Bagian ini 18++ ya!!!! Author butuh ini untuk ngejalanin cerita ini tapi para dedek-dedek cantik... Harap skip yahhh.... Happy reading!!!!
Tae joon melarang Bomi dan Tae kembali ke Losmen. Ia kembali bersama Joon, putra bungsunya itu membantunya dengan baik. Pelecehan yang diterima Tae memang tidak terlalu serius karena Tae joon datang diwaktu yang tepat. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila sedikit saja ia datang terlambat.
Membayangkan mereka akan mengalami hal buruk membuat Tae joon merinding. Tak banyak yang harus dilakukan Tae joon karena ia meminta bantuan Tae hyun. Mereka bisa cepat pulang dan beristirahat.
Seluruh badan Tae joon sakit, ia lelah malam ini. Apalagi ia tadi sempat berkelahi dengan para pria mabuk itu tapi entah mengapa perasaannya bahagia. Hanya dengan melihat sepasang sepatu Tae dan Joon yang ada di depan pintu rumahnya sudah membuat ia sangat bahagia.
"Tidurlah, kalian pasti lelah, "Tae joon mengantarkan ketiganya ke kamar utama yang baru beberapa hari ia tiduri. Ia memutuskan untuk tidur di sofa luar karena kamar tamu yang masih berantakan.
"Appa!! "Tae joon hendak keluar saat Tae menarik lengannya. Putra sulungnya yang masih duduk itu melihatnya penuh permohonan. Joon sudah meringkuk disisi Bomi, sepertinya ia harus banyak menyesuaikan ditempat baru karena sedari tadi anak itu bergerak dengan tak nyaman ditidurnya.
",,,bisa tinggal disini, Appa bisa memelukku? "
Tae joon tak langsung menjawab ia melirik kearah Bomi. Yang ia tahu wanita itu langsung berpura-pura tidur. Keadaan ini bukanlah hal biasa. Bomi pasti menyimpan banyak keraguan apalagi mengingat sifat keras kepala Bomi. Tapi sekali lagi mereka harus mengacuhkan perasaan pribadi demi kedua putra mereka. Bomi pasti merasa canggung, karena itu ia memilih untuk berpura-pura tidur.
"Berbaringlah, Appa akan disini memelukmu!! "Tae joon mengelus rambut Tae dan membimbing putra sulungnya itu untuk berbaring sementara ia ikut berbaring di kasur paling pinggir.
Rasanya nyaman meski Tae joon tak bisa tidur dengan tempat selega seperti biasanya. Baginya ia tetap merasa bahagia saat seluruh tubuhnya kesakitan. Keinginannya makin kuat, ia harus bisa menyakinkan Bomi agar mereka bisa bersama.
* **** *
Tak semudah yang dibayangkan Tae joon. Tinggal bersama Bomi bukanlah hal yang mudah. Bukan karena rumahnya yang berubah menjadi area bermain anak-anak. Atau banyaknya makanan yang memenuhi kulkasnya. Ia juga tak keberatan rumahnya berantakan karena kedua putranya. Tapi yang paling menyiksa adalah keberadaan Bomi di dekatnya selama 24 jam.
Memang wanita itu membatasi diri darinya. Bahkan Bomi sering dengan sengaja keluar dengan alasan berbelanja saat Tae joon ada dirumah. Tae joon jelas tahu itu cara wanita itu membatasi diri darinya. Tapi bagaimana saat malam hari? Tengah malam ia sering melihat Bomi berseliweran dengan hanya memakai celana pendek dan kaus kebesaran.
Tae joon pria normal apalagi sejak bertemu lagi dengan Bomi dan putra-putranya ia sama sekali tak pernah menjalani rutinitas malamnya bersama wanita-wanita. Tanpa sadar Tae joon tak pernah lagi membawa wanita di kehidupannya dan itu hal yang luar biasa bagi seorang Tae joon. Saat menyadari itu ia bahkan takjub. Sebelumnya ia selalu membawa banyak wanita berbeda ke ranjang untuk menghangatkan malamnya. Tapi sekarang ia hanya akan memikirkan bagaimana ia cepat selesai bekerja dan pulang. Bila Bomi mau memikirkan kembali keinginannya untuk menikahi wanita itu ia pasti akan lebih bahagia. Mereka sudah seperti sebuah keluarga normal. Makan bersama dan tinggal bersama. Berbagi tugas dihari libur. Berangkat/pergi beraktifitas bersama. Sama seperti sebuah keluarga normal pada umumnya.
Tae joon belum benar-benar tertidur saat mendengar derap langkah Bomi yang keluar dari kamarnya. Suasana termaram di ruang tengah tempat ia berbaring di sofa besar ruang tv. Ibu dari anak-anaknya itu memakai celana bahan sangat pendek dan kaus kedodoron berwarna abu-abu. Tae joon mengamati Bomi sejak keluar dari kamar lalu menuju dapur. Mendengar suara kulkas, wanita itu mungiin kehausan. Paha mulus Bomi yang terlihat membuat pikiran Tae joon kacau. Pria itu mengira-ngira apa yang ada di balik celana Bomi. Dan dadanya semakin berdesir saat merasa Bomi mendekat kearahnya yang masih pura-pura tertidur. Ia tidak ingin terlihat seperti brengsek yang sekarang malah berfikir untuk memperkosa Bomi.
"Bagaimana bisa ia lupa mematikan televisi? "ia jelas mendengar wanita itu bergumam lalu mematikan televisi. Aroma Bomi membuat Tae joon bertambah pusing ia sangat merasa Bomi sangat dekat kearahnya. Gadis itu kembali berdecak dan entah berlalu kemana.
Saat Tae joon mulai lega karena ia merasa telah mampu mengatasi nafsu bejatnya. Bomi kembali datang. Mata Tae joon menyipit saat Bomi menaruh selimut di tubuhnya. Dan gadis itu juga menaruh bantal di kepala Taejoon dengan hati-hati. Tae joon yakin Bomi mengira ia telah tidur. Dan akhirnya disitulah pertahanan Tae joon hancur. Saat Bomi mengangkat pelan kepalanya untuk menaruh bantal. Tae joon jelas melihat buah dada Bomi tepat di depan wajahnya. Menggantung bulat tanpa dibalut bra. Kaus tipis yang transparan.
"Choi Tae Joon!!! "Bomi memekik saat Tae joon yang ia kira tertidur menariknya sehingga jatuh tepat diatas badan pria itu. Tae joon melengguh saat merasa buah dada Bomi menyentuh dadanya yang telanjang.
"Kau berniat menyiksaku? " suara Tae joon serak dna tertahan. Mata pria itu tak lepas memandangi Bomi.
Bomi tak mengerti apa yang dibicarakan pria itu dan wajah bodoh Bomi semakin membuat Tae joon bergairah. Ia hendak berteriak saat Tae joon menggiring tangannya untuk menyentuh bagian tengah selakangan pria itu. Tapi Tae joon membungkam mulut Bomi dengan ciumannya.
"Eghhh!! "Bomi memberontak. Tapi Tae joon seolah tak peduli ia telah dikuasai hasratnya. Dan saat ia meremas bokong Bomi wanita yang ada diatas tubuhnya itu melenguh pelan.
Kepala Bomi pusing dan kesadarannya seolah terenggut. Siapa yang bisa menolak pria tampan bertubuh bagus seperti Choi tae joon? Ia merasa menjadi wanita jalang saat ia menikmati bagaimana Tae joon memperlakukan tubuhnya. Ia terkejut saat Tae joon menarik tubuhnya saat ia hendak menaruh bantal dan selimut untuk pria itu. Tapi kali ini ia menikmati bagaimana Tae joon meremas bokong dan melumat bibirnya.
Tanpa melepaskan ciuman mereka Tae joon mengangkat tubuh mungil Bomi lalu membalik posisi mereka. Ia membuat Bomi bersender di sofa besarnya. Rambut yang acak-acakan di tengah lampu yang temaram membuat Bomi terlihat begitu cantik dan menggairahkan bagi Tae joon. Nafas wanita itu memburu begitupun Tae joon. Ini kesempatan baginya karena Bomi terlihat menikmati dan tak menolaknya. Mereka dua orang dewasa baik Bomi dan Tae joon tahu apa yang akan terjadi bila mereka melanjutkan ini.
Tanpa menunggu lagi Tae joon menarik lepas celana pendek Bomi, wanita itu menjerit saat Tae joon menaruh bibirnya di bagian intimnya. Bagaimana Tae joon terus menjilat dan menyedot membuat Bomi hendak pingsan saking nikmatnya. Sudah sejak lama, ia harus mengakui merindukan ini. Taejoon juga seolah tak memberinya waktu untuk bernafas. Pria itu masih tetap hebat sama seperti yang Bomi ingat belasan tahun yang lalu, menaikan kaus Bomi dan mulai menciumi buah dada wanita itu dengan beringas ia bisa merasakan betapa Tae joon menginginkannya.
"Kau harus jadi milikku, malam ini!! "suara Tae joon dalam saat pria itu ada diatas Bomi dan mulai menyetubuhi wanita yang terus menerus berteriak kenikmatan itu. Mereka berdua seolah kesetanan, melepaskan segala hasrat. Harusnya mereka lebih berhati-hati karena memutuskan untuk tinggal bersama. Dua orang dewasa kesepian dalam satu atap dan mereka memiliki suatu cerita dulu. Pasti sesuatu akan terjadi dan malam ini lah waktunya.
Jang Nara

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Past
Fanfictionkorban WGM, Tae-Bom couple -Yoon Bo-mi -Choi Tae-joon memperkenalkan dua sweet twin kita -Yoon Tae -Yoon Joon Kesalahan yang ingin diperbaiki Tae-joon apakah ia masih punya kesempatan? "Mereka memang putramu, tapi aku adalah ibu dan ayah ba...