Chapter 24

351 91 22
                                    

"Kapan kau akan bangun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kapan kau akan bangun?"

Hoseok mengamati seonggok tubuh yang kini tergolek lemah di atas ranjang rumah sakit tanpa lelah. Kedua matanya terus terbuka walau sekarang sudah menunjukkan jam satu dini hari. Persetanan dengan sekolah. Kalau pun ia harus mengulang pelajaran besok hari, kiranya tak apa. Lantas, jika ia gagal dalam menjaga Yessa? Mungkin penyesalan itu akan selalu bersemayang di dalam rongga dadanya.

Terlambat satu menit saja, Yessa pasti sudah tiada.

Oh, Tuhan. Kepala Hoseok mendadak pening. Jemarinya mulai merambat ke pelipis, memijat perlahan seraya melemaskan syaraf-syaraf lehernya yang menegang semenjak ia menempatkan bokongnya di atas kursi rumah sakit.

Taehyung dan ibunya pulang terlebih dahulu. Katanya mereka perlu mencari tahu keberadaan ibu kandung Yessa juga sang Kakak.

Seperti yang sempat ibu Taehyung katakan pada Hoseok tepat sebelum kembali ke rumah, "Ibu Yessa telah lama menghilang. Katanya dia pulang ke kampung halaman. Tapi, saat kami menelpon kepada sanak saudara kami yang ada di sana, mereka mengatakan bahwa ibu Yessa sama sekali tak menyentuh kediaman mereka."

Hoseok menatap dalam kedua kelopak mata yang terpejam rapat itu. Jemarinya perlahan menarik selimut rumah sakit yang kelewat tipis. Sial, kalau tahu begini, Hoseok pasti akan membawakan selimut yang lebih tebal lagi. Pasalnya, bagaimana kalau Yessa kedinginan? Di luar sana juga sedang hujan deras. Gemuruh dan kilatan petir terlihat jelas dari jendela yang dipasang tanpa gorden.

Dan di detik itu juga Hoseok sadar bahwa ia telah menghilang hampir dua belas jam penuh dan sama sekali belum mengabari mama. Keadaannya sendiri juga tak bisa terbilang cukup baik. Seragam sekolahnya sudah dilepas dan hanya menyisakan baju kaos lengan pendek, juga celana sekolah. Hoseok tak berniat melepas celananya, sebab ia hanya memakai boxer berwarna hitam pendek. Terlebih Hoseok hanya berduaan dengan Yessa di dalam ruangan ini. Lantas bagaimana jika ada orang yang lewat dan mengira bahwa ia akan berlaku tidak senonoh pada gadis di hadapannya ini? Bahaya, tentu saja.

Hoseok menumpu wajahnya di salah satu tangan, matanya terfokus pada wajah yang semakin hari, semakin mencekung. Jujur, ia merindukan masa-masa di mana mereka masih bisa bertemu di sekolah. Apalagi pertemuan di perpustaan itu. Hari di mana mereka bertukar sapa hanya karena Yessa yang tak sengaja menyandung kaki Hoseok.

Bolehkan ia merindukan hal itu? Bahkan jika menatap Yessa adalah sebuah dosa, rasanya Hoseok mau-mau saja terjerat dalam kubangan dosa tersebut.

"Memangnya kau tak lelah tidur? Ayolah, buka matamu untukku."

Tak ada respon. Bahkan jika Hoseok mengguncang tubuh kurus itu dengan kuat, kiranya Yessa juga tetap tidak akan membuka kedua matanya.

Malam yang pekat terus diisi oleh rintik-rintik air yang beradu dengan atap rumah sakit. Samar-samar Hoseok bisa mendengar ada seseorang yang membuka pintu ruangan Yessa. Namun, ia tak menoleh, sebab sudah pasti itu Taehyung. Pemuda itu sempat memberi tahu Hoseok agar tetap menjaga Yessa sampai ia kembali.

"Bagaimana? Sudak ketemu?"

Taehyung menggeleng pelan. Biasanya jika ia berdiri di dekat Hoseok dalam radius lima meter, pasti selalu saja membuat pemuda itu mendecak sebal seraya mulutnya yang mengeluarkan kata-kata pedas. Lain halnya sekarang, Taehyung bahkan terlihat dua kali lebih buruk dari Hoseok. Surai hitamnya dibiarkan tak disisir, ditambah baju dengan kerah hitam berlis putih yang awut-awutan.

"Aku minta kau jangan terkejut," pinta Taehyung sebelum menyisir surainya ke belakang. Pandangannya di arahkan pada adik sepupunya yang terlihat masih enggan untuk sekadar membuka mata. Sejenak ia terkekeh kecil dengan wajah sendu sebelum melontarkan kalimat yang membuat Hoseok membeliakkan matanya, "Ibu Yessa bunuh diri."

"Polisi daerah Damyang menemukan jasadnya dua hari yang lalu. Mungkin mereka kesulitan menghubungi kami karena tak ada satu pun identitas yang tertinggal di sana." Iris hitam Taehyung bergerak gusar. Bahkan nampak sekali ia sedang menahan tangis. "Ibu Yessa bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri di dalam gedung tak terpakai."

Hoseok memejamkan kedua matanya. Well, semuanya terasa semakin rumit, ditambah ia juga tak menemukan titik terang untuk masalah ini. Mama yang pasti khawatir karena menemukan anaknya tak kembali ke rumah, Yessa yang kini masih tak sadarkan diri, Dan sekarang kabar Ibu Yessa yang bunuh diri. Apa-apaan ini Tuhan?

Sepersekon kemudian, rungu kedua pemuda itu diisi oleh tawa lirih. "Jadi, Mama sudah tidak ada lagi, ya?"

Undelivered | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang