Hari Valentine

457 14 1
                                    

Besok adalah hari Valentine. Aku sibuk waktu itu membeli bahan bahan ditoko kue bersama dengan Winda. Aku meminta tolong dengannya untuk menghantarku sepulang dari sekolah.

Rencananya aku akan membuat kue coklat untuk Virgo, aku tak mau membeli, biasanya saat hari Valentine yang ku tahu, jika orang berpacaran itu pasti membeli coklat lalu memberikannya langsung kepada pacarnya. Bagiku itu sudah menjadi hal yang sangat biasa, aku ingin berbeda dari yang lain.
Sampai dirumah aku menyiapkan alat, bahan dan memulai untuk membuat kue coklat, selama tiga jam aku berada didapur. Ya, saat itu dapurku berantakan sekali seperti kapal pecah.

Keesokan harinya disekolah aku langsung memberikan sekotak kue coklat yang ku buat kemarin, dan memberi satu kotak hadiah untuk Virgo yang waktu itu aku bungkus dengan kertas kado bermotif hijau.

"Pagi Virgo, Happy Valentine" kataku tersenyum.
"Selamat Valentine juga Na" jawabnya.
"Nih buat kamu"
"Apa ini?"
"Coba dibuka aja"
"Jam tangan?"
"Iya."
"Makasi Na, terus kotak satunya apa?"
"Kue coklat buat kamu"
"Wih enak nih" katanya.
"Semoga enak ya"
"Kamu yang buat sendiri?"
"Iya dong" jawabku bangga.
"Terima kasih Anna ku"
Virgo memelukku.
"Iya, semoga suka ya"
"Suka dong, apalagi kamu yang buat" katanya.

Syukurlah Virgo suka dengan pemberianku saat itu. Teman temanku dikelas melihatnya iri, mereka saling berbisik, tapi ya biarkan saja. Virgo langung memakan kue coklat yang aku buat untuknya.

"Oh ya, kamu dibilang cantik" kata Virgo.
"Sama siapa?" tanyaku.
"Mamaku"
"Aku kan belum pernah ketemu sama Mama kamu Vir"
"Iya, kemarin aku liatin foto kamu ke Mamaku"
"Foto yang mana?"
"Foto kamu yang pakai baju balet"
"Ih! itu masih kecil"
"Haha bukanlah" katanya.
"Terus Mama kamu bilang apa lagi?"
"Iya cantik, tapi kamu dikira seperti anak SMP"
"Kok anak SMP?"
"Iya wajar sih, soalnya kamu imut"
"Haha mulai deh gombalnya" aku tersenyum.

***

Ku ceritakan tentang kejadian aneh yang pernah ku alami saat itu.

Masih saat dihari Valentine. Sepulang dari sekolah, aku berniat untuk tidur siang. Tapi telfonku tiba tiba berdering, aku kira itu dari Virgo, ternyata bukan. Tak ada nama yang tertera, nomor si penelfon ini tak ku kenal, tapi aku tetap mengangkatnya. Rupanya orang yang menelfonku adalah seorang laki laki.

"Halo?" jawabku.

"Pertama kali aku melihatmu. . .
sangat cantik. . . parasmu. . hatimu. . .
semuanya aku suka. . . tapi apa kau sadar kini sudah melukai hatiku?"
Kata dia, yang ku rasa sedang membaca puisi.

"Halo? ini salah sambung ya?"

"Kamu tidak tahu rasanya Anna, aku rapuh saat melihatmu bersama orang lain"

"Ini siapa ya? jangan ngerjain dong" kataku.

"Aku sayang kamu. . ."

"Dasar cowok sinting" kataku.

Ku tutup saja telfon dari orang itu, siapa sih dia tiba tiba menelfon lalu membaca sebuah puisi. Puisinya juga tidak jelas, temanya dia sedang jatuh hati atau sakit hati, intinya tidak jelas. Awalnya aku kira dia salah sambung, tapi dia tadi sempat menyebutkan namaku, artinya dia bukan salah sambung kan? Selang beberapa menitnya, dia menelfonku lagi.

"Halo?" jawabku lagi.

"Kamu gak akan pernah tahu betapa sakitnya jadi aku Anna"

"Ini Kevin ya?" jawabku menebak.

"Kamu selalu saja menyakitiku tapi aku tak bisa membencimu, malah saking sayangnya aku jadi semakin mencintaimu"

"Kamu ini siapa sih?"

"Aku adalah pengagum mu Anna"

Telfon pun terputus. Ya, dia yang mematikannya, bukan aku. "Aku adalah pengagum mu Anna". Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkannya. Tidak mungkin rasanya jika itu Kevin karena Kevin anaknya tidak lebay.

Sumpah demi apa, sebenarnya aku agak takut pada orang ini, meski sebenarnya aku masih penasaran tapi ya sudah lah mungkin saja orang ini ingin menyampaikan kegalauannya padaku, jadi biarkan saja.

Namun, akhirnya aku tahu siapa orang yang menelfonku, namanya Oka. Aku diberitahu oleh salah satu temanku yang merupakan teman Oka juga. Oka adalah tetanggaku dan kami satu kompleks perumahan. Dia ini memang dari dulu menyukaiku, tapi tak pernah bilang langsung ke aku, aku tahu dari teman temannya yang mengatakannya padaku.

Pernah waktu itu kebetulan dia lewat didepan rumahku, lalu aku minta tolong padanya untuk mengangkat beberapa galon air ke dalam rumah, karena aku tak kuat untuk mengangkat galon sebanyak itu sendirian.

"Eh Oka, bisa minta tolong gak?" panggilku.

"Ke ke ke kena kenapa Na?" jawabnya gagap.

"Sini sebentar"

Aku tidak tahu kalau Oka ini anaknya memang gagap atau bagimana, sungguh aku tidak begitu tahu. Tapi saat ditelfon, dia bicaranya lancar lancar saja, namun saat bertemu langsung denganku, dia selalu bicara terbata bata, intinya dia memang agak aneh. Sudah itu saja.

"Tolong masukin galonnya kedalam ya, aku gak bisa angkat"

"Oh ga ga gam gampang Na"

Aku membuatkan dia minuman waktu itu sebagai ucapan terimakasih karena sudah mau membantuku mengangkat sepuluh galon air kedalam rumah.

"Nih minum dulu"
Kataku tersenyum sambil memberikannya segelas sirup buah.
"Ma. . ma. . makasih" katanya.
"Iya, sama sama"

Ketika aku menjulurkan sirup yang ku buat ke arahnya, dan tanganku tak sengaja bersentuhan dengan tangannya, sirup yang sedang dia pegang itu bergetar.

Dia gemetaran! Haha. Kenapa lagi orang ini, sirup yang dipegang juga jadi jatuh mengenai bajunya. Bisa ku tebak dia itu sedang grogi. Jika kamu bertanya, memang ada ya manusia seperti dia? Ada, si Oka ini.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang