Ke Puncak

431 15 0
                                    

Hari minggu saat itu aku dan Virgo berencana untuk pergi ke Puncak, kebetulan Mamaku sudah mengijinkanku untuk pergi. Aku bangun sekitar pukul 4 pagi, sempat sempatnya aku bangun sepagi itu untuk membuat dua kotak nasi goreng, tentunya itu untukku dan Virgo.
Sesungguhnya aku tidak bisa masak, tapi entah kenapa, sejak pacaran dengannya, aku mulai mau belajar. Segera aku menuju ke dapur untuk membuat nasi goreng yang akan ku bawa nanti.

"Ngapain Na?"
Tanya Mamaku yang menghampiriku kedapur, aku rasa Mama terbangun olehku karena aku berisik sekali saat masak didapur.

"Mau masak nasi goreng"
"Tumben kamu lapar jam segini"
"Bukan dimakan sekarang Ma"
"Terus?"
"Nanti dibawa ke Puncak"
"Perlu Mama bantuin gak?" tawar Mamaku.
"Gak usah, kalau Mama yang masak gak spesial dong jadinya"
"Kok enggak spesial?"
"Kan bukan aku yang masak"
"Oh gitu, iya deh iya" jawab Mamaku.

***

Hari itu kami berangkat pagi pagi sekali, pukul 6 pagi. Aku ingat saat berangkat, masih gelap di jalan. Sampai dipuncak aku merasa sangat dingin dan saat itu aku sedang menggunakan baju yang tipis, celana pendek dan bodohnya aku lupa membawa jaket. Untungnya Virgo memberikan jaketnya untukku.

"Pakai ini, supaya kamu gak sakit"
"Eh gak usah"
"Gak apa apa, baju kamu tipis Na"
"Terus kamu pakai apa?"
"Aku gak perlu"
"Baju kamu juga tipis" kataku.
"Aku kuat dingin kok, udah dipakai aja nanti kamu sakit, aku yang dimarah sama Mama kamu" katanya.
"Ya udah aku pinjam ya" kataku.
"Pakai aja gak apa apa"
Dia memakaikan jaketnya ketubuhku.

"Masih dingin?" tanyanya.
"Masih, sedikit"
"Aku kasi obat ampuh deh buat Anna biar dinginnya hilang"
"Apa?" kutanya.
Lalu dia memelukku erat sekali.
"Masih dingin?" tanyanya.
"Udah enggak" kataku tersenyum.
"Ampuh kan?"
"Iya."
"Boleh aku bawa pulang?"
"Apanya?"
"Kamunya haha"
"Loh kenapa aku?"
"Biar bisa dipeluk terus dirumah"
Aku tersenyum.

Tuhan, aku senangnya. Rasanya, aku selalu ingin menghabiskan waktu bersama Virgo setiap saat seperti ini. Dipuncak kami menghabiskan waktu seharian. Kami membawa tikar dan piknik disana, walau hanya berdua haha.

"Oh ya tadi aku masakin kamu"
Kataku sambil memberinya nasi goreng buatanku tadi pagi.
"Nah ini baru namanya calon istri yang baik" katanya.
Aku tertawa.
"Makasi Anna"
Dia mencium pipiku.
"Iya, makasi juga Vir"
"Makasi buat apa?"
"Makasi hari ini udah buat aku senang" kataku tersenyum.
Dia membalas senyumanku.

Ketika sore hari hujan pun turun, walau hanya gerimis, kami berteduh disebuah pondok yang sepertinya tak berpenghuni tetapi tidak seram, pondok itu masih terjaga rapi. Meski sedang hujan tapi tak apa, asal bersama Virgo aku suka.

"Kita berteduh dulu disini ya, diluar masih hujan" katanya.
"Iya."
"Sini bentar deh, aku mau benerin rambut kamu"
Aku mendekat kearahnya.

Dia merapikan rambutku yang kebasahan terkena air hujan, aku hanya duduk diam disebelahnya, tepatnya menatap matanya. Aku masih tak menyangka akan jatuh cinta dengan seorang Virgo yang dulunya sempat ku benci.

"Aku emang ganteng, jangan diliatin terus" katanya.
"Eh?" aku tersadar dari lamunanku.
"Lagi mikirin apa?" tanyanya.
"Kamu Vir" jawabku tersenyum.

"Hayo pasti mikirin yang aneh aneh ya?" Katanya tersenyum sambil mencubit pipiku.

"Ih enggak, aku mikir kenapa kita bisa pacaran padahal kan awalnya kita gak akur" jawabku.

"Itu namanya takdir, dari benci jadi cinta, sudah percaya kan?" katanya.

"Iya"
Aku tersenyum dan memeluknya.

Kemudian . . .
Virgo menciumku.

Diluar sana hujan semakin deras, aku dan Virgo diam cukup lama dipondok itu, kami berdua tidak bisa pulang, jadi kurang lebih selama dua jam lamanya kami berada dipondok itu sambil bercerita.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang