Malam ini, hujan turun dengan derasnya. Mengingatkanku kembali akan sikapmu yang ikut mendingin. Katamu, aku matahari. Namun mengapa, hangatnya sinar yang kupunya tak dapat meleburkan kebekuanmu?
Tuan, ayolah. Aku tidak bisa mengejarmu yang terus berlari, sedang aku tak suka dengan hal yang tak pasti. Aku lelah menyejajarkan kaki dengan langkahmu yang kian menjauh.
Suatu saat nanti, ketika aku menyerah sebab sudah terlalu lelah, kenang aku sebagai seseorang yang pernah tulus mencintai namun mati karena tak dihargai.
—Rembang, 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
PoetryIni bukan sajak, bukan juga cerita. Hanya sebagai sampah untuk menampung apa yang ingin kubuang.