Perceraian Orang Tua ku

828 17 1
                                    

Malam itu aku sedang tidur lelap dikamarku, tapi tiba tiba saja aku mendengar suara Mama dan Ayahku bertengkar dikamarnya. Aku bisa mendengar dengan jelas beberapa percekcokan mereka dari kamarku, karena saat bertengkar, suara mereka cukup keras.

Sempat juga aku mendengar beberapa pecahan kaca, sepertinya Mamaku mengamuk.
Karena tak tahan berdiam diri dikamar, aku keluar dan segera menuju kekamar Mama dan Ayah.

"Mama udah dong" kataku memeluk Mama.

Plak!
Ayah menampar Mama.

"Kendalikan diri kamu!" kata Ayah.

"Kendalikan?! kamu selingkuh dengan perempuan lain, udah berapa kali? aku selalu diam, sekarang mana bisa aku kendalikan lagi!"

"Maaa udah" kataku.

"Lihat Ayahmu Na, bisa bisanya dia selingkuh!"

"Ya kalau kamu sudah tidak kuat, cerai saja!" bentak Ayahku.

"Itu yang akan saya lakukan! Seharusnya saya lakukan dari dulu! Saya menyesal menikah dengan kamu!"

Mama pergi dari rumah, aku pun menyusulnya keluar. Ya, inilah sisi keluargaku yang belum sempat aku ceritakan. Pasti selama ini kalian pikir keluargaku selalu baik baik saja kan? Tidak. Dan asal kalian tahu, ini bukan pertama kalinya Mama dan Ayah bertengkar, Ayah sudah beberapa kali pernah menyelingkuhi Mama. Aku tidak heran, hanya saja agak pedih mengetahui kenyataannya. Jadi akan aku ceritakan beberapa tentang kisah keluargaku yang sebenarnya.

***

Beberapa kali aku sempat memergoki Ayah sedang menelfon selingkuhannya. Sungguh, aku kasihan pada Mama. Karena aku benci melihat Ayahku yang selalu berlaku seenaknya, diam diam aku mengambil ponselnya, dan mencatat nomor selingkuhan Ayah.

Ya, aku meneror selingkuhannya. Aku tidak takut jika nanti Ayah tau. Setiap hari aku mengirimkan pesan. Isinya kurang lebih:

"Jika anda perempuan baik baik, jangan ganggu lagi Ayah saya, dia punya anak dan istri yang seharusnya dia kasihi, tapi karena anda, kehidupan kami jadi hancur habis habisan"

"Tolong berhenti menganggu Ayah saya, saya ingin kamu jangan lagi berhubungan"

"Anda masih berhubungan dengan Ayah saya? Sudah berapa kali saya peringati jangan dekati Ayah saya, berapa uang yang anda butuhkan? Saya akan berikan"

Selingkuhan Ayah tidak pernah membalas pesanku, sampai aku mengorek dimana selingkuhan Ayah tinggal, dan pernah juga sampai mencarinya. Selingkuhan Ayah itu matre, dia hanya ingin mencari uang Ayah. Tapi ku rasa, Ayah sudah dibutakan oleh perempuan itu.

Sempat waktu itu, mungkin selingkuhannya mengadu pada Ayah karena mungkin juga dia merasa terganggu olehku. Saat itu aku dirumah sedang menonton diruang tamu, tiba tiba saja Ayah datang menghampiri dan menamparku.

Plak!

"Siapa yang ngajarin kamu bicara tidak sopan hah?" katanya.
"Kenapa Ayah mukul Anna?" tanyaku.
"Kamu kirim pesan apa ke sekertaris Ayah?"
"Oh sekertaris? Bukan selingkuhan Ayah?"

Plak!
Itu tamparan yang kedua kalinya. Air mataku jatuh.

"Kamu sama seperti Mamamu selalu buat masalah!"

"Ayah, Anna gak pernah minta apa apa sama Ayah kan? Anna cuma minta Ayah jangan nyakitin Mama, Anna sedih ngeliat Mama sama Ayah bertengkar setiap hari" kataku.

"Kamu gak ngerti apa apa!"

"Anna sudah besar Yah, Anna sudah tahu semuanya"

"Tahu apa kamu hah?"

"Anna tahu kalau Ayah selingkuh!" kataku membentak.

Sejak saat itu, aku jarang bicara dengan Ayahku, padahal awalnya aku cukup dekat dengannya. Aku rasa Ayah sudah tidak menyayangiku, dia sungguh menamparku.

Sempat beberapa kali aku menelfon Kak Brandon untuk menceritakan masalah ini. Kak Brandon bilang aku harus tahan, karena dia juga tahu kalau Ayahku tidak bisa aku lawan. Meski begitu, aku tidak bisa melihat orang tua ku seperti ini.

***

Beberapa hari kemudian, aku mendatangi Mama yang saat itu tinggal disebuah rumah peninggalan kakek ku di Jakarta. Mama mengajakku duduk dikamar, katanya ingin bicara sebentar. Aku pikir Mama akan bilang bahwa dia dan Ayah sudah berbaikan, tapi ternyata aku tidak menyangka dengan apa yang aku dengar.

"Anna jangan marah ya" katanya.
"Kenapa Ma?"
"Kamu harus tetap semangat"
Mata Mama sudah mulai berkaca kaca saat itu, dan air matanya jatuh.
"Mama kenapa?" kutanya.
"Maafin Mama ya"
"Ada apa?"
"Mama sama Ayah akan bercerai" katanya.
Aku diam.

"Mama sayang sama kamu dan Brandon, tapi maaf kalau Mama sudah tidak bisa tahan lagi dengan Ayah kamu"
Aku tak menjawab. Air mataku jatuh.

"Maaf kalau Mama gak bisa jadi Mama yang baik"
Aku diam. Pandanganku kosong.

Bukan pertama kalinya juga aku melihat Mama menangis terisak seperti itu. Bisa dibilang cukup sering. Aku hancur sekali mendengarnya, aku berharap agar aku segera bangun dari mimpi buruk ini, sayangnya tidak.

Inilah kenyataannya. Setiap harinya aku kasihan melihat Mama, dia harus tersiksa dengan perasaannya. Sikap Ayahku sepertinya memang tidak bisa dirubah.

Jika mereka sedang beradu argument, mereka tak segan saling pukul hingga berdarah, intinya saling menyakiti satu sama lainnya. Ayahku itu adalah tipe orang yang ringan tangan, dan Mamaku juga emosional. Demi tuhan, aku sakit hati ketika melihat mereka saling melukai didepan mataku sendiri.

Sejak SMP, Ayahku memang sudah berselingkuh tapi Mamaku selalu memilih untuk diam. Aku dan Kak Brandon sebenarnya sudah tahu, kami juga memilih diam. Dan kali ini aku rasa Mama benar sudah tidak tahan. Perceraian ini tidak bisa aku hentikan lagi.
Akhirnya mereka berpisah, saat itu kalau tidak salah, aku akan naik ke kelas tiga.

Meski sahabatku Bianca, Clara dan Trisha selalu menyemangatiku, tetap saja hatiku terasa sakit karena kedua orang tuaku akhirnya memilih untuk bercerai. Dan waktu itu Virgo juga sempat ku beritahu, sayangnya dia selalu sibuk jadi jarang bisa mendengarkan ceritaku.

Aku memilih tinggal bersama Mamaku karena Ayah bilang dia akan segera menikah, aku tidak mau tinggal dengan ibu tiri. Meski begitu aku masih tetap berhubungan dengan Ayah, sesekali juga aku pergi untuk sekedar makan malam dengan beliau.

Banyak sekali masalah yang aku hadapi waktu itu, untuk anak usia tujuh belas tahun rasanya cukup sulit. Karena awalnya kehidupanku bisa dikatakan baik baik saja. Ya, Karena aku tak memperlihatkannya pada orang orang, padahal banyak beban yang aku rasakan. Aku harap, aku bisa tegar melaluinya.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang