya, ia merasa telah menyembunyikan Tae dan Joon dari mereka.
"Ibu tidak ada batasan untuk menemui kalian, jadi untuk apa yang tidak bisa Tae joon lakukan di tempat umum. Kau bisa mengatakan itu pada ibu, "kata ibu Tae joon, mereka masih direstauran ayam. Sementara Tae dan Joon makan keduanya mengobrol.
"Saya tidak pernah mengharapkan itu, selama ini hidup saya dan anak-anak sudah baik, "kata Bomi.
"Aku selalu menginginkan anak perempuan. Mengetahui ibu dan ayahmu telah,,, "
"Saya tidak ingin membahas itu, keduanya sudah bahagia di surga, "Bomi memotong kalimat Bomi.
Ibu Tae joon berdehem, ia benar-benar merasa bersalah pada Bomi. "Ibu benar-benar merasa bersalah atas apa yang dilakukan Tae joon dulu. Kalau aku jadi kau, ibu juga pasti tidak akan semudah itu memberi maaf pada dia. Tapi Bomi-ya, apa tidak sebaiknya kalian pikirkan kembali soal pernikahan. Menghidupi dua anak bukanlah hal mudah, "kata ibu Tae joon.
Mesti tahu ketulusan dari perkataan ibu Tae joon, Bomi tetap saja merasa tak nyaman. Ia merasa seolah ibu Tae joon meremehkan dia.
"Maksut ibu bukan ingin ikut campur dengan urusan kalian, atau setidaknya tinggallah dengan kami, jangan pikirkan Tae joon, bagaimana dengan tinggal bersama ibu dan ayah? , "ibu Tae joon segera meralat perkatannya saat melihat perubahan ekspresi Bomi, ia sangat tahu bahwa harga diri seorang ibu tunggal itu sangat luar biasa. Apalagi menghadapi ibu dari laki-laki yang telah menghancurkannya. Ibu Tae joon tahu karena ia juga dibesarkan oleh seorang ibu tunggal yang luar biasa hebat.
"Saya sama sekali belum berfikir untuk pindah, "kata Bomi.
"Tae joon membeli sebuah rumah di Guri, "kata Ibu Tae joon.
"Benarkah? "Bomi benar-benar terkejut, tekat pria itu kuat ternyata, Tae joon tak mengindahkan peringatan Bomi kemarin.
"Ibu ingin kau dan putramu nyaman, maaf bila perkataan ibu membutmu tersinggung, "kata ibu Tae joon.
"Tidak apa-apa bi, karena saya juga seorang ibu mungkin saya sedikit faham, "kata Bomi.
"Sangat memalukan mengetahui putramu telah menghancurkan kehidupan seorang gadis. Ibu harap kau tidak sungkan untuk meminta bantuan apapun pada ibu, "kata ibu Tae Joon memegang kedua tangan Bomi erat sementara Tae dan Joon sedang asik bermain di gamezone yang disediakan untuk pengunjung.
"Terimakasih bi, maaf terlambat memberitahu tentang Tae dan Joon pada kalian, "kata Bomi, wanita itu bisa merasakan ketulusan dari ibu Tae joon. Sanagt jarang sekarang seorang ibu melakukan ini. Ibu Tae joon sangat pengertian, padahal lahirnya Tae dan Joon bukan semata-mata salah Tae joon, Bomi juga berbagi dosa dengan pria itu. Tapi ibu Tae joon sangat menerima dengan tangan terbuka Tae dan Joon membuat Bomi terharu.
"Seoul dan Guri menjadi sangat dekat karena ada Tae dan Joon juga Bomi, tapi ibu masih harus sering pergi ke China dan Jepang karena pekerjaan, setelah semuanya selesai ibu akan banyak berkunjung, "kata ibu Tae Joon.
Bomi mengangguk menerima semua bentuk perhatian dari ibu Tae joon.
* ***** *
Perjalanan pulang kerja menjadi sangat melelahkan untuk Tae joon, tapi ia menikmati itu. Setelah ia membeli sebuah rumah di Guri ia pulang pergi Seoul-Guri demi bisa dekat dengan Bomi juga kedua putranya. Dua hari ini ia tak menemui mereka karena disibukan untuk pindah tempat tinggal.
"Aku akan menambah gajimu Tae hyun-a!!! Kau benar-benar bisa diandalkan!! "Tae joon menepuk pundak Tae hyun yang sekarang sedang menyetir untuknya.
"Apa ini tidak akan memancing para wartawan curiga, hyung akan baik-baik saja bila banyak dari mereka mengikuti kita? "
"Tidak masalah, tempat tinggalku kali ini lebih aman, kau tenanglah!! "
Tae joon mengedarkan pandangan keluar jendela, ia sangat bahagia sekarang. Bomi memperingatinya untuk menjaga jarak dengan mereka, tapi ia tak bergeming. Tae Joon ingin menunjukkan pada wanita keras kepala itu bahwa ia tak main-main. Ia ingin menjadikan Bomi dan kedua putranya sebagai keluarganya. Ia juga ingin melindungi mereka.
Mobil sedang berhenti dilampu merah saat Tae joon membuka jendela, udara dingin merangsek masuk tapi membuat Tae joon nyaman. Tak sengaja ia memperhatikan tv plasma besar yang ada dipinggir jalan. Sebuah berita tentang gempa. Tunggu Tae joon menajamkan pandangannya untuk membaca tulisan yang tertera dilayar besar itu. Jalan tempat tinggal Bomi? tidak salah lagi. Gempa itu merobohkan tiang listrik besar, sehingga menyebabkan kebakaran yang menghalangi penduduk dari gang lain untuk menolong. Dengan jelas Tae joon bisa melihat barisan rumah di anak tangga sekitar tumah Bomi telah rusak parah akrena gempa.
"Jalankan mobilnya Tae hyun-a, "kata Tae joon,pandangannya masih terpaku pada layar yang mengabarka tentang banyaknya korban.
"Apa?? "
"Cepat Tae Hyun-a!!!! pergi ke rumah Bomi sekarang, "teriak Tae joon yang membuat Tae hyun segera menginjak pedal gasnya.
Ketakutan menguasai Tae joon, jantungnya berdetak lebih cepat, ia mengambil ponselnya untuk melihat berita dan ia mengetahui gempa itu telah terjadi dua jam yang lalu. Tangannya bergetar ketakutan melihat berita malah membuatnya semakin cemas karena mereka menulis tentang banyaknya kerusakan dan korban karena gempa terjadi saat malam hari, saat para penduduk sedang terlelap.
"Tolong jangan membuatku menyesal untuk kedua kalinya, aku mohon!!! "
Tae Joon merapal semua harapannya didalam hati berharap Bomi dan kedua putranya baik-baik saja.
Jang Nara

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Past
Fanfictionkorban WGM, Tae-Bom couple -Yoon Bo-mi -Choi Tae-joon memperkenalkan dua sweet twin kita -Yoon Tae -Yoon Joon Kesalahan yang ingin diperbaiki Tae-joon apakah ia masih punya kesempatan? "Mereka memang putramu, tapi aku adalah ibu dan ayah ba...