Ospek

411 14 1
                                    

Hari itu adalah hari dimana semua mahasiswa di Universitas Indonesia mengikuti Ospek. Aku berangkat pagi pagi sekali dengan Deva. Ya, sekarang kami satu Universitas. Tidak menyangka bahwa aku dan Deva bisa masuk di Universitas yang sama. Saat Ospek, Deva sudah datang kerumahku jam lima pagi, untuk berangkat bersama.

"Sarapan dulu"
Kataku sambil memakan roti dan susu yang dibuatkan oleh Mama.
"Gak biasa sarapan jam segini"
"Nanti pingsan loh, kita bakal dijemur"
"Emangnya aku kayak kamu, suka pingsan" katanya.
"Eh jangan sesumbar, nanti kualat"
"Buruan Na, udah telat nih"
"Iyaaaa"

Tapi sungguhan, saat Ospek kami dijemur, dibentak, mentalku benar benar teruji saat itu, belum lagi ditambah memakai baju yang lebar dengan kaos kaki yang tingginya selutut. Kalau diingat kembali rasanya seperti berada pada masa penjajahan.

***

Aku masuk kedalam gedung Universitas tempat diadakannya ospek hari pertama. Waktu itu aku datang agak telat sepuluh menit, kebiasan telatku sedari SMA memang sulit untuk aku rubah rupanya. Untungnya aku diinjinkan untuk masuk. Aku berbaris dengan mahasiswa baru lainnya.

Sungguh rasanya seperti aku telah masuk ke kandang harimau, kami semua dibentak, mentalku terasa diuji bukan main.
Tapi waktu itu ada satu senior yang wajahnya tampan, aku lumayan naksir padanya, ya bisa dibilang dia termasuk tipeku juga, aku terus memperhatikannya. Tiba tiba dia mendekat kearahku. Dia menatapku dingin. Jarak mataku dan dia hanya sekitar 10 cm. Kemudian dia memegang pundakku.

"Kamu buru buru tadi?" tanyanya.
"Kenapa ya kak?" tanyaku bingung.
"Kancing bajumu dik" bisik senior itu.
"Hah?"
"Kancing bajumu lepas" jelasnya.
"Oh maaf kak"

Dan benar, kancing bajuku terbuka, mungkin karena tadi aku telat, jadi aku lupa, lalu aku segera merapikannya, kemudian kembali berbaris. Dia menatapku sambil menggelengkan kepalanya. Ya tuhan baru pertama kali mengikuti ospek, aku sudah memalukan seperti itu.

Kemudian ada kakak senior satunya lagi memeriksa kuku ku, aku lupa menghapus cat kuku ku yang saat itu berwarna hitam. Dan aku lupa memotongnya sebelum berangkat ospek.

"Kamu baca tata tertib gak?!" tanyanya membentak.
"Baca kak" kataku.
"Kenapa kukumu seperti itu?! mau jadi model?!"
Aku tertunduk diam.
"Kamu mau gaya gayaan?!"
Teriaknya tepat ditelingaku.
"Maaf kak, saya. . ."
"Keluar!"

Belum sempat aku membuat alasan dan ingin menjelaskan padanya, dia langsung menyuruhku keluar. "Apa dia tidak akan terkena tekanan darah tinggi nantinya, jika kerjanya setiap hari membentak adik tingkatnya seperti itu, galak sekali senior itu" pikirku.

Saat itu ada 150 mahasiwa baru yang mengikuti ospek, tapi itu hanya kelompokku saja, jika dihitung keseluruhan, hampir 3000 banyaknya. Diantara 150 mahasiswa, hanya aku yang dikeluarkan. Hebat kan?

"Mau kemana kamu?"
Tanya kakak senior yang pertama kali menegur kancing bajuku tadi.
"Disuruh keluar kak"
"Ngapain?"
"Kuku saya lupa dipotong kak sama lupa bersihin kuteknya" kataku sambil menunduk.
"Sini bentar" panggilnya.
"Iya kak?"
"Kamu hafal lagu univ?" tanyanya.
"Hafal kak"
"Nyanyiin semuanya, baru kamu bisa kembali kebarisan" katanya.
"Semuanya?" tanyaku kaget.
"Iya, cepet"

Untungnya aku menghafalkan semua lagu yang diberikan, jadi aku bisa menyanyikannya. Tapi lagu itu cukup banyak, jika mengikuti lomba menyanyi, aku menyanyikan satu lagu saja rasanya sudah lelah, apalagi sekarang aku harus menyanyikan lebih dari lima lagu. Tapi aku bisa, 15 menit akhirnya berlalu untuk menghabiskan semua lagu itu.

"Coba putar badan kamu"
Perintahnya santai sambil mengunyah permen karet.
"Kenapa kak?" tanyaku bingung.
"Saya bilang putar badan" jelasnya.
Aku memutar badan.
"Ya, udah lumayan rapi" katanya.
"Jadi sekarang saya boleh balik kebarisan kak?"
"Belum, sebutkan dulu visi misi"

Sialan, dia ingin mengerjaiku atau apa. Mentang mentang jadi senior, dia seenaknya saja denganku. Jika barusan aku sempat bilang kalau aku naksir dia, aku tarik kembali kata kataku, dia memang ganteng sih tapi kurang ajar.

Saat makan siang, aku bertemu dengan Deva, aku ceritakan kejadian yang aku alami barusan padanya, ya Deva tidak tahu kalau aku dihukum oleh kakak senior karena dia tidak satu kelompok ospek denganku.

"Mana sih orangnya?" tanya Deva.
"Yang putih, ganteng" kataku sambil sibuk memakan nasi kotak.
"Oh sie keamanan?"
"Iya, mungkin"
"Siapa namanya?"
"Mana aku tahu"
"Gimana sih, kan udah dikasi biodata panitia, harus dihafal dong Na"
"Ah bodo amat, ngapain ngafalin nama mereka"

"Eh eh Dev itu dia!"
Kataku sambil menunjuk senior yang aku maksud.
"Oh itu namanya kak Revan, dia jadi ketua" katanya.
"Pantas belagu" kataku.
"Lagian salahmu juga, ngapain kuku belum dipotong, masih kutekan lagi, udah tahu mau ospek"
"Lupa gue Dev, lupaaa!!!"
Kataku berteriak ditelinganya.

Dari Deva aku jadi tahu kalau senior yang sempat aku taksir itu bernama Revan.

Ternyata dia itu sebagai Ketua panitia, dan ku dengar dia adalah idola dikampus. Bagaimana tidak, dia memang ganteng dan cukup keren juga. Anak kedokteran, dan dia angkatan 2 tahun diatasku.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang