Tae-Bom 16

206 23 0
                                    

       Bomi kembali menyeka air matanya saat ia pulang dari membeli makanan untuk kedua putranya, pandangan para lelaki sepanjang jalan tak ia hiraukan ia memakai hoodie tebal agar tak menarik perhatian.

      Ia sadar betul tempat seperti apa Losmen ini, tapi mengingat sisa uangnya ia tak punya pilihan lain. Ia harus lebih giat bekerja, mencari sewa tempat tinggal lebih layak dan mengurus asuransi rumahnya. Bomi bertekat untuk jadi lebih kuat.

            *      *****       *

    Tae joon mematikan alarm ponselnya yang berbunyi, merentangkan tangannya untuk mencari ruang karena tubuhnya kaku semalaman tidur dimobil. Menajamkan penglihatannya saat melihat Bomi juga kedua putranya mulai meninggalkan Losmen.

      Tae joon diam-diam mengikuti mereka yang mengantarkan Bomi sampai ke halte terdekat sementara Tae dan Joon melambai saat Bomi dengan busnya mulai meninggalkan halte, ia segera turun untuk menghampiri mereka.

"Anak-anak!!! "

    Tae dan Joon menoleh saat mengenali suara si pemanggil apalagi Tae joon yang memakai topi dan masker hitam sangat mereka kenali.

"Appa!!!! "Joon berhambur memeluk ayahnya diikuti Tae dibelakangnya menatap Tae joon dengan mimik kesal.

"Kenapa? Kau marah pada ayah?"

"Appa tidak mendatangi kami, rumah kami runtuh, kami harus tinggal dikamar sempit dan setiap malam eouma memutar musik keras-keras, "Joon mulai menangis.

    Tae joon hampir menangis tali ia berjongkok dan memegang kedua lengan putranya itu.

"Appa sudah disini, semua akan baik-baik saja, mengerti? "

"Pembohong!! "Tae tiba-tiba berbicara keras "Kau bilang akan datang bila aku memanggilmu, kau tak menghubungi kami, "kata Tae, mata anak itu berkaca-kaca.

"Maaf, Appa sekarang disini. Appa tidak berbohong kalian bisa panggil Appa saat kesulitan, lihat karena panggilan Tae, Appa datang, "kata Tae joon mengelus rambut Tae sayang.

"Aku tak memanggilmu, "sama seperti Bomi, Tae memiliki harga diri tinggi "apa Eouma melarangmu datang? "tanya Tae kemudian.
    Tae joon hanya tersenyum ia tak ingin putranya banyak memikirkan sesuatu apalagi hubungannya yang rumit dengan Bomi.

"Kalian tidak kesekolah? ayo Appa akan traktir ayam dan kentang goreng, "kata Tae joon.

"Untuk sarapan? Eouma bilang kita tak boleh makan kentang goreng untuk sarapan. Dia memberi kami uang untuk membeli sup jagung, "jelas Joon.

"Karena itu jangan beritahu Eouma, ini rahasia antar pria, "kata Tae joon.

    Joon masih ragu ia melihat kearah Tae, meminta putusan dari hyung-nya itu.

"Ayo pergi, kita bisa menyimpan uang kita karena sarapan gratis pagi ini!! "

   Joon tersenyum ceria, ia menggandeng tangan Tae joon dan Tae dengan semangat.

     Mereka mengkabiskan hari ini bersama, pergi makan lalu bermain di sebuah gamezone bahkan pergi ke sauna yang pribadi dan mahal. Ketiganya sangat menikmati hingga lupa waktu dan mengabaikan puluhan panggilan dari Bomi.

    Saat mereka memasuki gang tempat dimana Losmen berada Bomi sudah ada disana bersama Namjo keduanya tampak kebingungan.

"Tae-ya, Joon-a,"Namjo berteriak saat melihat Tae dan Joon dari kejauhan. Tae joon mengantar mereka yang baru turun dari mobil.

    Bomi segera menghampiri mereka lalu ia menampar pipi Tae joon membuat pria itu terkejut apalagi saat melihat Bomi menangis.

"Kau pikir apa yang srdang kau lakukan? Bermain petak umpet denganku? Kau marah karena aku menolakmu untuk tinggal bersama? "kata Bomi. Ia berusaha kuat agar tak terlihat lemah didepan Tae joon. Hari-harinya sangat berat akhir-akhir ini dan saat ia tak bisa menemukan Tae dan Joon dimanapun, ia merasa putus asa.

Sweet PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang