Chapter 17

3.6K 333 3
                                    

Jisoo menatap lurus mengikuti sorot lampu senter yang ia pegang, terlihat banyak debu berterbangan seiring Jisoo menggosok lembut permukaan pintu kayu di hadapannya itu.

Sesekali terdengar Jisoo terbatuk karena banyaknya debu di ruangan itu, tapi dengan rasa penasaran yang sangat dalam, Jisoo terus mencari dimana lubang kunci dari pintu kayu tua itu.

"Ah! Ketemu." pekik Jiso sesaat setelah ia menemukan lubang kunci. "Tapi." matanya kembali mengedar kini yang ia butuhkan kunci untuk membukanya.

Jisoo melangkah mundur, sembari tersenyum jahat diwajahnya. "Persetan! Siapa butuh kunci untuk membukanya." ucapnya yang kemudian dengan kasar ia menendang pintu kayu itu hingga terbuka lebar.

Terdengar Jisoo terbahak senang, dengan penuh berhati-hati ia memasuki ruangan yang sudah lama tak terawat itu.

Ketika memasukinya, mata Jisoo bersinar, ia berdiri terpaku melihat apa yang ada di hadapannya. "Whoaa! Aku tak menyangka banyak buku yang tersimpan disini."

Dengan cekatan Jisoo mengambil acak salah satu buku yang berjajar rapi di rak tua yang penuh debu itu. Dengan seksama Jisoo membaca isi buku yang ia ambil.

Dari baris kebaris dengan teliti ia baca, hingga ia menemukan sesuatu yang menarik. Mata Jisoo langsung melebar, dengan cepat ia menutup buku setebal kamus itu dan membawanya menuju kedalam rumah.

"Ya! Jennie, Rose, Lisa!" teriak Jisoo sembari berjalan menuju kamarnya.

"Uhuk!" Rose yang sedang menikmati tehnya langsung terjengat, "Eonni! Kau membuat tehku keluar dari hidung!" teriak kesal Rose

"Teh mu tidak penting! Sekarang kemarilah!" sahut Jisoo yang tak perduli dengan keadaan Rose.

Rose memutar bola matanya malas, dengan langkah berat nya Rose menuju kamar eonni nya yang bersebelahan tepat dengan kamar miliknya.

Melihat apa yang dibawa eonni nya itu Rose pun mendekat, dengan tatapan penasaran ia bertanya "Sampah apa yang kau bawa?"

Jisoo menghentikan kegiatannya dan menatap kesal kearah Rose, "Ini bukan sampah. Daripada kau terus mengomel disana, lebih baik bantu carikan aku kotak yang diberikan bibi kepada kita kemarin." ucapnya yang kemudian meneruskan kegiatan mencari kotak kecil itu didalam laci kamarnya.

"Lisa yang menyimpannya. Apa eonni lupa?" desak Rose.

Tanpa membuang waktu Jisoo langsung menuju kekamar Lisa. Membuka pintu kamar Lisa namun tak ada seorang pun disana.

Mendapati Lisa tak ada, Jisoo langsung melirik kearah Rose.

"Apa? Aku tak tahu dia kemana."

Pikiran Jisoo langsung mengarah ke Jennie yang juga tak terlihat saat ini.

Sementara itu Jennie dan juga Lisa sedang asyik bernyanyi sembari memainkan beberapa alat musik, mereka sangat menikmati nya begitu pula dengan pengunjung kedai milik bibinya itu.

Beberapa menit kemudian alunan musik berhenti perlahan menandakan musik yang mereka bawakan sudah mencapai akhir. Tepukan tangan senantiasa mengiringi mereka sesaat setelah Jennie dan Lisa turun dari panggung kecil itu.

"Whoaa. Aku tak menyangka keponakan ku memiliki suara yang bagus." ucap Chae-rin sembari menyodorkan segelas teh hitam kepada keduanya.

Lisa tersipu malu, "Bibi bisa saja."

Mereka berbincang asyik hingga tanpa sadar sedari tadi gadged milik Jennie bergetar. Jennie yang baru menyadari nya dengan cepat merogoh saku jaketnya.

Setelah melihat nama Jisoo yang terpampang jelas di layar ponselnya, Jennie langsung berdiri menarik Lisa agar cepat kembali pulang, kalau tidak maka seharian telinga mereka akan mendengar ocehan dari Jisoo.

"Palli!" teriak Jennie sembari berlari menuju pintu keluar

Lisa yang tak tahu apa-apa masih saja berjalan santai. "Ya! Eonni! Aku belum selesai berbicara dengan bibi."

"Sudahlah! Cepat! Ini antara hidup dan matiku Lisa!"

Cling

"Hidup dan mati apa Jennie?" sahut seseorang tepat setelah ia membuka pintu kedai.

Jennie terdiam, ia tahu itu suara siapa. Dengan perlahan Jennie pun membalikkan badannya menghadap seseorang yang berada tepat di belakangnya itu.

Jisoo menatap tajam kearah Jennie.

"Annyong." sapa Jennie dengan senyuman lebarnya.

Rose yang berada di belakang Jisoo hanya tertawa melihat kedua eonni nya itu. "Jennie eonni kau tahu senyum mu tak akan mempan dengan Jisoo eonni."

Jennie melototkan matanya ke Rose dan mengancam agar dia tidak berbicara yang membuat keruh suasana.

"Oh! Eonni kenapa kemari?" tanya Lisa bingung.

Jisoo memutar matanya, dengan cekatan Jisoo mengalihkan Jennie dari jalannya. "Ada sesuatu yang penting, kalian berdua ikut aku."

Tanpa berbicara apapun, akhirnya mereka bertiga mengikuti langkah Jisoo yang menuju kearah diamana bibinya berada.

Brak

"Tolong jelaskan apa ini?" ucap Jisoo langsung to the point

Chae-rin yang masih shock dengan apa yang ada dihadapannya, membuatnya tak bisa berkata apa-apa.

"Oh!" ucapnya sembari menaruh cangkir wine yang sedari tadi ia pegang. "Apa ini?" tanya Chae-rin dengan wajah polos.

Jisoo yang sudah tidak sabar memutar bola matanya malas. Tangannya mulai membuka bagian tengah buku yang ia bawa. "Ayolah bibi, aku tidak sedang bercanda."

Chae-rin mulai gugup, matanya mengedar ke sekitar. "Aku juga tak bercanda. Lisa apa aku terlihat bercanda?" tanya Chae-rin mengalihkan perhatian.

Lisa yang di tanyapun menggeleng bingung, wajah bibinya tak meyakinkan.

Brak

Lagi-lagi Jisoo menggebrak meja hingga membuat semua pengunjung menatap kearahnya.

Chae-rin mengangkat kedua alisnya, " Ok, aku akan menjelaskan, tapi bukan disini." ucap Chae-rin yang kemudian pergi ke ruang bawah tanah kedai, yang merupakan ruang kerja Chae-rin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Re:Start ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang