Chapter 25

375 88 20
                                    

Hoseok kira mama akan marah karena ia pulang saat jam dua dini hari dengan mengendarai sepeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoseok kira mama akan marah karena ia pulang saat jam dua dini hari dengan mengendarai sepeda. Bahkan saat itu masih hujan rintik-rintik, mampu membuat wanita paruh baya itu hampir mencubit gemas anaknya karena telah memberi secercah rasa cemas. Namun, kiranya hanya cubitan saja yang beliau berikan, sebab setelah itu Mama bahkan membawa anaknya ke dalam pelukan.

"Mama cemas sekali Seokiie."

Hangat menyergap tubuh Hoseok. Dengan Mama yang mendekapnya erat begini, membuat pemuda puber itu merasa bersalah. Jadi ia membalas dekapan tersebut seraya menepuk pelan punggung Mamanya. "Maaf, Ma. Aku tadi sedang di rumah sakit. Menjenguk Yessa."

Dan pelukan seketika terlepas. "Loh, Yessa kenapa?"

Hoseok didera bimbang. Sama bimbangnya ketika Namjoon menanyakan bagaimana kabar Yessa. Namun, lagi-lagi yang bisa keluar dari bibir tebalnya hanyalah, "Sakit. Demam karena pulang hujan-hujanan."

Dan malam itu berakhir dengan Hoseok yang melempar tubuhnya ke atas ranjang. Mengarungi mimpi semu yang menjalar di alam bawah sadarnya. Kendati pemuda tersebut sudah terlelap, nyatanya otaknya terus saja berputar dan meraungkan nama Yessa. Hingga tak sadar, mimpinya pun menyeret gadis itu ke dalam sana. Berdua bersama Hoseok. Menikmati senja di bangku taman rumah sakit.

Pagi harinya Hoseok bangun dengan pusing yang amat luar biasa. Lingkaran hitam juga membingkai kedua matanya layaknya kacamata milik Tuan Yoon.

Hari Hoseok kembali berlanjut. Pergi ke sekolah, bertemu dengan Namjoon—mengobrol hal tidak penting kendati pemuda berlesung pipi itu hanya merespon dengan kalimat singkat atau malah berupa gesture, mengikuti pelajaran yang membosankan, lalu pulang sekolah tepat ketika jarum pendek mencapai angka tiga.

Derap kakinya berpacu dengan keramik. Menimbulkan bunyi hentakan yang mengundang beberapa pasang mata untuk meliriknya sebentar lalu kembali tak acuh. Hoseok ingin sekali berbicara dengan Yessa. Tadi malam gadis itu telah bangun dan mendengar kabar berita yang dibawa oleh Taehyung.

Alih-alih menangis sesegukkan, Yessa malah menggigit bibir bawahnya. "Syukurlah, berarti Mama telah berada di surga. Iya 'kan?"

Sial. Itu terdengar mengerikan sekali. Bahkan jika diingat-ingat, setelah berucap demikian, gadis itu membalik posisinya menghadap dinding. "Aku ingin tidur lagi. Selamat malam."

Napas Hoseok menderu. Ia menatap jengah pintu lift yang tak kunjung membuka. Selang sepuluh detik-kira-kira, pintu membuka dan menampilkan kerumunan orang-orang yang tengah berdesakkan di dalam sana. Tunggu, kenapa rasanya seperti deja vu?

Hoseok menepis pikiran yang sempat terlintas dengan menggeleng cepat. Tak berniat sama sekali untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam sana hingga pintu kembali menutup rapat. Mungkin ia akan menunggu lift selanjutnya saja. Lagipula Yessa sudah siuman, jadi tak ada yang perlu dicemaskan, bukan?

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang