Tae-Bom 20

253 28 5
                                    

       Kepala Bomi sangat sakit, ia belum bisa menyesuaikan itu saat mulai membuka matanya. Berulang kali mengerjap. Ruangan tidak begitu terang tapi ruangan serba putih itu menyiratkan bahwa ia berada di rumah sakit. Ranjangnya sangat nyaman meski seluruh badannya sakit. Ia juga berada diruangan yang cukup besar.

    Hingga pandangan Bomi jatuh di sebelah pintu masuk sofa besar kedua anaknya meringkuk dengan bantal paha Choi tae joon. Tae joon terlihat lelah pria itu tertidur sambil duduk. Pemandangan yang membuat mata Bomi berkaca-kaca ingatannya kembali ke peristiwa semalam.

Flashback

       Dengan tubuh kesakitan Bomi melihat ia berada di dalam mobil. Tae joon memeluknya, ia bersandar di pundak pria itu.

"Bisakah lebih cepat lagi!! "Tae joon memaki si sopir taxy yang sedang membawa mereka. Benar, mereka ada disebuah taxy yang sedang melaju.

     Bomi bisa membuka matanya tapi kepalanya terlalu sakit untuk ia bisa bangun. Dekat dengan dada Tae joon ia bisa mendengar gemuruh detak jantung pria itu.

"Bertahanlah,,, Yoon Bomi buka matamu,,, jangan menakutiku!!! "

Suara Tae joon serak, pria itu terlihat menahan tangis.

"Eouma!! "hingga suara tangisan anak semakin keras ia dengar. Tae dan Joon duduk di sebelahnya juga saling berdempetan. Joon sudah menangis dan terus memanggilnya. Tae hanya diam anak sulungnya itu menatapnya nanar. Rasa bersalah Bomi mulai muncul, Tae tak bisa berekspresi bahkan saat hatinya sangat kesakitan. Ia ingat saat ia pernah terjatuh dari motor dulu, Tae tak mau sekolah selama Bomi sakit. Bomi sadar keduanya hanya ada dia untuk tempat mereka bernaung tapi sekarang mereka punya Ayah tapi dengan keegoisannya Bomi tak mengijinkan putranya menerima hal lebih dari ayah mereka.

     Pikiran Bomi menerawang, bagaimana dengan anak-anaknya bila tanpa dia atau bila terjadi hal buruk padanya. Lalu ia merasa sebuah telapak tangan besar mengelap wajahnya, membersihkan keringat dingin yang membasahi keningnya. Bomi mendongak dan melihat Tae joon dengan wajah paniknya mencoba tersenyum kearahnya.

"Tidak akan sakit, bertahanlah sebentar lagi."

   Benar, ia punya Tae joon, yang dengan rela meminjamkan bahunya untuk ia bersandar. Bomi menyadari betapa ia sangat lemah tapi bersikap sok kuat.

    Masih dengan Bomi yang ada dipelukannya Tae Joon menarik Joon untuk mendekapnya. "Diamlah, Eouma akan baik-baik saja. Appa berjanji akan menjada kalian.... Benar kan Tae!! "

    Bukan hanya menjadi tempatnya bersandar, Tae joon bahakn mampu menenangkan kedua putranya. Ia menyadari bukan hanya Tae joon yang membutuhkan mereka. Tapi mereka juga membutuhkan Tae joon.

      Tae bereaksi "Benarkah Appa eouma akan baik-baik saja!! "

"Tentu saja,,, sekarang jaga adikmu dan buatkah dia berhenti menangis, kita akan sampai rumah sakit segera."


Flashback end

"Appa!!!! Eouma bangun,"suara Joon nyaring sehingga membangunkan ayah dan hyung-nya.

    Tae joon segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Bomi.

"Masih ada yang sakit? Kau butuh sesuatu? "

Bomi tersenyum lalu ia menggeleng.

"Aku akan panggil Dokter, Appa!! "Tae berlari keluar bersama sang adik.

"Tae joon-ssi!!! "

"Hmm,,, kau ingin minum!! ,"Tae joon merasa bersalah saat mendengar suara Bomi pelan memanggilnya.

"Ayo kita menikah!! "kata Bomi pelan tapi cukup bisa didengar oleh Tae joon.

"Apa?? "

"Bukankah kau bilang itu yang kau inginkan, menjadikanmu wali dari anak-anak dan menjadi suamiku! "

"Yoon Bomi,,,,,"

"Maaf karena terlalu lambat menyadari, tapi perasaan bersalah dan cintamu benar-benar telah sampai padaku sekarang ,"kata Bomi.

"Kau tidak bercanda? "

"Untuk apa aku bercanda, aku adalah gadis lemah yang sok kuat. Masih sama seperti dulu aku begitu membutuhkanmu, "kata Bomi.

    Tae joon menunduk untuk mencium kening Bomi. Ia mengenggam tangan wanita itu erat "Kali ini aku akan pastikan kau tak akan terluka lagi. Tidak perlu menerima permohonan maafku, tapi kau mau memberikan kesempatan kedua untukku itu sudah lebih dari cukup. Terimakasih, Yoebo!! "

"Hyung!!! "bukan dokter yang masuk tapi Tae hyun yang datang bersama anak-anaknya memasuki ruang rawat Bomi dengan wajah panik.

"Ada apa?? "

"Diluar banyak wartawan, mereka meminta wawancara, vidiomu bersama nona Yoon dan anak-anak tersebar, "kata Tae Hyun.

"Appa!!! "kedua putranya terlihat ketakutan.

"Gwencana,,,, semua akan baik-baik saja,"kata Tae joon.

"Aku belum memanggil dokter, para wartawan seram itu berusaha mernangsek masuk, aku kembali karena Joon ketakutan, "kata Tae.

"Untung ada paman Tae hyun, "kata Joon. Wajah putra bungsunya merah.

"Mereka tidak mengganggu kalian kan? Kalian baik-baik saja? "

   Keduanya mengangguk.

"Presider Kang dia mengamuk dan mengancamu akan,,, "

"Keluarlah dulu, aku akan menyusul dan menyelesaikan ini? "

"Bagaimana Hyung akan menyelesaikan ini?? "

"Keluarlah Tae hyun-a!! "

     Saat Tae joon meninggikan suaranya Tae hyun menyadari dan segera keluar. Tae joon tak ingin Bomi mendengar lebih banyak lagi lalu menjadi khawatir. Seperti yang ia katakan, ia akan menjaga Bomi juga kedua putranya.

"Apa semua baik-baik saja? "tanya Bomi.

"Tentu saja, aku akan keluar sebentar dan memanggilkan dokter untukmu. Tae-ya kau bertugas menggantikan Appa saat Appa pergi. Jangan keluar sebelum Appa datang, mengerti? "

"Ya Appa."

"Jangan memikirkan apapun, semua akan baik-baik saja, "Tae joon mencium keming Bomi sekali lagi sebelum pria itu benar-benar keluar meninggalkan ruang rawat Bomi.


Jang Nara



Sweet PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang