Chapter 3

831 189 39
                                    

Tadinya Hoseok ingin sekali pergi ke kantin, memesan dua iris roti panggang dan segelas es lemon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadinya Hoseok ingin sekali pergi ke kantin, memesan dua iris roti panggang dan segelas es lemon. Kiranya itu pilihan yang tepat saat jam kosong berlangsung sebelum dengan seenaknya Namjoon menarik beberapa tangan sekaligus-termasuk milik Hoseok, untuk pergi ke luar kelas.

Bibir tebalnya terlihat merengut dan Hoseok sudah tahu sebab yang membuat pemuda tersebut seperti ikan cupang.

Sebelum bel jam pertama dimulai, Namjoon berlari ke kelas sebelah, membawa setangkai bunga mawar yang ia petik langsung di taman sekolah dan sebatang cokelat yang dihias pita merah muda. Ya, Hoseok sudah tahu, pemuda itu akan menyatakan cintanya pada si murid baru 'kan?

Tak ingin melihat adegan yang berujung membuat hatinya sakit, Hoseok memutuskan untuk tetap tinggal di dalam kelas sementara temannya yang lain ikut menghambur keluar, melihat bagaimana si ketua kelas yang sering mereka banggakan menyatakan cintanya.

Dan, yah. Seperti yang telah Hoseok duga sebelumnya di dalam hati, Namjoon kembali ke kelas dengan kedua bahu yang terlihat lesu. Sorak-sorak kekecewaan menggiring pemuda tersebut hingga ia duduk di samping Hoseok.

"Aku gagal."

Rasanya Hoseok benar-benar ingin tertawa mengingatnya sebelum Namjoon menyikut lengannya sedikit keras. "Heh, cepat kocok kartunya!"

Dengan sigap Hoseok yang tadi sedang menumpu berat badannya dengan kedua tangan yang ia letakkan di belakang, mengocok kartu yang sudah Namjoon berikan. Sedikit tergesa-gesa membagi pada masing-masing temannya.

Sebelum permainan dimulai, Namjoon yang berada di seberang Hoseok bersuara lantang, "Untuk hukuman kali ini, biarkan aku yang memilihnya." Well, di akhir kata yang diucapkan, pemuda tersebut tersenyum miring dengan iris yang mengarah pada Hoseok.

"Yang kalah ..."

Sialan. Hoseok mengumpat di dalam hati. Tangannya tiba-tiba berkeringat dingin tanpa ia sadari. Mungkin saat ini hanya ekspresi Hoseok yang paling mencolok, sedangkan ketiga temannya yang lain hanya bersiap menunggu kalimat Namjoon selanjutnya.

"Yang kalah harus mendapatkan ciuman dari Yessa. Entah Yessa yang mencium kalian, atau malah sebaliknya-kalian yang mencium Yessa. Semua tergantung bagaimana kalian melaksanakannya. Waktu yang kuberikan hanya dua minggu, dan akan kumulai bila permainan ini usai. Bagaimana, deal?"

Berengsek.

Demi menjaga harga dirinya, Hoseok dengan hati yang gugup bukan main memutuskan untuk tetap ikut bermain. Sesekali melihat satu per satu wajah temannya. Sepertinya ada yang tidak beres. Ia sedikit bingung dengan ekspresi wajah temannya, kelewat tenang dengan tangan yang terus mengeluarkan satu persatu kartu hingga tersisa sedikit.

Hoseok melihat pada kartu yang tengah ia pegang. Ada lima kartu yang tersisa. ketiga temannya termasuk Namjoon sudah selesai lebih dahulu. Kini hanya tersisa dirinya dan Daniel.

Namjoon pasti sudah merencanakan ini, pikirnya.

Benar saja, Hoseok kalah. Kini ia bisa melihat bagaimana Namjoon yang mengangkat satu alisnya, tersenyum penuh kemenangan. "Ternyata Hoseok kita kalah. Well, selamat menjalani tantangan yang menyenangkan ini, Bung."

Hoseok mencegat tangan Namjoon yang tadinya hendak berdiri. "Tunggu." Pemuda Kim itu mengernyitkan kening tidak mengerti. "Bagaimana kalau aku akan membelikanmu album milik 5SOS?" tawar Hoseok.

Namjoon itu suka sekali dengan band asal Australia tersebut, jadi, mungkin saja ia berubah pikiran. Iya, mungkin.

Kepala Namjoon menggeleng pelan, meletakkan tangannya di atas dada dan berucap dengan bijak, "Tidak bisa, Jung. Kau harus melakukannya. Kau itu laki-laki jantan 'kan?"

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang