Di Tegur Pacaran

444 16 1
                                    

Pukul 06.00 pagi, aku terbangun. Seperti biasa aku membuat sarapan sendiri. Rencananya hari ini aku tak masuk sekolah karena agak meriang, tapi ku paksakan saja agar bisa bertemu dengan Virgo, padahal Mama sudah menyuruhku untuk istirahat dirumah, tapi aku tetap memaksakan diri.

Aku membuat nasi goreng, ya hanya itu yang bisa ku masak karena mudah dan cepat. Satu piring ku siapkan untuk sarapan dirumah dan satu piring aku masukan kedalam kotak makan yang rencananya akan ku berikan pada Virgo saat disekolah nanti. Saat jam istirahat langsung ku berikan untuknya.

"Ini buat kamu"
Kataku sambil memberikan kotak makan kearahnya.
"Apa ini?"
"Nasi goreng"
"Ih makasi ya niat banget masakin"
Aku tersenyum.
"Bangun jam berapa tadi sampai kamu sempat masak?"
"Jam 6" jawabku.
"Seharusnya kamu jangan repot repot gini"
"Iya, kan harus belajar jadi calon istri yang baik" kataku.
"Sabar ya Anna"
"Sabar kenapa?"
"Sabar nunggu dilamar sama aku"
Dia tersenyum.
"Iya sabar kok haha, makan dulu deh"

Virgo memakan nasi goreng yang ku buat sampai tak tersia. Kata Virgo sih rasanya enak. Tapi tidak tahu, pujiannya itu jujur atau bohong, karena jika aku yang memakan nasi goreng buatanku sendiri, rasanya biasa saja. Tapi kalau sedang lapar, enak juga sih haha.

Siang harinya, aku merasa badanku kembali meriang, mungkin karena masuk angin, pikirku.
"Badan kamu panas Na"
Virgo menghampiriku yang sedang duduk sambil tertidur.

"Nanti juga hilang"
"Aku anterin pulang ya?"
"Jangan, kan belum boleh pulang"
"Dari pada kamu sakit"
"Gak apa apa Vir" jawabku.

Rasanya suhu badanku semakin naik, sampai mataku terasa berair karena panas sekali. Virgo terus menatapku karena khawatir, mungkin karena dia kasian melihatku seperti itu, jadi Virgo memelukku dan mengelus kepalaku pelan. Dia menyenderkan kepalaku dipundaknya. Aku tak sadar hingga aku tertidur cukup lelap.

"Anna bangun, ada guru datang" bisik Virgo. "Iya?" sadarku.
"Itu kalian berdua ngapain begitu?"
"Saya pak?" tanya Virgo.
"Iya kamu dan sebelahmu itu, kalian pacaran?"
"Iya pak" jawabku.

"Kalian tahu ini sekolah? pacaran dikelas, peluk pelukan, sender senderan lagi"

"Maaf pak, tapi Anna lagi sakit" jawab Virgo.

"Kalau sakit ya ke UKS, jangan peluk pelukan seperti itu dikelas"

"Iya pak maaf" jawab kami.
"Kalian semua ini sedang tak ada guru?
"Iya pak" jawab teman teman.

"Baca baca bukunya, jangan ribut ya, dan jangan pacaran seperti mereka dikelas" jawabnya sambil melangkah pergi dari kelasku.

Seketika kami berdua jadi bahan omongan oleh teman teman, aku tak tahu akan seperti itu jadinya. Ah gara gara aku, Virgo jadi terkena omelannya. Yang memarahiku itu adalah Guru BK, namanya Pak Budi.
Tak bisa dihitung sudah berapa kalinya dia memarahiku, memarahi karena aku melanggar aturan sekolah tepatnya, bukan karena pacaran, ini baru pertama kalinya.

"Yah, kita dimarahin pacaran" kata Virgo.
"Biarin aja" kataku.
"Artinya kita gak direstuin sama dia Na"
"Bodo amat, memangnya dia siapa? Dia bapak kamu? Kan bukan" jawabku jengkel.
"Bapakku itu kan Ayahnya Anna"
"Maksudnya?"
"Akan jadi calon mertua kan?"
"Oh haha" jawabku karena baru mengerti.

Virgo melihat keluar kelas, ada Deva yang sedang berjalan tergesa gesa. Asal kamu tahu, Deva itu adalah manusia yang super sibuk, kerjanya mondar mandir entah apa yang sebenarnya sedang dia cari.

"Devaaa?" Panggil Virgo dari dalam kelas. "Apaaa?" sahut Deva.
"Sini bentar" kata Virgo.
Deva pun masuk kedalam kelas kami.
"Hai Na" katanya menyapaku.
"Eh kamu bawa motor kan?" tanya Virgo.
"Bawa" jawabnya.
"Anterin Anna pulang yuk, dia lagi sakit"
"Eh gak usah, aku bisa sendiri kok" jawabku.
"Anna sakit? ya udah ayo" jawabnya.
"Enggak usah, jangan repot gitu ah orang demam doang" kataku.

Tapi tetap saja, akhirnya mereka menghantarku pulang kerumah. Sampai dirumah, Virgo dan Deva menungguku sampai aku tertidur.
"Tidur Na, kita tungguin" kata Deva.
"Iya." kataku.
Aku menatap Virgo.
"Sini aku peluk biar bisa tidur"

Virgo memelukku, dan mengusap kepalaku, lalu aku menyender dipundaknya, rasanya aku mulai mengantuk, mataku mulai terpejam.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang