Kala itu masih jam setengah tiga sore, kiranya butuh satu jam lagi untuk bisa kembali ke rumah dan langsung mengerjakan tugas proyek bersama temannya di rumah.
Saat itu juga Namjoon kembali ke dalam kelas selepas dari toilet dengan napas yang bergemuruh hebat. Jujur saja, Hoseok sangat kesepian jika Namjoon jauh-jauh darinya. Mereka itu ibarat barang satu paket, jika hilang satu, maka terasa aneh.
"Kau ini kenapa 'sih? Habis bertemu dengan hantu penunggu toilet, ya?" canda Hoseok pelan. Sebab di depan sana masih ada guru yang sedang mengajar-menggambar sebuah pohon dan dijelaskan secara detil.
Namjoon tidak menyahut, mencoba menetralkan napasnya sebentar lalu kembali menggenggam bolpoinnya, bersiap untuk mencatat apa yang ia lihat di papan tulis.
Hoseok kesal. Namjoon tidak bersuara sama sekali.
Dengan hati yang masih penasaran, Hoseok kembali melanjutkan kegiatannya. Selang beberapa detik, suara lirih Namjoon terdengar, "Aku bertemu dengan Yessa."
Yessa? Ah, gadis itu sudah sembuh rupanya.
Hoseok tersenyum dalam hati. Sangat tidak sabar menunggu bel pulang, sebab dirinya sudah bertekad untuk mengantar gadis itu pulang ke rumah. Walau dirinya sendiri hanya berangkat menggunakan sepeda, tapi Hoseok harap Yessa tidak masalah. Bukankah itu hal yang romantis? Menggonceng gadis yang disukai sembari melihat matahari yang menggantung di arah barat.
Jam yang ditunggu oleh Hoseok akhirnya tiba. Guru yang mengajar sudah keluar dengan setumpuk buku latihan milik siswa kelas ini di tangan. Hoseok dengan cepat merapikan buku seadanya, membuat semuanya ke dalam tas punggung dengan satu raupan asal dan berlalu melewati Namjoon yang bahkan belum selesai mencatat.
Hatinya senang bukan kepalang. Sudah beberapa hari tidak melihat wajah rupawan Yessa dan itu membuat Hoseok sangat merindukannya.
Kelas sebelah berhamburan keluar, namun Yessa tidak ada di sana. Pasti masih belum selesai.
Hoseok memutuskan untuk duduk di dekat pilar, tangan kanannya dilesakkan ke dalam saku celana, meraih sebutir permen yang terselip di sana. Memasukkannya ke dalam mulut dalam waktu satu detik saja.
Sebenarnya Hoseok sedikit bingung. Apakah ada alasan yang tepat Namjoon kembali ke kelas dengan napas yang tidak beraturan, sedangkan yang ia temui tadi hanya Yessa-gadis yang pernah membuat Namjoon mengatakan cintanya. Ya, walaupun itu semua hanya akal-akalnya guna mendapatkan satu kekasih.
Terlepas dari itu semua Hoseok masih tidak paham dengan betul. Giginya bergemeletuk saat mengunyah permen yang ada di mulutnya. Sudah sepuluh menit dan Yessa sama sekali belum menampakan batang hidungnya. Kelas juga semakin kosong melompong, menyisakan dirinya yang masih betah duduk di dekat pilar dan si culun Jeon Jungkook yang tengah mengikat tali sepatunya.
Hoseok memutar bola matanya sebal sebab irisnya bertemu dengan milik Jungkook. Pemuda itu tersenyum tipis, mungkin berniat menyapa. Tapi Hoseok rasanya ingin muntah, sungguh.
Hampir saja Hoseok melangkahkan kaki putus asa menuruni kelasnya. Namun, sosok yang ditunggunya tiba-tiba keluar dari kelas.
Hoseok mengernyitkan kening. Ada yang tidak beres dengan gadis itu. Wajahnya pucat pasi dengan seragam yang sudah basah sebab berkeringat terlalu banyak. Ingin rasanya ia melangkahkan kaki dan menanyakan hal yang membuatnya seperti itu. Sayangnya, ada seorang laki-laki yang notabenenya musuh Hoseok di klub menari sedang merangkul Yessa.
Tersenyum angkuh kala melewati Hoseok yang terdiam. "Minggir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Undelivered | ✔
Fanfiction[COMPLETED] "SERIES 1" Just be brave, Hoseok. ©ᴘʀᴀᴛɪᴡɪᴋɪᴍ ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ | ᴇꜱᴛ. 27/07, 2018