Graduation

392 14 1
                                    

Setelah kelulusan, akhirnya siswa siswi angkatan XII mengadakan Graduation disalah satu Hotel di Jakarta. Saat itu aku memakai baju kebaya berwarna gold bermotif, dengan bawahan kain yang terbelah dua diatas lutut. Ini dirancang sendiri oleh Mamaku, kemudian aku diantar oleh Kakakku ke Hotel tempat sekolahku mengadakan Graduation.

Turun dari mobil, semua mata terpusat padaku, karena saat itu penampilanku bisa dibilang cukup glamor, bisa ku katakan juga aku bak artis yang sedang hadir diacara Grammy Awards, haha.

Sampai di Ballroom Hotel, aku duduk bersama teman temanku, dan menikmati acara saat itu. Cukup melelahkan karena aku tak biasa berpenampilan seperti itu, memakai makeup tebal, hak yang tingginya sekitar 15 cm dan bulu mata yang berat sekali rasanya.
Tak lama kemudian, aku merasakan ponselku bergetar, ada pesan masuk rupanya, dan itu dari Deva.

Deva : "Anna kamu dimana?"
Anna : "Didalam, kenapa?"
Deva : "Fotoan yuk"
Anna : "Ya udah tunggu diluar, aku kesana sekarang"
Deva : "Oke"

Aku pun keluar untuk mencari Deva, ya kami sempat berfoto bersama dan bicara banyak.

Deva waktu itu duluan lulus masuk Kedokteran UI, dia dikabarkan lulus test, ya semoga saja aku bisa seperti dia. Waktu itu tak hanya berfoto dengan Deva saja, dengan Trisha juga, kebetulan saat aku diluar dengan Deva, Trisha baru datang.

Selang beberapa menitnya lagi, aku melihat Virgo datang bergandengan tangan dengan Mawar, Virgo juga sempat melihat kearahku, tapi ku alihkan pandanganku ke Trisha.

"Mereka cocok kok" kata Trisha.
"Siapa?"
"Virgo dan pacarnya itu"
Aku diam.
"Ya udah, biarin aja" jawabku.
"Cocok brengseknya" tambah Trisha.
"Masuk kedalam aja yuk" ajakku.
"Ya udah yuk dari pada lihat mereka"

Ku rasa Trisha benar benar benci pada mereka, ya memang kadang dia merasa bersalah juga padaku karena hal ini.

***

Acara Graduation saat itu cukup lama. Mulai pukul 9 pagi sampai 6 sore. Ketika acara salam salaman dan foto bersama telah usai, semua siswa siswi berpelukan satu sama lainnya. Trisha datang membawa se-pack tissue, yang saat itu berjalan kearahku dalam keadaan sedang menangis.

"Sha kenapa?" tanyaku.
"Sedih Na"
"Iya, aku tahu kamu sedih pisah sama aku" "Bukan, aku nangis karena gak lulus masuk UI"
Aku diam.

Sialan Trisha ini, ku pikir dia sedih karena akan pisah denganku.

"Gak apa apa, kan masih ada jalur test yang lain" kataku.
"Aduh rasanya mau bunuh diri"
"Eh jangannn, masih ada kesempatan Sha"
"Peluk aku Na, kita udah pisah sekarang"

Aku memeluknya, tidak hanya Trisha yang menangis, aku juga. Makeup kami berdua jadi luntur. Padahal awalnya aku tidak berniat sedikitpun untuk menangis, tapi karena Trisha, aku jadi ikut-ikutan. Lucunya saat itu, karena tak henti hentinya Trisha menangis, bulu matanya terlepas dan selama acara dia tidak memakai bulu mata.

***

Dan tibalah akhirnya libur tenang untuk persiapan masuk ke Perguruan Tinggi. Aku saat itu sedang sibuknya belajar untuk persiapan test yang tinggal menghitung hari. Sore itu aku mendapatkan panggilan telfon dari Trisha.

"Halo?" jawabku.
"Anna aku punya berita bagus" katanya.
"Berita apa?"
"Ini benar benar bagus haha" jelasnya sambil tertawa.
"Iya, cerita dong berita bagusnya apa?" jawabku.
"Siap siap ya dengerin"
"Iya, cepetan"
"Paijo putus sama Mawar haha"

Oh ya, aku beritahu si Paijo yang dimaksud oleh Trisha itu adalah Virgo. Trisha yang memberi nama samaran.

"Tahu dari mana kamu?"
"Dari Line group kelas Na"
"Oh gitu, baguslah"
"Ya bagus dong Na, aku sempat bilang ke kamu kan kalau karma itu jalan, tunggu aja, Paijo bisa bermain dengan dramanya tapi tidak dengan karmanya" katanya.

"Haha sok bijak kamu"
"Tapi kebukti kan benar?"
"Iya" jawabku.

Aku tak tahu berita apapun jika bukan Trisha yang memberitahuku. Sejak lulus dari SMA, aku langsung keluar dari semua social media group kelas karena selama ini mereka tak cukup hanya mengejekku disekolah secara langsung, tetapi terkadang digroup kelas pun sempat sempatnya mereka menyindir atau meledekku juga.

Heran, sebenarnya apa salahku pada mereka, walau tak semua temanku dikelas seperti itu tapi beberapa orang masih saja ada yang sikapnya keterlauan padaku, rasanya senang sekali menjadikanku topik pembicaraan.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang