JANUARI.

37.7K 1.3K 33
                                    


18 bulan. 547 plus setengah hari. 8760 jam. 788.400 menit.

Gak terasa Januari sudah 1.5 tahun kerja sebagai karyawan kantoran di salah satu perusahaan besar di Jakarta.

Meskipun dibilang bekerja di perusahaan besar, hidup Januari sama sekali gak berubah. Setiap hari melakukan aktifitas yang sama.

Bangun pagi. Berangkat kerja. Langsung pulang pas jam kerja selesai.

Bukannya mau protes, dia malah bersyukur dengan hidupnya sekarang. Januari bukan orang yang optimis, bisa dapat kerja di kota seperti Jakarta benar- benar sudah beruntung. Dia gak berani minta lebih.

" apa- apan ini!. Laporanmu bulan ini semua berantakan. Perbaiki semuanya. Saya tidak mau tau, siang ini kamu harus menyelesaikan semua laporan ini. Tidak ada lagi kesalahan. Mengerti!!."

Tapi namanya kerja gak selamanya senang.

" baik pak. Maaf akan saya perbaiki." ucap Januari pelan dengan wajah menunduk.

Mengambil map yang ada dimeja kepala divisinya, lalu berjalan keluar ruangan.

Namun belum menutup pintu ruangan, Januari mendengar ucapan pria tua itu." dasar gak becus. Mengerjakan laporan seperti ini saja harus ngulang lagi. Heran kenapa orang seperti itu bisa diterima diperusahaan ini."

Januari perlahan menutup pintu. Menghela nafas panjang. Berusaha menenangkan degub jantungnya Berjalan kembali kekubiknya.

*

Januari mengerjakan semua pekerjaannya. Dia berhenti setelah merasakan jarinya terasa sakit karena kelamaan mengetik.

Januari melihat jam kecil disamping komputernya.

12.30

Waktunya makan siang.

Januari menguap lebar, kemudian dia melepas kacamatanya untuk menghapus air mata dari sudut matanya. Kemudian memakai kaca matanya kembali.

Januari melongok dari balik kubiknya melihat karyawan yang lain yang ternyata sudah pada keluar untuk makan siang. Hanya dia yang tertinggal.

Januari mengambil air mineral dari bawah mejanya juga kantong kresek berisi roti coklat bekal makan siangnya.

Pelan dia memakan sebungkus roti coklat itu. Setelah habis dia membuka satu bungkus lagi. Satu bungkus lagi. Menghabiskan kelima roti coklat itu kemudian dia meminum air mineralnya.

Januari bukan orang pelit atau irit. Dia cuma malas harus ngantri panjang buat beli sebungkus nasi padang. Apa lagi jam makan siang begini gak ada warung yang sepi.

Setelah selesai mengisi perutnya Januari memasukkan semua sampah plastik bungkus roti kedalam kantong kresek yang kemudian dia buang di keranjang sampah dibawah kakinya.

Tak berapa lama jam makan siang berakhir. Ruangan kembali dipenuhi dengan suara dering telfon dan jari yang mengetik tombol keybord.

_____

5.00 sore.

Januari melepas kacamatanya. Menaruhnya diatas meja. Memijit kening diantara alisnya. Kepalanya merasa pusing karena kelamaan melihat layar komputer. Kemudian dia memakai kacamatanya kembali.

Melihat pintu ruangan kepala divisinya yang tertutup. Lampu ruangannya juga mati.

Orang tua itu sudah pulang lebih dulu. Padahal tadi minta revisi ulang.

Ya, sudahlah berikan besok saja.

Membersihkan meja dan mematikan komputernya. Mengambil tas selempangnya dari bawah meja. Mengalungkannya di pundak.

Januari menghela nafas panjang. Akhirnya hari ini selesai juga. Dia berdiri dari tempat duduknya. Meninggalkan gedung kantor tempatnya kerja.

Kontrakan Januari dan tempat kerjanya gak jauh juga gak deket. Butuh 30 menit jalan kaki.

Sekali lagi menghela nafas panjang. Memasukkan kedua telapak tangannya kedalam saku celana, Januari berjalan pulang.

Suasana Jakarta sore itu tidak berbeda dengan hari- hari sebelumnya. Macet. Karena memang jam pulang kerja.

Januari berjalan tenang gak peduli dengan kebisingan kota Jakarta sore itu. Sampai suara deru motor menarik perhatiannya.

Dengan kaki yang masih berjalan Januari sesaat melihat bengkel motor custom yang tak jauh dari tempatnya berjalan.

Setiap hari, berangkat atau pulang kerja dia pasti melewati bengkel ini.

Denger- denger ini bengkel custom yang paling terkenal di jakarta. Menjadikan tempat ini tongkrongan para pecinta otomotif untuk tukar pengalaman dan memodifikasi motornya.

Januari sih, gak peduli. Dia gak ngerti otomotif. Motor juga gak punya.

Januari melewati bengkel itu. Mampir sebentar ke minimarket membeli perlengkapan mandinya yang sudah habis juga beberapa mi instan.

Setelah melewati gang kecil Januari sampai didepan rumahnya. Rusun kecil yang keberadaannya terselip di antara gedung- gedung pencakar langit di pusat kota jakarta.

Januari menaiki tangga kelantai dua. Mengambil kunci dari dalam tasnya. Membuka pintu kontrakannya yang ada di paling ujung. Setelah masuk dia menutup kembali pintunya.

Tempat Januari tinggal hanya ada dapur sempit, kamar mandi kecil dan ruangan depan yang dia gunakan untuk ruang tamu sekaligus tempat dia tidur.

Gak begitu banyak barang disana. Hanya ada kasur tempat dia tidur. Meja kecil untuk tv  tabung 14' inc. Dan lemari kecil tempat menyimpan baju- bajunya.

Januari meletakkan tasnya diatas kasur. Mengambil mi instan, yang tadi dia beli, membawanya kedapur untuk direbus. Sambil menunggu mi matang dia mandi.

Tak berapa lama Januari yang habis mandi, duduk didepan tv sambil makan mi rebusnya.

______

Januari terbangun oleh suara alarem hpnya.

Dia segera bangun dan langsung mandi.

Beli bubur ayam buat sarapan di pinggir jalan pas berangkat kerja.

Januari kembali duduk didepan komputernya.

Dan hari- hari membosankan Januari berlanjut.

______

Karena masih chap. awal jadi masih membosankan.

Selamat membaca.

THE BADBOY BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang