Lembaran Baru

410 17 0
                                    


Kini aku sudah menjadi Mahasiswi Kedokteran di Universitas Indonesia. Ternyata menjadi mahasiswi baru tidak gampang, mulai dari Ospeknya yang cukup berat, tugas tugas yang banyak, kegiatan kampus yang wajib di ikuti, dan aku di tuntut aktif sebagai mahasiswi.

Mendengar saja sudah cukup melelahkan kan? Untungnya aku mempunyai teman teman yang baik di kampus jadi aku merasa nyaman. Dan kini aku satu kampus juga dengan Deva.

Sayangnya, aku tak satu kampus dengan Trisha dan Clara tapi kami masih berhubungan baik, sesekali juga kami hangout bersama.
Pagi itu pukul 07.30, sebelum mata kuliah pertama hari ini dimulai, aku dan teman temanku duduk dikantin kampus berbincang bincang sambil menikmati ayam geprek kesukaan kami.

"Anna kenapa sih kamu gak mau cari pacar?" tanya Selvi.
"Iya, kan dikampus ini banyak ada cowok yang lumayan tajir dan ganteng juga loh Na" sambung Amanda.
"Fokus belajar dulu deh" jawabku santai.
"Hahaha masuk akal juga" jawab Amanda.

Selvi dan Amanda itu adalah teman dekatku di kampus, mereka selalu bersamaku dan kemana pun. Mereka memang sempat beberapa kali bertanya padaku tentang kenapa aku tak berniat untuk pacaran. Jika aku di lontarkan pertanyaan semacam itu, aku memang tak terlalu pusing untuk memikirkan jawabannya.

Sempat sih beberapa orang mendekatiku, tapi aku tak merespon. "Lagi pula, aku juga belum ada naksir siapapun untuk sekarang ini", pikirku. Dan andai saja mereka tahu apa yang sebelumnya sempat aku alami sewaktu SMA, pasti mereka akan mengerti betapa pedihnya kisah masalalu seorang Anna yang masih membekas jelas diingatanku.

Ya, aku rasa, aku ingin beristirahat sejenak dari luka yang pernah aku alami dan berharap juga jika nanti aku kembali jatuh cinta pada seorang laki laki, aku tak merasakan sakit seperti dulu untuk yang kedua kalinya.

***

Saat aku sedang duduk mengerjakan tugas bersama dengan Selvi dan Amanda, aku mendapat pesan dari Kevin, mantanku. Pertama kalinya dia kembali mengubungiku sejak aku lulus dari SMA. Rupanya, dia memberiku ucapan selamat karena tahu kalau aku sudah diterima di UI.

Ya, aku kembali berhubungan dengan Kevin. Tapi bukan balikan dengannya, bisa dibilang kini kami sudah menjadi teman baik. Karena sebelumnya aku dengannya sempat lost kontak begitu saja.

Dia sibuk disekolah barunya. Aku pun sibuk dengan kegiatan sekolahku. Tapi lebih tepatnya, waktu itu kami lost contact karena aku sudah berpacaran dengan Virgo, aku takut Virgo marah jika tahu Kevin itu adalah mantan pacarku. Dan Kevin juga tidak enak katanya kalau menghubungiku.

***

Setelah menjadi mahasiwa resmi di Universitas ini, akhirnya aku juga berteman baik dengan seniorku, Revan. Ingat? Dia yang sempat menegur kancing bajuku waktu itu, senior yang sempat aku taksir. Kebetulan juga kami satu fakultas, Fakultas Kedokteran.

 Kebetulan juga kami satu fakultas, Fakultas Kedokteran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anna & Revan)

Berawal dari aku bergabung dan menjadi bagian dari anggota Himpunan Mahasiwa Program Studi, aku jadi mengenal Revan, akhirnya kami menjadi akrab satu sama lain.

"Siang kak, saya Claudiana Putri" kataku menyapanya.
"Claudia?" tanyanya.
"Oh panggil aja Anna kak" jelasku.
"Kamu kan yang sempat saya tegur waktu ospek ya?" tanyanya.
"Iya kak" jawabku tersenyum.

Sempat aku malu, karena ternyata dia masih mengingat kejadian saat ospek.

"Selamat bergabung Anna" katanya tersenyum.
"Terima kasih kak" jawabku membalas senyumannya.

Dari sana lah, aku mulai akrab dengan senior lainnya dikampus, termasuk Kak Revan. Rupanya jika sudah mengenal dia, dia orangnya cukup menyenangkan juga dan humoris.

Singkat cerita, pada akhirnya, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pedidikan ke Australia.

"Selamat kak, sukses terus" kataku.
"Iya, nanti kamu juga harus nyusul"
"Doain ya kak" jawabku tersenyum.
"Selalu kok Na, kamu baik baik di Jakarta" "Iya, Kak Revan juga baik baik disana"
Dia tersenyum.
"Buat kamu, disimpan ya" katanya.
Aku diam.

Dia memberiku sebuah jam tangan berwarna gold.

"Buat aku?" tanyaku bingung.
"Jam tangan itu aku kasi biar kamu gak telat terus haha" katanya.
"Serius dong kak haha" kataku tertawa.
"Serius, supaya ingat waktu Na" katanya.
"Iya kak, makasi ya"
"Dijaga ya, sebagai kenang kenangan"
"Pasti kak" aku tersenyum.

Saat itu terakhir kalinya aku bertemu dengan Revan dikampus, karena dia akan segera berangkat ke Australia. Dia sempat sempatnya berpamitan.

Setelah dia tinggal disana, aku dan Revan masih tetap berkomunikasi, walau hanya sekedar bertukar kabar. Dia itu senior panutan bagiku, andai aku bisa seperti dia nanti. Semoga saja.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang