Chapter 13

403 118 13
                                    

From : Unknown number

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

From : Unknown number

Hi, Jung. Ini aku, Yessa. Maaf jika aku telah lancang meminta nomor ponselmu pada Namjoon. Aku hanya ingin memastikan kalau kau sudah sampai rumah dengan selamat. Aku harap kau bisa menyempatkan waktumu sebentar untuk membalas pesanku.

Semoga cepat sembuh.

Song Yessa.

•••

Sederhana sekali. Tapi Hoseok tidak bisa menampik jikalau perasaannya benar-benar senang bukan main. Seperti pertama kalinya ia mendapatkan nilai seratus pada pelajaran matematika. Persamaan yang cukup aneh, tapi ia tidak peduli.

Hoseok tersenyum lebar. Jemarinya menggenggam erat ponsel miliknya yang tengah dimatikan. Lebih tepatnya ia sedang menghemat baterai, sebab lampu padam sejak ia sampai di rumah. Mungkin ada kerusakan kecil akibat hujan yang mengguyur tiada henti.

Setelah mengetikan balasan berupa; Tidak usah khawatir. Aku sudah sampai di rumah dengan selamat. Terima kasih telah mengkhawatirkanku dan juga payungmu. Aku akan mengembalikannya besok hari.

Ugh, terdengar picisan sekali, sungguh. Tapi, entah kenapa Hoseok tetap saja mengetikkan kalimat tersebut pada kolom pesan.

Beberapa menit menunggu namun tidak kunjung menerima balasan. Berpikir positif saja, mungkin Yessa sedang sibuk belajar.

Jam menunjukkan pukul dua siang. Hawa dingin menelusup dari celah ventilasi dan membuat Hoseok semakin merapatkan selimut tebal yang ia gunakan. Tiduran di atas sofa sembari menikmati segelas susu hangat dan juga biskuit cokelat yang baru saja dibangkit, Hoseok benar-benar merasa seperti disayang selama satu hari.

Sepulang sekolah-masih dengan latar hujan yang mengguyur, Hoseok memarkirkan sepedanya di garasi. Membuka pintu dengan salam yang ia buat dengan suara kecil ternyata tidak membuat mama lengah dan mengabaikannya begitu saja. Beliau dengan cepat menghambur ke hadapannya, memegang kedua bahu Hoseok kelewat erat sembari berkata khawatir, "Ya Tuhan, Ada apa dengan pakaianmu? Kehujanan, ya?"

Selepas berucap seperti itu, mama menyuruh Hoseok agar lekas mandi dengan air hangat dan berpakaian tebal.

Awalnya Hoseok juga bingung kenapa mama tiba-tiba bersikap demikian. Padahal ia sudah berspekulasi bahwa mama mungkin akan mendiamkannya selama satu minggu penuh dan tidak memberikan uang jajan. Ternyata ia salah besar. Mama tidak seperti itu. Lagipula, memangnya mama kuat tidak bertegur sapa dengan anaknya yang tampan ini?

"Habiskan biskuitnya. Setelah itu minum obat. Jangan lupa untuk tidur setelahnya."

Hoseok mengangguk. Selepas dari dapur mama tiba-tiba duduk tepat di sofa samping Hoseok. Mengambil majalah yang terselip di sela meja dan mulai membaca.

Sunyi sekali. Hanya ada bunyi gemerisik hujan yang beradu dengan atap, kunyahan biskuit dan juga tegukkan dari susu. Sepertinya ada yang kurang. Perempuan itu di mana?

"Ma ... dia kemana?"

Mendadak Mama merasa napasnya tercekat. Majalah di tangannya perlahan ditutup dan kembali diletakkan di atas meja. Sebelum menyahut dengan pelan, sejenak beliau mengambil napas panjang dan mengembuskannya melalui mulut, "Dia sudah pulang."

"Oh."

Sekilas mama menatap surai rambut anaknya yang kini sudah memanjang. Hatinya tiba-tiba merasa sakit. Sampai kapan mau seperti ini terus? Satu tahun? Empat tahun? Sepuluh tahun? Atau malah selamanya?

"Dawoon tidak akan kembali lagi, mungkin untuk sementara. Bisa juga selamanya. Mama harap kau tidak menyesal."

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang