Chapter 2

1.2K 228 51
                                    

Hari selanjutnya, kali ini Hoseok berangkat sekolah dengan semangat yang membara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari selanjutnya, kali ini Hoseok berangkat sekolah dengan semangat yang membara. Senyum manisnya berkali-kali terlukis di wajah lancipnya itu.

Padahal jika dihitung dengan jari, mungkin hanya tiga kali dalam setahun Hoseok seperti ini. Yang pertama, saat ada lomba antar kelas dua bulan yang lalu. Kedua, saat kelas Tuan Yoon dibubarkan karena ada seorang anak yang terkena alergi dengan serbuk sari, dan yang terakhir adalah hari ini.

Hari ini Hoseok berencana untuk mengintip lagi kelas si anak baru yang kemarin telah mencuri hati kecilnya. Ia tau, mungkin ini cukup sulit dilakukan, mereka berbeda kelas, terlebih ada Namjoon yang telah mengancamnya agar tidak menyukai anak baru tersebut. Tapi, bukan Hoseok namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia masih bisa diam-diam berkenalan, bukan?

Tinggal beberapa langkah saja Hoseok sampai di kelasnya. Sayang, ada seekor makhluk yang telah menjabat sebagai teman terbaiknya berdiri di depan pintu dengan cengiran khasnya.

Hoseok sedikit mengernyit geli kala melihat Namjoon melambaikan tangan kanannya dengan cepat, sedangkan tangan yang satunya memegang gagang sapu. Ada-ada saja.

"Ada apa, sih? Pagi-pagi sudah bikin keributan saja," celetuk Hoseok sembari menendang tungkai Namjoon yang berdiri kokoh.

Sepertinya mood Namjoon sedang baik, sama seperti Hoseok. Terbukti dengan dirinya yang hanya meringis pelan dan tidak berniat untuk membalas. Malah ia tersenyum lebih lebar memamerkan lesung pipi yang ia bangga-banggakan selama ini.

"Tsk, berhenti bersikap bodoh. Apa kau sedang dirasuki oleh hantu yang menghuni bangunan ini?" Sedikit heran kenapa sahabatnya ini bertingkah sangat aneh, Hoseok pun kembali melanjutkan, "Wah, aku jadi merinding."

Selang berapa detik kemudian Namjoon mulai bersikap seperti biasanya. Pemuda itu memincingkan matanya tajam seolah ingin mencongkel dua buah bola mata yang berkedip takut milik Hoseok dan memberinya pada anjing penjaga di depan gerbang.

"Persetanan, Jung."

Namjoon merajuk. Ia menghentakkan kakinya kasar, melempar sapu yang ia pegang hingga mendarat di kening Hoseok.

Begitu saja marah.

Tak ingin dirinya yang akan terlantar bila ada pembagian kelompok, Hoseok dengan lekas menyusul Namjoon yang kini tengah duduk di kursinya sembari memainkan ponsel.

Sebenarnya Hoseok juga malas jika harus bersikap seperti ini. Tapi, mengingat jika sudah ada tugas berkelompok, pasti dirinya dan si culun Jungkook-lah yang tersisa, maka Hoseok pun rela melakukannya.

Ew. Lagipula, memangnya Hoseok sudi berkelompok dengan si kutu buku dengan kacamata bulat? Amit-amit, deh.

"Dasar. Begini saja merajuk." Hoseok mengambil kursi untuk ia tempati, meletakkan tangan di atas meja guna menyangga kepalanya, sedangkan iris kelamnya menatap Namjoon yang sok sibuk.

"Padahal hari ini aku mau pergi ke toko seberang, loh. Katanya ada majalah yang terbaru."

Mendengar kata 'majalah', Namjoon melirik sebentar. Cukup tertarik.

"Benarkah?"

Hoseok mengangguk.

"Jadi, ada apa? Kenapa kau datang pagi sekali?" Menegakkan punggungnya sejenak, Hoseok kembali menatap Namjoon yang kini tersenyum seperti tadi. Mengerikan, sungguh. Tapi Hoseok tak akan mengatakannya, bisa-bisa Namjoon akan merajuk lagi.

"Aku berencana menembak Yessa hari ini. Kau tahu 'kan siapa dia?" Melihat Hoseok yang diam saja, Namjoon menyimpulkan kalau pemuda di hadapannya tidak tahu. Jadi, dengan semangat ia melanjutkan, "Itu loh, si anak baru."

Bahu Hoseok merosot turun mendengar penuturan Namjoon. Kenapa jadi sakit begini, ya?

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang