Chapter 7

518 143 17
                                    

Hari ketiga Yessa tidak masuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketiga Yessa tidak masuk sekolah. Hoseok yang masih duduk di depan kelas sembari menunggu bel masuk berbunyi hanya bisa mengembuskan napas kecewa. Dirinya mendadak dirundung gelisah setengah mati.

Kabar burung yang tersebar mengatakan bahwa Yessa pindah sekolah lagi karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Hei, apakah Hoseok tidak dianggap?

Kabar lain ada yang mengatakan bahwa Yessa sedang sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Dan sepertinya Hoseok memilih opsi terakhir. Mungkin dia demam, begitulah pikirnya.

Padahal sehari sebelum Yessa tidak masuk sekolah, Hoseok ingat betul gadis itu meneriaki namanya dan memberi tahu ada noda cokelat di pipinya, yang awalnya ia kira Yessa meminta sebuah ciuman.

Konyol sekali. Mengingatnya sedikit jadi membuat Hoseok malu bukan kepalang.

"Ey!"

Satu buah telapak tangan mendarat di belakang kepalanya, membuat Hoseok-si korban, maju beberapa inci berkat insiden tersebut. Kedua matanya memutar sebal. Sialan!

"Jangan coba cari masalah denganku, deh," ucap Hoseok sebal setengah lesu. Cukup malas untuk sekedar membalas perlakuan Namjoon yang membuat amarahnya hampir mendaki lebih tinggi.

"Eiy, begitu saja marah!" sahut Namjoon cepat. Bahunya yang tadi terlihat bersemangat langsung melemas saat respon yang diberikan lawan tidak sesuai harapan. "Kau tidak asik!"

Hoseok menatap Namjoon kelewat tenang. Bibirnya terlihat hendak menyuarakan sesuatu, namun Namjoon dengan cepat menyela, seolah-olah melupakan bahwa dirinya sempat mengucapkan bahwa Hoseok tidak asik. "Kau suka dengan Yessa 'kan?"

God.

Bagaimana Namjoon bisa tahu? Bahkan Hoseok mati-matian menutupi raut wajahnya yang cemas kala tidak melihat presensi Yessa yang duduk menyendiri di kelas dengan buku digenggaman.

Telak sekali. Hoseok tidak bisa berkutik. Sedangkan pemuda yang menuding dengan ucapannya tadi hanya bisa tersenyum miring. "Sudah kuduga," gumamnya.

Hoseok masih diam. Matanya tidak berkedip hingga rasa perih menjalar dan membuat matanya memerah. Hatinya tiba-tiba merasa tidak nyaman. Bukan karena apa-apa. Hanya saja, Namjoon 'kan juga suka dengan Yessa. Jadi, apa tidak apa-apa jika dirinya jujur?

Melihat air wajah Hoseok yang terlihat sedikit masam, dengan cepat Namjoon meletakkan kedua tangannya di bahu Hoseok, menepuknya pelan beberapa kali sebelum kembali berucap, "Tak apa. Kalau kau memang suka, ya, katakan saja padanya. Jangan menunda."

Rasanya masih tetap tidak benar. Maksudnya, kenapa Namjoon merelakan Yessa begitu saja padanya? Apa ia tidak ingin memperjuangkan gadis itu lagi sehingga ia menyerah?

"T-tapi ..."

Namjoon menggeleng. Seolah tidak setuju dengan interupsi yang akan Hoseok layangkan. "Tidak ada kata 'tapi'. Turuti saja apa kataku sebelum kau menyesal."

Sebenarnya Hoseok ingin membalas, rentetan kalimat sudah berada di ujung lidah. Namun entah kenapa saat Namjoon menyebutkan kata menyesal, Hoseok harus menelan mentah-mentah apa yang akan ia sampaikan. Terlebih ketika pemuda tersebut kembali berujar dengan tangan yang terlipat di atas dada, "Lagipula, aku hanya main-main saja dengannya, Jung."

Namjoon berengsek!

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang