Chapter 14

384 118 16
                                    

Rasanya aneh sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya aneh sekali. Seperti berada di atas perahu yang memiliki lubang sebesar telunjuk namun kau masih bisa terapung. Kendati Hoseok telah menghabiskan dua gelas susu cokelat agar kedua matanya cepat terpejam erat, nyatanya ia masih terbaring gelisah dengan mata yang terbuka lebar. Nyalang menatap langit-langit kamar.

Waktu menunjukkan pukul sebelas, malam semakin meninggi dengan kicauan burung hantu yang terdengar layaknya di film-film horor. Tapi ini bukanlah sekadar skenario yang bisa diatur ulang. Ini hanyalah Hoseok. Si pemuda yang katanya tangguh, namun takut sekali dengan serangga.

Ada satu hal yang melintas di kepalanya saat hendak menuju ruang bersantai selepas makan malam bersama. Dari sudur matanya, Hoseok bisa melihat mama cukup terburu-buru dalam membereskan peralatan makan. Bahkan beliau hampir menjatuhkan tumpukan piring yang dibawanya saat ada telpon masuk di ponselnya.

Tidak biasanya mama seperti ini. Seperti ada sesuatu yang terjadi namun berusaha disembunyikan.

Hoseok jelas juga merasa sedikit panik ketika mama kembali dari dapur dengan mantel yang tengah dikenakan dan kunci mobil yang digenggang dalam jemarinya yang gemetar.

"Mama keluar sebentar. Tolong tutup jendelamu sebelum tidur. Pastikan juga kunci seluruh pintu di rumah ini."

Belum sempat Hoseok menanyakan kemana beliau ingin pergi, Mam sudah keburu keluar dan meninggalkan debuman kuat di pintu depan. Deru mobil samar-samar mulai menjauh dan menyisakan Hoseok yang masih mematung di ruang santai.

Setelah hal itu terjadi, Hoseok langsung saja masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu dengan rapat dan menutup jendela yang terbuka. Sebenarnya akan lebih baik jika jendela dibuka, sebab angin malam merupakan hal yang disukainya. Tidur tanpa baju dengan angin malam itu hal yang luar biasa. Walaupun sering kali ia masuk angin oleh karenanya.

Erangan itu meluncur dari bibirnya. Dengan sekali hentakan Hoseok bangkit dari posisinya. "Sial," gumamnya pelan.

Kepalanya tiba-tiba terasa pening mendadak. Jam tidurnya semakin hari semakin berkurang. Tentu juga itu mempengaruhi kegiatannya di sekolah. Lebih mudah lelah dan terserang penyakit. Mungkin jika dulu Hoseok pernah menghabiskan hampir dua belas jam menatap layar komputer, kini ia hanya sanggup bertahan selama dua jam, paling lama tiga jam, itu pun ia harus menggunakan kacamata anti radiasi.

Oke, cukup. Lupakan kebiasanan buruk Hoseok saat ini. Yang terpenting sekarang adalah; bagaimana cara tidur dengan cepat. Malam semakin naik tentu membuat dirinya dirundung gelisah setengah mati. Bayang-bayang besok dirinya akan terbangun dengan lingkaran hitam di bawah mata mulai muncul di dalam kepala. Berputar-putar seperti mengingatkan Hoseok bahkan pada setiap detik yang berlalu.

Hoseok melirik ponsel di atas nakas. Apa ia perlu menelpon mama agar beliau kembali ke rumah secepat mungkin? Tapi, bagaimana kalau mama sedang sibuk, sebab jelas sekali Hoseok bisa melihat raut wajah mama yang cukup terbilang panik saat menerima telpon dadakan itu.

Jadi, sebelum malam semakin larut terbawa sunyi, Hoseok membaringkan tubuhnya lagi. Berusaha mencari posisi senyaman mungkin dan mulai menutup mata. Namun, tak sampai lima detik lamanya, ponsel yang beberapa saat lalu ia tatap berdering dengan hebat.

Tanpa basa-basi Hoseok menggeser tombol jawab saat melihat nama mama tertera di sana. Pasti ada sesuatu yang terjadi, pikir Hoseok berulang kali.

"Hallo, Ma?"

Sejenak Hoseok berusaha meredam napasnya, sebab tak ada satu patah pun kata yang Mama lontarkan. Hoseok jadi semakin panik saja. "Ma! Hallo!"

"Hoseok—"

Detik itu juga Hoseok merasa dunia terbalik dalam waktu yang sangat singkat. "Dawoon meninggal."

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang