Chapter 1 {Intro}

25.4K 1K 9
                                    

"Kak Dami, kakak udah dapat kerjaan?"

Tanya adek gue yang umurnya beda 3 tahun sama gue, Jihan namanya.

Gue yang awalnya lagi nyuci piring langsung terdiam. Gue natap Jihan yang lagi duduk di meja makan. Dia lagi asyik makan nasi goreng buatan gue sambil mainin Hp nya.

Gue langsung naruh beberapa piring yang udah gue cuci bersih ke rak piring, lalu gue jalan mendekat ke arah Jihan.

"Jihan, maafin kakak ya. Kakak belom dapat kerjaan. Tapi kakak akan usahain secepatnya dapat kerjaan ya, biar bisa ngehidupin kamu sama Mama. Ya?"

Ucap gue dengan penuh penyesalan.

Gimana enggak? Gue ngerasa bersalah banget sama adek dan Mama gue.

Sebagai tulang punggung keluarga, gue ngerasa gak becus.

Ya, gue ini tulang punggung keluarga.

Sebenarnya gue hidup di golongan keluarga yang bisa dikatakan kaya.

Bahkan Papa punya perusahaan ternama. Dari keuntungan perusahaan itu lah kebutuhan keluarga kami tercukupi.

Tapi semenjak Papa meninggal karena penyakit jantung, perusahaan kami bangkrut.

Mama juga mulai sering sakit sakitan. Makanya itu gue nyuruh dia berhenti kerja, dan gue yang bakal kerja gantiin Mama.

Untungnya gue udah lulus SMA. Jadi gak akan terlalu banyak pengeluaran.

Tapi gue juga mikirin adek gue yang baru aja lulus SMP, dan mau masuk SMA. Pasti juga butuh biaya buat pendaftarannya.

Awalnya abis lulus SMA gue ngerencanain mau kuliah.

Tapi melihat kondisi keungangan keluarga gue yang semakin hari semakin menurun, akhirnya gue mengurungkan keinginan gue untuk kuliah.

Andai Papa masih disini. Pasti keadaan kita gak akan kayak gini. Tapi itu gak mungkin. Ini udah takdir Allah yang harus gue terima.

Pa, maafin Dami yang gak bisa jagain keluarga kecil kita.

Maafin Dami yang gak bisa bahagia in mereka, seperti waktu Papa membahagiakan kami.

Tanpa sadar air mata gue sudah membasahi pipi mulus gue.

"Kak? Kakak kenapa nangis? Jangan nangis lagi kak, aku percaya kok kakak bisa nge hidupin kita. Kakak yang semangat ya :)!"

Kata Jihan sambil meluk gue, dan itu malah bikin gue tambah nangis.

"Hiks! Maafin kakak, kakak gak bisa nge bahagia in keluarga ini. Hiks.. Kakak gak pantas jadi tulang punggung keluarga yang baik. Hiks.."

Gue bales pelukan Jihan, dan gue nangis sejadi jadinya di pundak dia.

"Kak, kakak gak boleh ngomong kayak gitu! Aku yakin kakak bisa kok. Kakak kan orang yang kuat. Pasti bisa kak, jangan putus asa! Papa malah bakal kecewa kalau kakak putus asa."

Ucap Jihan yang juga ikutan nangis.

Dia emang gak boleh liat gue nangis. Pasti selalu kebawa suasana, trus akhirannya dia malah ikutan nangis.

Gue terdiam mendengar kalimat kalimat yang dilontarkan Jihan.

Benar juga. Ya Allah, lebih pintar adek gue daripada guenya :''')

Gue melepas pelukan dan langsung nge hapus air mata gue.

"Makasih kamu udah semangatin kakak! Kakak janji bakal bikin hidup kita kayak dulu lagi. Kakak gak mau kecewain kalian :)"

Ucap gue mantap dan langsung mendapat acungan jempol dari Jihan.

"Ih kakak sih, aku jadi ikutan nangis kan."

"Lah, kamunya aja yang baperan. Yaudah, sekarang kamu cepetan abisin nasi gorengnya. Sebentar lagi mau Maghrib, nanti kita sholat berjamaah sama Mama ya!"

"Siap kakkk!!!"

--------

"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu.. Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu."

Gue, Jihan, sama Mama baru aja selesai sholat Maghrib.

Gue sama Jihan salaman sama Mama.

"Uhuk, uhuk!"

"Ma? Mama belum minum obat ya? Abis ini Mama harus minum ya."

Ucap gue yang mulai khawatir.

"Iya, Ma! Mama harus rajin minum obatnya."

Kata Jihan.

Mama cuma ngangguk dan meluk kita berdua. Kita pun juga nge balas pelukan Mama.

"Mama seneng punya 2 anak yang perhatian kayak kalian. Mama sayang banget sama kalian!"

Ucap Mama yang bikin gue terharu. Aduh cengeng gue mulai keluar.

"Iya, Ma. Kita juga sayang banget sama Mama."

Ucap gue, yang diikuti anggukan oleh Jihan.

"Yaudah, sekarang kita berdoa dulu. Jangan lupa doain Papa ya!"

"Iya, Ma. Pasti!"

Ucap gue sama Jihan, kemudian kami kembali ke posisi sholat kami dan mulai berdoa.

-TBC-







[✔] Boss SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang